Part 7

673 Words
Sesuai perjanjian, hari ini keluarga Pak Rasyid menyambangi rumahku. Sebelumnya aku sudah menyampaikan hal ini kepada Abi dan Umi, tampaknya mereka juga tidak keberatan. Justru kedatangan Pak Rasyid di sambut antusias oleh Abi. Mengingat bahwa Pak Rasyid adalah salah satu Kyai kondang di kota ini. Kami semua duduk diruang tamu. Ditemani beberapa cemilan dan teh hangat.  Dari keluarga Pak Rasyid ada beliau, Pak Abidzar, Wanita paruh bayah yang mungkin uminya, Bang Alif, Mbak Luna dan Adel. Aku duduk di samping Umi yang juga berhadapan dengan Pak Abidzar. Yang ku lihat, Abi dengan mudahnya langsung akrab dengan Pak Rasyid. Seperti kawan lama yang baru jumpa. Padahal setauku, mereka baru bertemu kali ini secara langsung selain  saat Abi  mengikuti pengajian. "Jadi bagaimana Nara, apa kamu setuju kalau pernikahannya diadakan satu minggu lagi?"tanya Pak Rasyid saat semuanya sudah diputuskan. Jangan lupakan kalau aku sudah menceritakan awal mula permasalahannya kepada Abi dan umi ku. Jantungku bermarathon. Rasanya seperti baru berlari puluhan kilo. Berdetak sangat kencang sampai wajahku yang dapat kupastikan sudah pucat saat ini. Aku juga merasa keringat dingin bercucuran di sekujur tubuhku. Alih alih menjawab, aku meremas gamis yang aku kenakan. Berharap rasa gugupku segera berkurang. "Nara?bagaimana sayang?"tanya Umi menggenggam lembut tanganku. Aku menatap ke semua orang. Mbak Luna dengan semangat memberikan kode agar aku mengiyakannya. Bagaimana ini? Setengah hati ku masih belum ikhlas. Berat rasanya melepas perasaan yang sudah lekat untuk Ustadz Ilham. Tapi aku juga gak boleh egois. Ini demi kebaikan bersama. Menyangkut nama baik dua keluarga. Toh kemarin aku sudah terlanjur mengiyakan pertanyaan Pak Rasyid. Aku menggigit bibir bawahku "Bismillah, Insyaa Allah Nara siap"kataku. Semua orang mengucapkan hamdalah. "Jadi gimana nih?persiapan gedungnya?"sahut Mbak Luna "Bagaimana kalau kita adakan resepsinya jangan di gedung, melainkan di Pondok aja"Usul Bang Alif "Aishh...di gedung aja mas biar keliatan mewah"kata mbak Luna "Kalau dipondok kan banyak santri sayang, sekalian kita juga minta doa dari mereka"ucap Bang  Alif tak mau kalah "Ya kan kita bisa ajak mereka juga!" "Sudah sudah, ini yang mau nikah kan Abidzar sama Nara, kenapa jadi kalian yang ribut sih?"lerai Umi Aisyah sambil terkekeh. Mbak Luna mengerucutkan bibirnya. Aku hanya diam, terlalu malas untuk menanggapinya. Bukan karena aku tidak merespon, hanya saja aku sedang tidak mood. "Bagaimana nak?kamu maunya resepsinya di adakan dimana?"tanya Abi ku Aku menoleh "Dirumah aja Bi."ucapku pelan. "Yasudah kalau begitu, kamu mau mahar apa nak dari Abidzar?"tanga Pak Rasyid. Mahar?aku saja sampai tidak kepikiran soal itu. "Eumm..Nara mau hafalan surat Ar Rahman saja Pak"kataku "Masya Allah...ada yang lain mungkin?"tawarnya Aku menggeleng pelan. "Kamu yakin Nara?" Aku menganggukkan kepala "Gimana Zar?"tanya Bang Alif menyenggol sikut Pak Abidzar yang kebetulan ada di sebelahnya. "Yaudah kalo maunya cuma itu!Beneran malah!"Acuhnya Umi Aisyah menginjak kaki Pak Abidzar dari bawah kolong meja. Membuat lelaki itu mengaduh kesakitan. "Abidzar!jaga sopan santun kamu!"Umi Aisyah berucap "Iya iya, becanda doang tadi" "Sebaik-baiknya wanita adalah yang paling ringan maharnya,tapi ringan bukan berati mudah. Dan sebaik baiknya lelaki adalah yang memberatkan maharnya"timpal Pak Rasyid. "Iya bi, Abidzar paham" "Yasudah masalah mahar, biar Abidzar saja yang memikirkannya nanti. Berhubung hari sudah siang, dan saya harus mengajar santri di pondok kami sekeluarga permisi dulu"Pamit Pak Rasyid. Kami menyalaminya dengan sopan. Sepeninggalan mereka aku langsung memasuki kamarku. Skip Sekali lagi bayangan ustadz Ilham terngiang di kepalaku. Senyumannya, keramahannya, kelucuannya dan semuanya tentang dia. Aku sangat merindukannya. Kalian tahu apa definisi dari kata rindu? Rindu adala rasa ingin atau berharap kepada sesuatu. Dan saat ini aku sanagt ingin untuk berjumpa dengannya. Gak, kamu harus ingat Nara sebentar lagi statusmu akan berubah!bisikku pada hati. Aku gak pernah menyangka akan berada diposisi dan situasi serumit ini. "Kenapa sih dia harus muncul terus di dalam otakku"gerutuku "Ayolah Naraa!!kamu harus fokus!kamu harus bisa lupain dia!" "Mulai sekarang, dia sudah tidak pantas untuk kamu pikirkan!" Hampir dua tahun lebih aku menaruh perasaan kepada lelaki itu. Dia adalah lelaki yang berhasil membuatku jatuh cinta untuk yang pertama kalinya. Kenapa sih sulit sekali untuk melupakannya? Kenapa juga dia harus masuk ke dalam hatiku sedalam ini. Kalau seperti ini kan aku sendiri yang susah. Menahan perasaan yang tidak akan menjadi kenyataan bukanlah hal yang mudah. Aku mengambil buku yang ku beli beberapa hari lalu bersama Alya. Mungkin dengan membaca, pikiranku akan sedikit fresh. Dan belum lama aku membacanya, rasa kantuk menyerangku. Beberapa menit kemudian aku terlelap dengan buku yang masih berada di genggamanku.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD