Bekal Spesial

1651 Words
"Naura.... bangun, udah pagi nih! Lo gak ngampus apa?" ujar Airin membangunkan Naura. Airin merapihkan sajadah yang baru saja ia kenakan. Lalu berjalan menuju Naura, untuk membangunkan Naura, lagi. "Hm." Naura hanya bergumam, sembari merenggangkan otot tubuhnya. "Udah pagi?" tanya Naura dengan kesadaran yang belum sempurna. "Lo liat jam deh!" perintah Airin. Naura melirik jam dinding yang ada di ruangan ini. Dengan tangan yang masih menggaruk-garuk kepalanya yang tidak gatal. "Jam 6, kita ada kelas jam berapa?" tanya Naura, kini gadis itu menguap di depan Airin. "Jam 9, tugas lo udah kan?" tanya Airin menatap menyelidik kearah Naura. "Emang ada tugas?" tanya Naura. "Ya ampun Ra, gimana lo mau lulus tahun ini coba?" ucap Airin. Airin mengomel, sementara Naura hanya diam menahan kantuk. Bagi Naura Airin sama seperti Ibunya. Akan sangat bawel ketika ia salah, ceroboh, dan pelupa. "Nanti lo gak bisa lulus tahun ini gimana?" ucap Airin setelah mengakhiri omelan-nya. "Gue bikinin sarapan dong Rin, " ucap Naura tidak tahu diri. Airin menghela nafas, mencoba untuk sabar menghadapi Naura. "Ya udah, lo mandi sana. Gue bikinin sarapan setelah itu lo pulang, ya?" ujar Airin. Naura hanya mengangguk, gadis itu segera bangkit dan berjalan menuju kamar mandi Airin. Kamar mandi yang tidak terlalu lebar, namun cukup untuknya. Sementara Airin, sedang menyiapkan sarapan untuk keduanya. Tidak sampai 10 menit, Naura sudah keluar dari kamar mandi. Ia berjalan menuju Airin yang sedang menyiapkan sarapan. "Nih, seadaanya aja ya. Gue lagi gak punya duit," ujar Airin. Airin mengambil nasi untuk dirinya. "Wah, ini mah makanan enak," ucap Naura. Ia segera mengambil piring dan nasi. Airin diam, menatap Naura yang makan dengan lahap di depannya. "Ra, ini cuma mie sama nasi deh. Kenapa lo bisa selahap itu?" tanya Airin heran. "Kan lo tahu gue gak pernah di bolehin makan mie?" ujar Naura sembari mengunyah. "Ah ini enak banget asli! Gue habisin gak pa-pa ya?" Airin pun hanya mengangguk, dan masih keheranan dengan sifat Naura. Selsai makan, Airin akan mencuci piring. Namun, Naura melarangnya. "Gak usah. Kan gue yang habisin makanan lo. Jadi gue aja yang nyuci piring." "Lo serius? Emang lo bisa?" tanya Airin tidak yakin. "Bisa. Udah gue aja, gak pa-pa," jawab Naura meyakinkan Airin. Naura pun mencuci piring bekas mereka makan. Dengan Airin yang mengawasinya. Bukan apa-apa. Airin hanya takut Naura tidak bisa dan malah hanya akan mengacaukan semuanya. "Dah kan selsai, gue bisa, kan?" ucap Naura membanggakan dirinya. "Ternyata enak juga ya jadi anak kos. Gak ada yang ngomelin." "Lo mau ngekos?" tanya Airin. Naura menatap Airin. "Boleh juga ide lo!" "Kayak di izin aja sama bokap lo," ucap Airin lalu berjalan menuju ruangan utama. **** Arga sudah siap untuk pergi ke kampus. Namun ia malah melihat Mamanya yang sedang berada di dapur. "Sejak kapan Mama ada di sini?" tanya Arga. "Dari tadi. Tadi Mama liat kamu masih di kamar mandi. Jadi Mama putuskan untuk masakin sarapan buat kamu," ucap Mama Arga. "Makasih, Ma," jawab Arga sembari tersenyum tulus. "Kok makasih, sih? Ini kan kewajiban Mama." Mama Arga kembali melanjutkan kegiatannya memasak. Arga hanya diam, menatap Mamanya dari belakang. Sudah hampir 10 tahun lamanya, Arga tidak pernah merasakan masakan Mamanya. Arga memakan nasi goreng yang di masak oleh Mamanya. Dengan begitu lahap. Hingga Arga mampu menghabiskan satu piring nasi goreng tersebut. "Ma, kayaknya aku harus ke kampus. Udah mau telat," ucap Arga sembari melirik jam di pergelangan tangannya. "Ya udah, kamu hati-hati ya," ucap Mama Arga. Arga mencium punggung