Eiran menunduk, menatap ke arah telapak tangan Elena yang berada di depan dadanya. "Aku tidak menduga kau berhasil menjinakkannya," katanya pelan. Elena menggeleng, lalu tersenyum lembut. "Tidak. Itu kau, Eiran. Kau sendirilah yang akhirnya berhasil mengendalikannya. Sekarang, aku akan membantumu untuk menghilangkan perasaan bersalah yang membelenggu jiwamu. Agar kau bisa menggunakan kekuatan sejatimu." Eiran mengangguk, meski masih sedikit ragu. Tetapi, saat telapak tangan Elena menekan dadanya—sebuah energi hangat seketika memenuhi hatinya. Membuatnya tidak lagi merasakan kesedihan yang panjang, seakan ia terlahir kembali dengan pribadi yang baru. Terkejut menyadari hal itu, ia sontak mendongak, menatap wajah Elena yang sedang membungkuk di hadapannya. Mata wanita itu terpejam, napas

