I regret nothing in my life even if my past was full of hurt, I still look back and smile, because it made me who I am today...
- QuotesDump.com -
*****
Mungkin ini bukan lagi waktu sarapan tapi brunch, karena sinar matahari yang cukup terang sudah menandakan waktu sarapan sudah lewat, sekarang waktu menunjukkan hampir pukul 10AM---dan Mia sudah duduk di restauran fast food favoritnya yang juga merupakan favorit Nathan, Mc Donald (bukan endorse, sumpah!). Mulutnya sedang menyeruput minumannya lewat sedotan ketika tiba-tiba kursi di depannya bergerak dan seorang wanita cantik duduk di sana.
Nailee duduk dengan wajah keras, ia juga tentu saja kesal dengan apa yang dilakukan wanita di depannya ini. Susah payah dulu ia membantu Mia mendapatkan perhatian Nathan. Giliran sejengkal lagi mereka akan disatukan dalam ikatan pernikahan, wanita pengecut ini malah melarikan diri. Siapa yang tidak kesal? Ini juga merupakan pertemuan pertama mereka setelah lima tahun terpisah.
Manik mata Mia bergerak-gerak mencari momen tepat mengeluarkan suaranya. "Ya ampun Nai, serem banget sih mukanya. Kita kan udah baikan lewat telepon..." ujarnya.
Nailee berdecak sambil menatap sahabatnya di depannya ini, "Ck, gue pengin acak-acak muka lo yang inocent itu tahu enggak!" Sembur Nailee sambil melempar kentang goreng ke wajah Mia.
"Iya gue tahu" jawab Mia pasrah.
"Gue tadi ajak Nathan, tapi dia enggak mau. Enggak perduli katanya, walaupun gue bilang lo ajak Yonki segala..."
Mia menghela napasnya sedikit lebih lama. Nailee sudah ia anggap seperti saudara perempuannya sendiri. Dan ia sadar bahwa ia juga sudah menyakiti perasaan sahabatnya ini. Jadi Mia maklum kalau Nai juga menyimpan marah padanya. Ia sudah menyakiti kakaknya, tentu saja dia berhak marah. Apalagi Nailee memang banyak membantunya dalam hubungannya dengan Nathan.
Jadi Mia memilih bicara pelan-pelan, "Gue minta maaf banget Nai"
"Maaf lo telat tahu!" Ujarnya, like brother like sister, pikir Mia.
"Iya gue tahu telat, tapi kan lebih baik terlambat dari pada enggak sama sekali, ya kan?" Ujar Mia sembari menyodorkan sekotak kentang goreng pada Nailee.
Nailee mencomot kentangnya dan memasukkannya ke dalam mulut sambil berujar, "Terus apa yang lo mau lakuin sekarang?"
"Gue mau peluk lo dulu boleh enggak?" tanyanya dengan wajah memelas.
Siapa yang bisa menolak orang yang bicara begitu dengan ekspresi mengiba yang dipasang Mia di wajahnya? Wajah Nailee melunak dan ikut berdiri menghampiri Mia. Mereka berpelukan, saling merindukan tapi ada ganjalan.
"Udah ah! Gue sebenarnya masih marah, tapi gue emang kangen banget sama lo!" tukas Nailee sambil mendorong Mia menjauh dari tubuhnya. Lagi-lagi Mia pasrah.
"Lo lebih berisi Nai..."
Mata Nailee membesar, "Maksud lo gue gendut?"
"Huh? Enggak! Bukan, lo enggak gendut kok, sumpah! Bagus malah, berisi" ralat Mia, ia lupa kalau Nailee tidak suka ada orang yang mengatakan dirinya gendut. Dia sangat menjunjung kesempurnaan dan keseimbangan, berat badan harus benar-benar ideal sesuai dengan tinggi badannya.
Nailee berdecak sebal, "Lo tahu kan kalau gue---"
"Iya gue tahu...sorry" --- "Kenapa enggak jadi model aja sih Nai?"
"Hah? Gue jadi model? Lo bisa bayangin Dad gue sama Nathan ngapain enggak?!"
Mia terkekeh, "Emangnya mereka masih posesif? Ini buktinya lo boleh pergi jauh?"
Mata Nailee mengedar sekitar restoran, "Lo lihat dua cowok tegap sebelah sana? Yang berkacamata dan berdiri lurus kayak mau upacara itu?"
Mia mengarahkan pandangannya ke arah yang ditunjuk Nailee, ia melihat ada dua pria dewasa yang sedang berdiri tegap seolah-olah sedang mengawasi sekitar, yang satu kedua tangannya terlipat di depan dadanya, yang satunya tangannya berada dalam kantong celananya. "Jadi lo tadi sama mereka?"
Nailee menggeleng, "Yang sebelah sana, itu supir yang tadi nganterin gue" Nailee menghela napasnya, "jadi hampir enggak mungkin gue pergi sendirian..."---kalaupun gue bisa pergi sendirian, itu enggak akan lama, karena beberapa saat kemudian mereka pasti akan muncul begitu saja" terang Nailee sambil melenguh.
Mia manggut-manggut, "Hmm, ya...oke" ia meneruskan kegiatannya, yaitu makan. Kemudian ia menegakkan tubuhnya dan mendekatkan wajahnya ke arah Nailee, "Nai, gimana menurut lo kalau gue mau ngejar Nathan lagi?!"
Mata Nailee membesar dan ia sedikit terbatuk, "Gue tahu tekad lo kuat, Mi. Tapi Nathan beda banget sekarang!" sahutnya. "Oiya...Sofia, dia juga lagi deketin Nathan terus. Ya walaupun Nathan bilang Sofia enggak lebih dari sekedar temannya aja, tapi gue enggak suka lihat kedekatan mereka!" Ujar Nailee membuat Mia kesusahan menelan ludahnya sendiri.
"Sofia, adiknya Meghan?"
"Memangnya ada Sofia lain lagi?"
Rahang Mia mengeras mengingat wajah kemenangan Sofia dipelupuk matanya, "Nathan lagi dekat sama Sofia sekarang? Serius Nai?"
Nailee mengangguk seraya mencocol kentangnya ke dalam mangkok saos. "Sofia beberapa kali datang ke sini lho, sekarang dia kan jadi model ambassador apalah gitu, dan kebetulan base-nya di New York"
Mia mendengus pelan, "Apa ada lagi wanita lain selain Sofia?"
Nailee mengedikkan bahunya. Dan terlihat ia menarik napasnya diam-diam. Kakaknya yang sekarang sangat berbeda dengan dulu sebelum ditinggalkan Mia. Nailee dulu bisa menghitung teman dekat wanita kakak laki-lakinya itu, tapi tidak sekarang. "Jujur gue enggak tahu sekarang, siapa yang lagi dekat sama Nathan selain Sofia. Selain dia jauh, Nathan lebih tertutup sekarang. Semua gara-gara lo, kalau lo mau tahu" sindir Nailee.
"Iish, lo mau berapa kali sih nusukkin pisau yang sama ke gue Nai?"
"Ya habis, gue enggak habis pikir punya temen stupid setengah mampus kayak lo Mia!"
Mia berdecak kesal sembari menyandarkan punggungnya ke kursi. "Jadi lo kapok bantuin gue sekarang?"
"Kecuali lo janji satu hal!"
"Apa?"
"Lo enggak akan mundur, dan lo janji enggak akan nyakitin kakak gue lagi!"
Mia maju dan menyodorkan kelingkingnya, "DEAL!" serunya penuh semangat.
"Gue enggak akan mau kenal lo lagi, kalau lo sampai lakuin hal yang sama!"
Mia mengangguk dan Nailee menyambut kelingking Mia.
"Ngomong-ngomong Yonki itu siapa?" Tanya Nailee.
"Dia partner bisnis gue, yang ternyata partner bisnisnya Nathan juga" sahut Mia.
Kening Nailee berkerut. "Oya? Kok bisa begitu? Lo suka sama Yonki ini?"
"Huh? Kenapa lo tanya begitu?"
"Ya gue tanya aja, lo suka sama Yonki atau sebaliknya?"
"Dia yang---"
"Oke! Lo deketin aja Yonki, kita lihat reaksi Nathan!"
"Nai! Gue enggak mau manfaatin Yonki! Dia teman gue...dan gue enggak mau mainin perasaannya! Cukup gue sakitin kakak lo, enggak yang lain. Gue enggak setuju dan gue enggak mau!"
Nailee mendengus Mia menolak idenya, padahal bisa jadi itu membangkitkan perasaan nathan yang dulu terhadap Mia.
"Ya terserah lo aja. Tapi gue ingetin satu hal, perjuangan lo kali ini enggak akan mudah, gue enggak bilang akan sangat sulit, cuma enggak semudah sebelumnya..."
"Nai lo nakutin gue sih"