tangan Mamanya. Lalu berbalik ingin keluar dari apartemen. "Arga!" Dianna, Mama Arga memanggil, padahal Arga baru melangkah kan kakinya. "Iya Ma, kenapa?" Dianna memberikan sekotak bekal untuk Arga. "Loh kan aku udah makan," ujar Arga kebingungan. "Ini emang bukan buat kamu," ucap Dianna. "Terus?" "Buat calon mantu Mama. Kamu kan lagi pendekatan sama dia. Kamu kasih bekal ini buat dia, ya?" ucap Dianna dengan tatapan memohon. Arga menghela nafas. Ia tidak tega jika harus menolak permintaan Mamanya. "Ya udah. Nanti Arga kasihin," ucap Arga akhirnya. Membuat Dianna tersenyum senang. "Aku berangkat, Ma." "Hati-hati, semangat ngajarnya!" ujar Dianna sedikit membesarkan suaranya. Agar, Arga di depan sana mendengar ucapannya. **** "Makasih, Pak," ucap Naura saat turun dari ojek online yang ia tumpangi. Naura menghela nafas. "Pasti gue di omelin," gumam Naura. Gadis itu mengambil sesuatu dari dalam tasnya. Gadis itu tersenyum, ia menyumpalkan earphon di telinganya. Setelah itu, Naura berjalan masuk kedalam rumah. "Eh Non Naura udah pulang," ucap salah satu asisten rumah tangga yang tinggal di rumah Naura. Karena Naura menggunakan earphon, tetapi sebenarnya Naura mendengar. Dan ia memilih untuk pura-pura tidak mendengar. "Kok sombong banget sih, Non Naura," ujarnya terheran-heran. Sementara itu, suasana di meja makan keluarga Atmajaya pagi ini cukup baik. Tidak ada keributan. Namun semua berubah ketika Naura masuk kedalam rumah. "Ayem banget gak ada Kak Naura," ujar Pangeran. "Hust! Gak boleh gitu," ucap Nayla. Naura mendengar semuanya. Tetapi, ia memilih diam. "Naura... " panggil Nayla, Mami Naura. Naura tidak menghiraukan hanya melangkah. "Naura... " panggil Nayla sekali lagi. Namun tetap sama. "Naura!" Suara bass Tuan Atmajaya terdengar. Membuat Naura menghentikan langkah kakinya. Naura berbalik, dan melihat kearah anggota keluarganya. Di meja makan hanya ada Atmajaya, Nayla dan Pangeran. Tidak ada Felly di sana. "Bagus ya, semalaman gak pulang dan giliran pulang sama sekali gak nyapa orang-orang di sekitar," ujar Atmajaya. "Mas, udah..." ucap Nayla melerai keduanya. Nayla tidak ingin semua ini menjadi panjang. Atmajaya menghela nafas, sembari mengatur emosinya. Susana pun menjadi hening. Dan mereka masih di tempat yang sama. "Udah?" ucap Naura menatap anggota keluarganya. Tidak ada jawaban, Naura memilih berjalan menuju kamarnya. Ia muak jika harus seperti ini terus menerus. Naura masuk kedalam kamar. Ia duduk diranjang, tiba-tiba ucapan Airin tadi pagi mencul tiba-tiba. Ia ingin menghirup udara bebas. Ingin merasakan tinggal sendiri tanpa ada kekangan. Naura menghela nafas. "Mending gue ganti baju dan ngampus," ucapnya. Ia langsung berjalan menuju lemari untuk memilih baju. **** Arga menghela nafas. Ketika ia melihat Felly yang baru saja datang. Arga menatap kotak bekal yang di berikan oleh Mamanya tadi. Sekarang ia bimbang, haruskah ia memberikan kotak bekal ini kepada Felly? "Apa saya harus memberikannya?" ujar Arga, menimang-nimang keputusannya. "Fel, lo yakin gak pa-pa? Wajah lo pucat gitu," ucap Sindy, rekan Felly. Mendengarnya membuat Arga melihat kearah Felly dan Sindy. Memang benar, wajah Felly terlihat begitu pucat. "Gak pa-pa kok, Sin," jawab Felly sembari tersenyum. Dor.... Arga kaget, ia mendongak menatap orang yang berani mengagetkannya. "Bang, ngapain sih?" ujar Naura. Semua Dosen menatap kearah Naura dan Arga yang ada di ambang pintu. "Eum, maksud saya, Pak. Bapak ngapain?" ujar Naura. Arga melihat para Dosen mulai sibuk lagi dengan pekerjaannya. Kemudian, Arga menarik Naura ke tempat yang lebih sepi. "Kamu tuh ngagetin saya tahu, gak!" ujar Arga sedikit kesal. "Gak pa-pa kan? Jantungnya aman kan? Gak copot?" ucap Naura menatap Arga. Arga membuang nafasnya. Lalu menyandarkan kepalanya di dinding. "Bang Gaga kenapa? Sakit?" ucap Naura, Naura menaruh tangannya di kening Arga. Untuk mengecek suhu badan Arga. "Saya gak pa-pa," jawab Arga. Naura diam. Lalu ia melihat kotak bekal yang di bawa oleh Arga. "Bang Gaga bawa bekal?" tanya Naura. Karena ini sesuatu hal yang baru. "Oh ini? Ini masakan Mama saya. Tadi juga beliau suruh saya bawa bekal ini," ucap Arga. Naura mengangguk paham. "Kamu mau?" ucap Arga, membuat Naura kaget. "E.... emang boleh?" ucap Naura tidak percaya. "Nih buat kamu, " ucap Arga. Arga memberikan kotak bekal tersebut kepada Naura. "Saya keruangan saya dulu." Arga pergi, meninggalkan Naura dengan kebingungan. "Ink beneran di kasihin ke gue? Gue gak mimpi, kan?" ucap Naura masih tidak percaya. Naura pun mencubit lengan tangannya untuk memastikan kalau semua ini nyata. "Arghh.... anjir sakit. Gue gak mimpi dong?! Pak Arga kasih bekal buat gue?! Astaga!" Naura benar-benar senang. "Airin! Rahma.... gue di kasih bekal Pak Arga!" teriak Naura. **** "Payah! Ngasih bekal aja gak berani!" ujar Arga pada dirinya sendiri. Arga menyandarkan kepalanya pada sandaran kursi. Lelaki itu memejamkan kedua matanya. Namun tiba-tiba terdengar suara ponsel. Arga mengambil ponselnya. Dan melihat, ternyata Dianna yang menelpon. "Iya, halo, Ma." "Bekal yang tadi, sudah kamu berikan kepada wanita itu?" Seketika Arga terdiam. "Arga... " panggil Dianna diseberang sana. "Iya kok Ma, udah." "Bagus kalau gitu." "Mama tutup dulu telponnya." Arga terdiam, ia melihat Felly. Wanita itu sibuk dengan laptop di depannya. Arga terus memperhatikan Felly. Hingga Arga kaget, karena melihat Felly yang jatuh pingsan. **** Airin dan Rahma saling melirik. Keduanya menatap aneh karah Naura. "Ra, itu cuma nasi goreng tahu. Bukan duit 50 M," ujar Rahma. "Sttt.... Rahma diam. Lo iri kan sama gue? Gue dapat bekal spesial dari Pak Arga, " balas Naura. "Martabak kali ah spesial," sendiri Rahma. Airin hanya diam menatap kedua sahabatnya. "Kayaknya bekal ini harus gue museumin, deh, " ujar Naura semakin ngawur. "Kalau lo gak mau makan. Biar gue sama Airin yang makan bekal ini, iya kan Rin?" ucap Rahma meminta persetujuan dari Airin. "Enggak! Enak aja!" seru Naura. Naura mengendus-endus kotak bekalnya. "Asli! Ini kayaknya enak banget. Dari baunya, bueh.... Mantep!" "Eh... eh Dosen ganteng masuk ruang kesehatan... " Naura mengerutkan kening. Ketika mendengar pembicaraan mahasiswi hang lewat di deoannya. Dosen ganteng? "Pak Arga? Kenapa dia kenapa?" "Gak tahu. Kata anak kesehatan gitu!" Naura buru-buru menutup kotak bekalnya. "Eh Ra, mau kemana?" tanya Rahma. "Gue pergi dulu, urgent!" ujar Naura. "Naura!" *** Naura masuk kedalam ruangan kesehatan dengan tergesa-gesa. Ia mencari-cari keberadaan Arga. Hingga saat ia membuka hordeng terakhir. Ia terdiam. "Naura?" ucap Arga. Naura melihat Felly yang ada di brankar. "Bapak gak kenapa-napa?" tanya Naura. "Enggak saya gak pa-pa. Bu Felly tadi pingsan. Jadi saya bawa kesini," jelas Arga. Naura hanya mengangguk kecil. "Kalau gitu, saya permisi." Saat akan berjalan, Naura di panggil oleh Arga. "Eh Naura tunggu sebentar!" "Iya, kenapa?" tanya Naura. "Bekal yang tadi sudah kamu makan?" tanya Arga. Arga melirik bekal di tangan Naura. "Oh ini? Belum, Pak," jawab Naura. "Saya ambil lagi ya," ucap Arga. Belum mendapatkan persetujuan dari Naura. Arga sudah mengambilnya dari tangan Naura. Naura diam. "Fell, kamu makan dulu ya." Seketika, Naura hancur.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD