Part 2

1144 Words
Keenara pov Pagi hari yang cerah secerah hati ku saat ini. Tak tahu kenapa, rasanya hatiku sedang berbunga-bunga. Atau pertanyaan dari Ustadz Ilham tempo lalu sedikit berefek untukku? Entah lah yang pasti aku tak ingin berharap lebih selain kepada-Nya. Rencananya, saat ini Alya mengajakku untuk berangkat bersama. Aku yang sekarang memang sedang sarapan, segera menuntaskannya. "Alhamdulillah,"gumamku ketika makanan dipiringku telah habis. "Bi, Mi, Nara berangkat dulu yah."ucapku seraya menyalami tangan mereka. Berharap semua yang aku lakukan hari ini akan menjadi berkah. "Hati hati dijalannya ya nak,"kata Abi mengelus puncak kepalaku. "Iya Abi."balasku "Lho Nara!ini kunci motor kamu belum dibawa!"Umi sedikit berteriak sembari mengangkat kunci motor dari meja. "Oh Nara bareng Alya Mi, jadi gak bawa motor."jelasku "Ya sudah, kamu hati-hati!jangan malem malem pulangnya!sekiranya banyak kerjaan kabari Umi, biar Umi gak khawatir"peringatnya. "Siapp mi"kataku mengangkat kedua jempol. Setelah mengucapkan salam, aku langsung bergegas menuju rumah Alya dengan berjalan kaki karena jarak rumah kami memang tidak terlalu jauh. Ya mungkin sekitar sepuluh menitan. Saat tengah berjalan santai, tiba-tiba ada sebuah mobil lamborgir berwarna hitam lewat dengan kecepatan yang lumayan tinggi hampir saja menabrakku. Untung saja cepat di rem. Kalau tidak entahlah apa yang akan terjadi padaku. Aku menghela nafas lega. Berkali-kali aku merapalkan istighfar sambil mengelus d**a. Tampak seorang pria berjas hitam keluar dari mobil itu melangkah ke arahku. "Kalau jalan yang bener dong mbak!anda tahu aturan kan?"omelnya padaku sambil membenarkan kacamata yang bertengger dihidung mancungnya. Aku membelalak. Whatt!!dia membentakku barusan. Setahuku, aku berjalan sudah pada posisi yang benar. Bukannya minta maaf dia malah seenaknya memarahiku. Dipikir jalan ini punya nenek moyangnya apa?Dasar orang sombong! "Maaf yah Bapak yang terhormat, setau saya, saya sudah berjalan tepat pada aturannya. Anda saja yang bawa mobilnya urakkan! harusnya anda sadar ini tu jalanan umum, kalau anda masih seperti tadi bukan cuma nyawa anda yang terancam tapi orang lain juga!"sewotku sambil mengacungkan telunjuk ke arahnya. Walau sedang kesal, aku berusaha agar tetap merendahkan suaraku. Mau bagaimanapun aku harus tetap menghormatinya. "Anda menyalahkan saya?anda tidak tahu saya ini siapa?"balasnya angkuh. "Saya tidak tahu dan tidak perlu tahu!yang jelas saya peringatkan sekali lagi, lain kali bawa mobilnya hati-hati jangan seenaknya sendiri!" Kataku dengan nada yang kuusahakan agar terdengar lebih santai. "Kalau sedang tidak buru-buru saya pasti akan berhati hati!"balasnya sambil melirik arloji di pergelangan tangan kirinya. "Bukan urusan saya!"ucapku. "See...waktu saya terbuang sia-sia hanya gara-gara meladeni wanita tidak jelas seperti anda!"lanjutnya. Aku mendelik mendengar ucapannya. "Dan saya harap tidak akan pernah bertemu lagi dengan lelaki sombong seperti anda!"balasku sarkas. Aku melenggang pergi meninggalkannya yang masih menggerutu sebal. Masa bodo lagian ini juga bukan salahku. Pagi-pagi begini mood ku sudah dirusak olehnya. Huhh...semoga cuma ada satu dari sekian makhluk di dunia ini yang seperti dia. Tak lama aku sampai di rumah Alya. Aku menghampiri dia yang masih sibuk berkutat dengan tali sepatunya di teras. "Assalmualaikum."sapaku pelan sambil mendudukkan tubuhku tepat disamping Alya. "Walaikumussalam, kenapa tu muka pagi pagi gini udah ditekuk aja?"katanya yang malas aku tanggapi. "Nara!ih... kamu denger aku ngomong gak sih!"gerutunya dengan nada satu oktaf membuatku menutup kedua telinga karena suara cemprengnya. "Aduuhh bisa gak sih gak usah kenceng-kenceng ngomongnya, aku gak budeg!sakit tau kupingku."sinisku "Iya iya maaf, lagian aku ajakin ngomong kamunya cuma diem aja!kenapa sih?"tanyanya dengan nada lebih lembut. "Aku hampir ketabrak tadi,"ucapku "Apaa!tapi kamu gak papa kan?gak ada yang luka kan?"pekiknya khawatir meraba seluruh tubuhku. "Iya aku gak papa." "Tapi tu orang tanggung jawab gak?nawarin kamu buat kerumah sakit gak?"cerocos Alya "Heh... boro boro nawarin ke rumah sakit, minta maaf aja enggak!" "Gila tu orang... gak ada tanggung jawabnya pisan,"gumamnya. Aku hanya mengangguk sebagai tanggapan. "Btw yang hampir nabrak kamu laki-laki apa perempuan?" "Laki-laki" Mata Alya terlihat berbinar "Wuihhh muda apa tua?" "Muda!"kataku singkat. Tidak usah heran, kalau berbicara soal cowok Alya hobinya. "Ganteng gak?tinggi gak?mancung gak?putih gak?"ocehnya membuatku melongo. Bagaimana tidak?aku baru saja hampir ketabrak, masih sempetnya Alya menanyakan hal sedetail itu tentang pria yang membuatku naik darah. Aku menajamkan tatapan ku. "Gak!"ketusku. Terlihat sekali Alya mengerucutkan bibirnya. "Iya ganteng, tapi sayang songong."sahutku. "Oohhh... ganteng yah... Gak papa lah Ra!walaupun hampir ketabrak yang penting gak jadi kan?dan kamu sempet cuci mata tadi." ucap Alya. "Tapi kalau ganteng tapi wateknya begitu ma sama aja."lanjutnya. aku semakin gak paham dengan jalan pikiran sahabatku yang satu ini. Tadi memuji, sekarang mengolok. Apa otaknya sedang gesrek atau bagaimana sih?aku pun tak paham. "Udahlah Al gak usah ngomongin dia!males akuu..." Gadis itu kemudian beranjak seraya mengulurkan tangannya ke arahku. Aku menerimanya kemudian berdiri. "Berangkat kuy."ajaknya Kami berdua menaiki motor milik Alya. Tak membutuhkan waktu lama kami sudah sampai ditempat kita bekerja. Saat hendak masuk keruangan, tiba tiba saja ada pengumuman bahwa semua staf dan karyawan diperintahkan untuk berkumpul di ruang rapat kantor. Kalau tidak salah, akan ada perkenalan CEO baru tepatnya Putra Bapak Rasyid. Aku hanya menuruti perintah saja. Setelah semuanya berkumpul, pria yang disebut akan menjadi CEO tersebut memperkenalkan diri. Aku yang semula sedang mengambil pulpen ku yang terjatuh kelantai, terkejut saat melihat siapa orang tersebut. "Perkenalkan nama saya Abidzar Alka Bachtiar, putra bungsu Rasyid Bachtiar yang akan menggantikan kedudukan beliau mulai saat ini!"katanya dengan gaya cool. "Dia kan yang mau nabrak aku tadi. Sepertinya doaku tidak terkabulkan, karena mulai detik ini juga dan seterusnya aku akan sering bertemu dengannya"batinku dalam hati. "Masya Allah Ra!Ganteng banget,"gumam Alya meremas lengan kananku. Jangan lupakan raut wajahnya sekarang yang seperti orang gila. Senyam-senyum sendiri sampai aku ngeri melihatnya. "Aww... sakit Al,"ringisku saat cengkraman Alya semakin kuat. "Eh maaf Ra!gak sengaja aku. Abisnya bapak CEO'nya tampan abis."katanya. Aku memutar bola mata jengah. "Asal kamu tahu ya Al, dia yang hampir nabrak aku tadi."bisikku Alya memekik "Apaa!!" Sontak aku langsung menutup mulutnya dengan telapak tanganku. Sudah terlanjur, semua orang diruangan ini menatap kami. Malu!satu kata yang ingin aku ucapkan. Aku hanya menganggukkan kepala seraya tersenyum kikuk pertanda bahwa tak ada apa-apa. "Kebiasaan deh Al,"sungutku "Hhhe maaf Ra, kaget aku tuh."cengirnya. "Siapa sekretaris disini?"tanyanya. Aku mengangkat tanganku. Terlihat sekali kalau dia sama terkejutnya seperti ku. Hanya saja, dia pandai mengubah ekspresi wajahnya. "Kamu?"tunjuknya padaku "Iya Pak, nama saya Keenara Azalea Rafanda."ucapku sembari memperkenalkan diri. Supaya dia tidak perlu bertanya nantinya. "Saya tidak tanya nama kamu!saya cuma tanya siapa sekretarisnya."balasnya angkuh membuatku geram. Semua yang ada disini terkekeh kecil. Sepertinya aku harus mempunyai stok kesabaran ekstra kedepannya. Mengingat bahwa aku akan bekerja dengannya kedepan nanti. "Setelah ini, tolong kamu kasih laporan tentang perusahaan dan data karyawan di ruangan saya!"perintahnya "Baik Pak!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD