chapter 3

1342 Words
Bukan salah Alvan karena dia tidak mengenal Tara meskipun mereka merupakan teman seangkatan selama dua tahun. Bukan salah Tara juga karena dia menjadi tipe orang yang tidak terlalu suka bergaul sehingga Alvan tidak mengenalnya.   Tara adalah tipe orang yang cuek, dia hanya akan mengurusi urusan yang memang membutuhkan keterlibatannya. Jika tidak, jangan harap Tara akan melirik, membicarakannya saja Tara enggan. Bukannya egois dan terlalu mementingkan diri sendiri, tapi Tara memang tipikal yang enggan ikut campur urusan orang lain. Jadi jelas, Alvan tidak mungkin mengenal Tara jika gadis itu memiliki kepribadian seperti itu dan mereka memang tidak pernah punya urusan satu sama lain sebelumnya. Jadi perihal Alvan yang tidak mengetahui bahwa Tara adalah teman seangkatannya bukanlah kesalahan Alvan maupun Tara.     Tiga hari sudah Alvan duduk di kelas dua belas. Dan selama itu pula Alvan duduk di belakang seorang Tara Andini Juniarty, gadis yang Alvan anggap adik kelas saat pertemuan pertama mereka di UKS. Selama itu juga Alvan belum melakukan interaksi berarti dengannya meskipun duduk depan belakang.     Menurut hasil observasi Alvan, Tara adalah tipikal cewek yang cuek dan agak susah bersosialisasi. Namun bukan berarti Tara masuk dalam kategori introvert atau pendiam. Tara hanya tidak suka memulai sebuah percakapan lebih dulu dengan orang yang belum dia kenal dekat. Terlihat dari cara Tara yang hanya diam saja saat tidak ada teman-teman dekat atau teman yang sudah ia kenal sejak kelas sepuluh atau sebelas. Dalam pengamatan Alvan, Tara benar-benar belum pernah terlihat memulai interaksi duluan dengan teman-teman baru—yang belum pernah sekelas atau dia kenal sebelumnya. Termasuk Alvan.Tetapi saat Tara bersama teman-teman dekatnya atau yang sudah dia kenal sebelumnya, cewek itu bersikap ceria, supel, cerewet bahkan senang bercanda. Sebenarnya, tidak ada yang spesial dari Tara sehingga Alvan mengobservasinya selama tiga hari ini, selain karena fakta Tara ternyata berteman cukup akrab dengan Ify, mantannya.   Ohiya, ngomong-ngomong soal Ify, perkembangan hubungan Alvan dan cewek itu juga belum ada. Ify masih bersikap seolah Alvan tidak ada di satu kelas yang sama dengannya, sedangkan Alvan bersikap seolah tidak pernah kenal dengan Ify sebelumnya. Meskipun sebenarnya, Alvan sangat ingin memperbaiki hubungannya dengan Ify. Tidak harus balikan, karena Alvan sendiri tidak yakin kalau dia masih suka dengan cewek itu, hanya saja Alvan rindu bertukar pikiran dengan Ify, sharing  seputar lagu sampai berbagi soal film favorite.   Iya, terlalu banyak kesamaan dan kecocokan antara Ify dan Alvan. Hal itu yang membuat mereka amat sangat lengket saat jaman pdkt dulu. Masa pdkt mereka yang terbilang cukup lama—hampir 3 bulan—dikarenakan keduanya merasa nyaman dengan status ‘teman dekat’. Tetapi tentu saja, seperti kata-kata quotes tumblr, “semua cewek butuh kepastian”.Maka karena sudah merasa sangat amat nyaman, Alvan memutuskan untuk meresmikan hubungannya dan Ify. Berhubung Ify termasuk gebetan yang lumayan spesial untuk Alvan, maka pernyataan cinta Alvan untuk Ify dibuat sama spesialnya.   “Van, abis ini jam pelajaran apa deh?” suara ngebass milik Rifki yang duduk di belakang Alvan membuat cowok itu ditarik dari alam pikirannya seputar Ify. Ngakunya udah gak suka sama Ify, tapi kerjaannya flashback waktu jaman-jaman pdktan.   “Eh... hah? Apa ya? Auk dah, gak liat jadwal gue,” jawab Alvan rada linglung. Ya namanya juga orang lagi ngelamun, kalo dikagetin ya kalo gak jantungan ya mendadak bego, kayak Alvan sekarang.   Mendadak Alvan melirik sosok Tara yang duduk di depannya. Cewek itu terlihat sedang mendengarkan lagu menggunakan earphone yang terhubung ke ponselnya. Sesekali kepala cewek itu bergerak-gerak, mungkin mengikuti irama lagu. Alvan jadi bertanya-tanya, lagu apa yang sedang di dengarkan Tara, ya? Apa dia dan Alvan punya selera yang sama?   Tiba-tiba sebuah ide melintas di kepala Alvan. Dia tau bagaimana bisa berinteraksi dengan Tara.   Alvan memajukan sedikit tubuhnya dan mencolek punggung Tara dengan ujung tutup pulpen. Alvan bisa melihat reaksi tubuh Tara yang seketika menegang saat Alvan mencoleknya, mungkin karena kaget. Lalu seperti keinginan Alvan, gadis itu memutar tubuh menghadapnya, dengan wajah datar seperti yang Alvan temui di UKS tempo hari.   “Kenapa?” tanyanya datar tanpa menatap lurus mata Alvan.   Alvan menghela nafas. Ini cewek beda banget kalo sama yang belum kenal, datar abis. “Abis ini jam pelajaran siapa, Tar?” tanya Alvan, pake segala sksd manggil Tara Cuma dengan ‘Tar’. Berasa udah kayak temen akrab aja.   Tara terlihat sedikit mengernyit saat mendengar panggilan Alvan yang sangat sok kenal itu, namun ia tetap menjawab. “Bahasa Inggris.”   “Oh, okedeh, eh lagi dengerin apa?” tanya Alvan, berusaha menahan Tara untuk memperpanjang percakapan.   Tara melirik sebelah earphonenya yang terjuntai bebas di bahunya sebelum menjawab, “Lady Antebellum.”   “Oh suka musik country  lo? Denger lagunya yang mana?” tanya Alvan lagi, tidak perduli dengan jawaban Tara sebelumnya yang terkesan ingin memutus obrolan.   “Lagu lama, need you now.” Kali ini tatapan Tara terarah tepat ke manik mata Alvan sehingga mereka berdua sama-sama bertatapan.   Sepertinya untuk berbicara dengan Tara memang butuh waktu. Terbukti, kalau Alvan terus-terusan mengajak bicara, cewek itu mau juga kok bicara dengannya meskipun awalnya ogah-ogahan.   “Kayaknya gue tau lagu mereka juga Cuma itu doang, deh, hahaha. Bukan selera gue sih soalnya,” jelas Alvan tanpa ditanya. Namun Tara terlihat menyimak.   “Gue juga kok, sama yang just a kiss sih, tapi gak begitu suka. Kalo lagu yang ini suka banget, soalnya lagunya kayak gak termakan jaman gitu.” Tuhkan, bahkan Tara sekarang sudah mulai banyak bicara. Berarti observasi Alvan tiga hari ini benar, Tara ini memang tipe yang harus diajak bicara duluan atau dia tidak akan bicara sama sekali, kecuali kalau perlu.   “Selain itu suka apa lagi?” Alvan memajukan tubuhnya, mencoba menyamankan diri untuk mengobrol dengan Tara. Abis bosen juga duduk sendirian—karena Fadhil masih izin sakit—dan teman-teman cowok yang duduk di belakang Alvan lebih doyan molor atau kabur ke kantin kalau lagi jam kosong, siapa tau setelah ini Tara bisa jadi teman ngobrolnya.   Echa, gadis yang duduk di samping Tara doyannya baca komik, hanya sesekali kalau lagi males baca atau sudah selesai baca baru dia mengobrol dengan Tara. Tara sendiri lebih sering keliatan ngobrol dengan Dewi dan Fara yang duduk di depannya atau menghampiri Ify dan mengobrol dengannya di kursi Ify—karena tidak mungkin Ify yang menghampiri ke kursi Tara yang letaknya persis di depan Alvan.   “Gue ngacak sih sukanya, gak spesifik, apa yang menurut kuping gue enak ya gue suka. Gue lebih prefer ke musiknya daripada penyanyinya.” kata Tara.   Alvan manggut-manggut. Musik sepertinya tidak bisa jadi jembatan untuk mengobrol dengan Tara lebih dekat. Karena selera Tara yang random mungkin bakal susah dideteksi oleh Alvan. Beda dengan Ify, selera musik Ify yang mirip dengan Alvan bikin mereka langsung klop. Tapi dengan Tara juga Alvan tidak merasa sepenuhnya tidak cocok sih, buktinya dia nyaman-nyaman saja ngobrol dengan Tara meskipun selera musik mereka gak sama.   “Kalo lo emang suka apa?” tanya Tara membuat Alvan agak terkejut. Tidak menyangka kalau akhirnya Tara akan bertanya balik kepadanya. Karena sedari tadi cewek itu hanya sekedar menjawab setiap Alvan bertanya.   “Gue suka coldplay, tapi gak ngefans sih Cuma ya musiknya mereka tuh kayak gue banget gitu.” Tara tersenyum kecil, “gue kira selera lo sejenis Justin Bieber, One Direction gitu.”   Alvan refleks berseru geli. “Enak aja lo! Enggak lah, musik mereka kan buat cewek-cewek ababil, gue mana doyan!”   “Enak tauu yang Love Yourself. Sumpah gue suka banget lagunya. Itu lagu kayak two faces  gitu, nada sama musiknya akustikan gitu kan kayak lagu romantis padahal liriknya mah ngejelekin! Hahaha.” Alvan sempat diam sejenak saat melihat Tara tertawa selayaknya mereka memang sudah sangat akrab. Tawa Tara rupanya menular kepada Alvan. “Iyasih lagu yang itu gue akuin lumayan enak dan gua setelah denger beberapa kali baru engeh sama maknanya.”   Akhirnya sisa jam kosong itu dihabiskan Alvan dan Tara dengan mengobrol ngalur ngidul. Mulai dari musik, gosip artis, film, anime bahkan sampai membahas fenomena-fenomena yang lagi jadi trend. Intinya mereka banyak mengobrol soal macam-macam. Mereka memiliki pendapat yang selalu berbeda, tetapi entah kenapa perbedaan itu justru membuat topik pembicaraan mereka jadi semakin luas dan banyak.   Dan setelah hari itu, Alvan berasumsi, if they would be a good, really good friend.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD