Part 8

965 Words
Sore hari setelah adzan Ashar berkumandang, langit tiba-tiba mendung dan turun hujan dengan sangat derasnya. Hampir satu bulan ini, Bumi Allah yang indah tidak mendapatkan berkah dari langit. Padahal semua orang tengah menantinya. Apalagi para petani yang sedang menanam padi. Menunggu hujan turun agar bisa mengairi sawahnya. Aku berteduh di bawah pohon rindang menunggu hujan reda. Tanganku terulur untuk memainkan rintikkan itu. Rasanya sudah lama aku tak seperti ini. Lagian bajuku jua sudah basah kuyub. Mau lanjut jalan, hujannya kenceng banget mataku sakit kalau dijalan karena aku tidak membawa helm. Aku membaca doa turun hujan kemudian berdoa. Karena salah satu waktu yang mustajab adalah saat hujan. Karena kala itu Rahmat Allah sedang turun. "Allahumma Soyyiban Nafi'aan" "Ya Allah, turunkanlah hujan yang bermanfaat.” (HR.Bukhari). Doa diatas dibaca saat kita meminta kepada Allah agar senantiasa diberi hujan yang mendatangkan manfaat, hujan yang membawa manfaat atau keberkahan untuk kehidupan bagi makhluk-makhluk yang ada di bumi. Hujan adalah sumber rahmat dari Allah sehingga akan membantu tumbuhnya tanaman dan lain-lain. Diharapkan hujan tidak membawa bencana atau petaka untuk kehidupan kita. Selain membaca doa turun hujan, sebaiknya kita juga melengkapi dengan berdoa tentang kebaikan apa saja yang kita inginkan. Karena hujan memang suatu keberkahan yang luar biasa. Nabi Muhammad SAW juga pernah bersabda yang berarti “carilah doa yang mustajab pada tiga keadaan yaitu: saat bertemunya dua pasukan (tentara yang bertempur). Saat menjelang shalat dilaksanakan dan saat hujan turun.” (HR.Baihaqi) Saat aku sedang merenung, tiba tiba ada sebuah payung yang menghalangi air hujan di atas kepalaku. Aku menoleh, ternyata Ustadz Ilham. "Ustadz?ustadz ngapain disini?"tanyaku Ustadz Ilham hanya tersenyum tipis. "Sebenarnya saya mau pulang tadi habis dari kajian, kebetulan juga saya lewat sini.Eh gak sengaja saya malah lihat motor kamu diparkir dipinggir jalan tapi gak ada orangnya, akhirnya saya turun. Dan benar, ternyata kamu ada disini." Aku hanya ber'oh'ria. "Ternyata kamu kaya anak kecil juga yah!masih suka main hujan hujanan." Celetuknya. Pandanganku masih lurus kedepan "Hujan itu unik. Dia mampu menyamarkan tangisan seseorang  hanya dengan rintikannya. Oleh karena itu aku suka hujan. Karena kala aku menangis, tak ada satupun orang yang tahu " "Kamu benar, terkadang hujan adalah suatu anugerah yang tak pernah kita ketahui" "Kamu tahu setiap habis hujan biasanya akan timbul pelangi?"lanjutnya bertanya Aku mengangguk "Karena setelah kesedihan pasti akan ada kebahagiaan"katanya "Iya, Nara percaya itu" "Saya cuma mau pesan, seberat apapun masalah kamu...kamu harus bisa menghadapinya!Sesedih apa pun kamu,   tetap tersenyumlah. Percayalah di balik itu semua ada kebahagiaan tak ternilai"wejangnya. Aku mengusap kasar air mataku yang sudah lolos tanpa ia ketahui. Percayalah, setiap kata kata yang terlontar dari mulutnya membuat dadaku sesak. Apakah bisa secepat itu aku  melupakannya?sedangkan dia selalu ada saat aku sedih. "Makasih Ustadz," "Kamu gak mau pulang gitu?udah sore loh ini." "Bentar lagi Tadz,  Nara masih kangen sama hujan. Udah lama banget gak kek gini." Ustadz Ilham terkekeh pelan. "Hujan aja di kangenin, kalau saya kamu kangenin juga gak?"katanya mengedipkan sebelah mata. Aku sempat tertegun mendengar ucapannya. Berncanda atau tidak, yang jelas pria itu sukses memporak-porandakan hatiku. Entahlah...perasaanku campur aduk. Tatapanku berubah menjadi sendu. Tanganku ku turunkan perlahan, yang semula bermain air hujan kini ku lipatkan keduanya di depan d**a. Aku hanya menampilkan lengkungan tipis dari kedua sudut bibirku. "Lupakan saja Nara!saya hanya bercanda tadi,"katanya sambil menormalkan mimik wajah. "Ustadz," "Boleh Nara bicara sesuatu?" Ustadz Ilham mengerutkan dahi "Huftt... mulai sekarang Nara minta, Ustadz jauhi Nara."aku memejamkan mataku rapat. Permintaan yang aku lontarkan cukup membuat dadaku sesak. Tatapan ustadz Ilham terlihat meredup. Aku juga dengar jika ia menghela nafas kasar. "Memangnya kenapa?" "Untuk saat ini Nara gak bisa jelasin alasannya. Makasih karena ustadz selalu ada untuk Nara selama ini." "Saya permisi dulu Tadz, Assalamualaikum".pamitku melenggang. Jujur, hatiku sakit saat melakukan hal ini. *** Author pov Abidzar duduk di hadapan Ilham dengan raut cemas. Ia ingin menyampaikan perihal pernikahannya, kepada sahabatnya itu. Tapi bagaimana caranya? Abidzar sampai pusing sendiri. "Lo kenapa sih zar?"tanya Ilham Sambil meneguk kopi dihadapannya. Tepatnya saat ini mereka sedang berada di rumah Ilham. Awalnya Abidzar mengajak Ilham untuk ketemuan saja di cafe. Tapi pria itu tak mau, alasannya badannya lelah. "Gue...gue...gue mau nikah."kata Abidzar Sesaat Ilham hanya diam. Namun, sedetik kemudian tawa Ilham pecah. Dikira pernyataan Abidzar hanyalah sebuah lelucon semata. "Ahahahahaa....lo serius Zar?jangan bercanda deh," Ilham memegangi perutnya yang terasa kram. "Gue gak becanda Ham!"sungut Abidzar Ilham berusaha menghentikan tawanya. "Abidzar Abidzar, gak ada angin gak ada hujan lo dateng dateng bilangnya mau nikah?kalo becanda yang elit dikit dong Zar!" Abidzar mendengus. "Gila lo!" "Lagian lo mau nikah sama siapa coba?deket ama cewek aja gak pernah lo!" Cibir Ilham "Ya sama anak orang lah!ya kali sama dedemit!"ketus Abidzar "Hhhha...Zar, Zar gue tau selama menduduki dunia perjombloan, lo kurang kasih sayang dari cewek tapi gak segitunya juga kali!" "Ham gue serius! plis lo ngertiin waktu dimana gue serius sama bercanda"Tatapan Abidzar menajam. Ilham mengubah mimik wajahnya. Sepertinya sahabatnya itu memang sedang tidak bercanda saat ini. "Oke, gue minta maaf kalo kata kata gue bikin lo tersinggung. Tapi Zar, setau gue lo gak pernah deket sama cewek selama ini terus sekarang lo bilang udah mau nikah aja!apa lo dijodohin?" Raut mukanya mulai serius. "Enggak!" "Lha terus?" "Ceritanya panjang Ham, kalo gue cerita sekarang mungkin lebaran gajah baru kelar tu cerita. Pada intinya gue menikah karena sebuah kesalah paham"ujarnya sedikit hiperbola. Ilham mengangguk paham. "Akadnya kapan?" "Tiga hari lagi Ham,"lirih Abidzar "Dan gue harap lo dateng kesana."pintanya seraya menyodorkan kertas undangan. "Tapi maaf Zar, gue kayanya gak bisa dateng. Besok Lusa gue harus ke keluar kota. Gue ada urusan yang sangat urgent disana."balas Ilham seraya mengembalikan Undangan kepada Abidzar. "Gak bisa dipending atau diwakilin ke siapa gitu?"tawar Abidzar berharap. "Gak bisa Zar, masalah ini harus gue yang turun tangan langsung." "Hufttt...gak bisa ya?"pasrah Abidzar. Padahal dirinya sangat menginginkan kedatangan Ilham untuk menyaksikan sesuatu yang hanya akan terjadi sekali seumur hidupnya. Walaupun mereka sering berantem, bertingkah absurd, tapi mereka sangat solid dalam berkawan. Susah senang mereka lalui bersama. Mengingat Abidzar dan Ilham yang sudah bersahabat sejak SMP. "Maafin gue Zar udah buat lo kecewa."Ucap Ilham dengan nada sendu. "It's okay...gue paham kok" "Sekali lagi, maafin gue. Gue gak bisa berbuat banyak. Gue cuma bisa doain yang terbaik buat lo! Semoga acara lo lancar nantinya." kata Ilham tulus sambil menepuk bahu Abidzar.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD