chapter 5

1071 Words
Sepulang ke rumah. Lauren terkejut saat kamarnya sudah di tata oleh pada pelayan menjadi tempat romantis untuk dinner. Lauren menatap pada suaminya yang terlihat sangat tampan dengan suitenya. Sementara dirinya hanya mengenakkan celana panjang hitam dengan bahan blundru, kaos hangat dan outerwear yang masih melekat di tubuhnya. Fabian melepaskan outerwear Lauren dan menggantungnya. “Fabian, ini apa?” tanya Lauren. Pria itu menarik kursi untuk Lauren dan mempersilahkannya untuk duduk. Lauren pun duduk dan masih menunggu jawaban dari suaminya itu. “Aku hanya merasa bosan dan lelah dengan semua pertengkaran beberapa hari ini,” jawab Fabian sambil duduk dihadapan Lauren. Seorang pelayan membawakan makanan untuk mereka berdua. Dan seorang lagi menuangkan white wine ke gelas yang sudah terletak di meja. Fabian mengangkat gelasnya dan menjetingkannya pada gelas Lauren. Istrinya itu masih terlihat takjub dan terdiam “Kamu tidak senang?” tanya Fabian. Lauren meneguk winenya dan menggelengkan kepala. “Aku suka. Hanya saja aku merasa aneh. Kamu memakai suite dan aku hanya kaos tebal dan celana bludruku,” balas Lauren. Fabian pun tertawa dengan perkataan kekasihnya itu. “Kamu cantik dengan apa pun, sayang,” ucap fabian. Pria itu mendekatkan dirinya pada Lauren dan berbisik,” bahkan tanpa sehelai benang pun.” Tambahnya. Wajah Lauren pun memerah dan memalingkan wajahnya dari Fabian. Mereka pun meningmati hidangan makan malam dan berbicara hal-hal yang santai. Seakan melupakan untuk sementara soal anak atau pun rencana yang diinginkan ayah Fabian. Lauren mengatakan saat pulang ke Jakarta nanti, dia ingin membuka usahanya sendiri dan Fabian tidak boleh ikut campur sedikit pun. “Kenapa?” tanya Fabian. Lauren pun menatap Fabian sambil mengunyah steak yang ia makan dan menatap pada suaminya. “Kamu sangat pintar dalam setiap usahamu. Dan aku ingin belajar sendiri dari nol tanpa bantuanmu,” balasnya. Fabian pun tersenyum dan menganggukkan kepalanya. Fabian pun berencana untuk pulang ke Jakarta sekita satu bulan lagi. Karena semakin lama di sini ayahnya akan terus memaksanya untuk melakukan hal yang tidak dia sukai. Keduanya sudah menyelesaikan makanan mereka dan pelayan pun sudah membawa semua hidangan keluar. Meninggalkan satu botol red wine di meja. Fabian memindahkan botol itu ke soda dan menuangnya ke gelas mereka berdua. Tangan Lauren menggenggam tungkai gelas dan menyesap red winenya perlahan. Tangan Fabian terulur dan mengambil gelas wine dari tangan Lauren. Menaruhnya di meja dan menarik Lauren kepangkuannya. “Aku merasa cemburu pada wine itu. Kamu terlihat lebih menikmatinya dari pada aku,” ucap Fabian. Lauren pun hanya tersenyum dengan perkataan suaminya. Dengan tungkai kakinya yang terlipat dan duduk menghadap pada suaminya itu. Tangan Lauren menyentuh rambut dan berjalan kerahang Fabian. “Kamu pria yang sangat menyebalkan tuan Bossy. Dan kamu cemburu pada sesuatu yang tidak penting sama sekali,” ucap Lauren. Fabian tidak menggubris perkataan istrinya itu. Dia memeluk istrinya dan membuat wanitanya itu semakin tidak memiliki jarak dengannya. tangannya menyusup pada kaos tebal yang masih dipakai Lauren dan membelai perut wanitanya yang masih sangat ramping. “Kamu tahu, tidak ada yang boleh menggodamu, termasuk wine itu,” ucap Fabian. “Mhhh...” Lauren melenguh saat jemari Fabian menyentuh bagian dadanya dan memijatnya. Sentuhan Fabian membuat Lauren melenguh dengan keras. jemarinya menjambak rambut Fabian dan pinggangnya pun bergerak dengan resah. Wajah wanita itu pun tertunduk dan memagut bibir Fabian dengan gairah. Keduanya semakin intens dan saling memuaskan satu sama lain. Laruen pun mengecup lekukan leher Fabian. Seakan membalas jemari pria itu yang berjalan semakin jauh. Bahkan dia sudah membuka baju hangat Lauren dan melepaskan celana bludrunya. Tanpa membuat wanita itu turun dari pangkuannya sedikit pun. Dalam lumatannya pada bibir pria itu. Tangan Lauren pun seakan membantu melepaskan celana bahan Fabian. Namun, pria itu menahan jarinya saat perempuan itu ingin menyentuhnya. Fabian menatap istrinya itu dan mendudukannya di sofa. Fabian pun menuruni sofa dan menahan kedua paha wanitanya agar tetap terbuka. “Fab...” Lauren melenguh keras saat merasakan bibir pria itu yang menyentuh area sensistifnya. Memagutnya tanpa jeda dan bahkan bibirnya seakan menyiksanya. “Ahh... kamu...Fab...” Lauren mengerang dengan keras. Jemarinya mencengkram ujung sofa dan merasakan jemari dan bibir Fabian terasa semakin menggila. Dia melenguh dengan keras. Setiap siksaan Fabian seakan membuatnya semakin merasa sesak. Napasnya pun terasa semakin terputus dan dia merasakan tubuhnya semakin terbakar. Punggung Lauren terangkat, sementara Fabian sudah menahan pangkal paha Lauren dan menyiksanya semakin dalam. “Fabbbhhh...” Lauren pun melenguh dengan keras saat merasakan tubuhnya yang semakin mengejang. Seakan ia ditarik pada sebuah rasa yang begitu kuat. Dan terjun dengan sangat nikmat. Deru napasnya pun terasa terputus-putus dan bibir Fabian yang memagutnya dengan lembut. Dan dengan perlahan Fabian mengangkat tubuh Lauren dan merebahkannya ke kasur. Pria itu pun melepaskan seluruh pakaiannya dan kembali memeluk Lauren. Memagutnya dengan lembut dan mencium sekujur tubuh istrinya itu. Tangan Lauren pun memeluk bahu Fabian dan mencengkram bahu pria itu, saat merasakan hentakkannya yang terasa kuat. Pria itu mencumbu bibir Lauren dengan sangat menggebu. Dengan hentakkannya yang begitu kuat dan dalam. Seakan membuat Lauren terbang pada kenikmatan. Bibir Fabian pun turun memberi tanda kepemilikan pada leher dan d**a Lauren. Membuat wanita itu semakin melenguh dengan keras. Kedua tungkai kaki Lauren pun melilit pada pinggang Fabian dan merasakan hentakkannya yang semakin menggila. Kepala Lauren mendongak merasakan setiap kenikmata yang Fabian berikan. Hingga akhirnya mereka pun merasakan kenikmatan itu sampai pada puncaknya. “Tatap mataku,” ucap Fabian. Lauren dengan seluruh pikirannya yang sudah tidak pada tempatnya. Berusaha untuk tetap menatap mata Fabian dan merasakan hentakkan terakhir dan pelepasan mereka yang begitu hebat. Pria itu pun tetap menatap Lauren yang terlihat terlena akan kenikmatan yang Fabian berikan. Pria itu masih berada diatas tubuhnya. Memeluknya dan mencumbu bibirnya. Fabian menarik tubuh Lauren dan membuat wanita itu rebah di atasnya. “Aku sangat suka dengan wajahmu setiap kali mencapai klimaks,” ucap Fabian. Lauren mencium d**a bidang Fabian dan berjalan pada lehernya. “Dan hanya kamu yang dapat memberikan itu padaku,” ucap Lauren. Mereka pun kembali berpagutan. Dan dengan Lauren yang berada diatasnya, mereka kembali bercinta dan mengerang untuk sebuah kenikmatan. Seakan malam masih terasa panjang, penghangat ruangan, wine dan tubuh mereka cukup untuk membuat suasana menjadi hangat. Tangan Lauren berjalan pada d**a Fabian, pinggangnya bergerak dengan ritme yang sedang. Dan itu membuat pria dibawahnya seakan tersiksa. Lauren hanya tersenyum dengan ekspresi pria itu. Namun, Fabian seakan membiarkan Lauren untuk memberikannya kepuasan. Membiarkannya untuk menjadi pemegang kendali dan berusaha untuk memuaskannya. Namun, tangan Fabian seakan tidak pernah berhenti untuk membelai pangkal paha Lauren dan juga dadanya. Membuat Laruen selalu tersentak dan menggigit d**a Fabian.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD