7. Revaldo Anggara Dinardi

1215 Words
Revaldo PoV Namaku Revaldo Anggara Dinardi biasa dipanggil Aldo. Anak tunggal dari pasangan Revaldy Alfa Dinardi dan Nita Purwaningsih. Papaku meninggal sekitar lima tahun lalu akibat penyakit jantung yang sudah lama ia derita. Setelahnya aku langsung mewarisi perusahaan papa yaitu RAD Company. Dua tahun setelah itu, aku menikah dengan Serly Novianti Marcelia. Sebenarnya ini adalah perjodohan yang diatur Om Rico kolegaku. Mendiang papaku dulu juga dekat dengan Om Rico bahkan beliau sudah dianggap adik sendiri oleh papaku. Mamaku setuju atas perjodohan ini, ia cukup simpati mendengar Serly adalah anak yatim piatu tanpa tahu sifat sebenarnya dari Serly. Awalnya aku tahu kalau Serly adalah orang yang pembangkang. Aku berusaha untuk mengubahnya. Namun, nyatanya tidak bisa, Serly lebih parah dari perkiraanku. Dia adalah wanita bar-bar yang punya kesombongan dan keegoisan tinggi. Sering pergi ke club malam dan pulang malam adalah kebiasaannya. Apa yang aku larang secepat kilat dia menentangnya. Dia juga menghina mamaku, membuatku sakit hati dan pernah sekali menamparnya. Keluarga mamaku bukan dari keluarga terpandang sehingga ia bersikap tidak sopan pada mamaku. Akhirnya aku juga malas dan tidak memedulikannya lagi. Kalau mengenai perasaan aku tidak punya perasaan apa-apa kepadanya dan lama-kelamaan aku terkesan benci terhadapnya. Aku tahu Serly sangat dekat dengan Dion Pratama, salah satu saingan bisnisku. Mereka berencana menjatuhkan perusahaanku. Entah apa yang Serly pikirkan hingga ia ingin menjatuhkan perusahaan suaminya. Lalu saat acara perusahaanku Serly sengaja mabuk dan menggoda rekan-rekan bisnisku. Kejadian ini membuatku malu. Padahal acara itu dihadiri kolega-kolegaku baik di Indonesia maupun luar negeri. Setelahnya aku berpikir untuk menceraikan Serly. Beberapa hari setelah acara itu, Serly mengalami kecelakaan mobil, ada truk yang menabraknya. Aku hanya sekedar kasihan saja apalagi dia sempat kritis selama seminggu. Terlihat Om Rico dan mamaku sangat cemas akan kondisi wanita itu, mereka pun berjaga bergantian. Aku heran padahal mereka sering tersakiti akan tingkah laku Serly terkhususnya Om Rico, tapi mereka masih ingin menjaganya. Seminggu kemudian keadaan Serly mulai stabil. Namun, ia masih belum sadar. Aku hanya sesekali menjenguknya. Kemarin tepat empat belas hari Serly dirawat di rumah sakit. Aku sekedar mampir untuk menjenguknya. Sebelum aku membuka pintu ruang rawatnya, aku mendengar teriakan dari dalam kamarnya. Aku langsung membuka pintu dan terlihat Serly sedang memegang gunting sembari berteriak histeris. Dokter dan suster berusaha menenangkannya. Aku melangkah maju dan sempat tergores oleh gunting di tangannya. Tiba-tiba Serly kaget, dia terlihat khawatir lalu menanyakan keadaanku dan meminta maaf. What? Serly minta maaf, apa benar dia Serly, istriku dan yang lebih mencengangkan lagi, dia menanyakan siapa aku. Dia berpura-pura atau benar-benar lupa awalnya aku juga tak tahu. Melihat mata Serly yang penuh ketakutan, aku jadi tak tega. Setelah konsultasi dengan Dokter ternyata kemungkinan Serly hilang ingatan sementara. Ingatanku kembali saat pukul satu dini hari, aku tak sengaja terbangun dan melihat Serly tertidur dengan gelisah. Dia tidur sambil menangis, terlihat jelas air mata membasahi pipinya dan keringat membasahi dahinya. Aku mencoba membangunkannya, tetapi ia tidak terbangun, aku sampai panik dibuatnya. Terdengar dia menggumamkan kata maaf berkali- kali, ada beberapa nama yang ia sebut dan yang paling sering adalah nama Om Rico. Aku merasa Serly sangat menyayangi omnya itu, bahkan sebelumnya, ia sempat menanyakan keadaan Om Rico padahal ia sedang hilang ingatan berarti dia hanya mengingat Om Rico. Aku berhasil membangunkannya karena aku sempat memeluknya. Dia melihatku dan kembali menangis membalas pelukanku erat bergumam kalau ia jahat, ia minta maaf. Aku mengusap pipinya yang basah dan saat aku melihat matanya seketika rasa benciku kepadanya yang sudah menumpuk selama tiga tahun terakhir menguap begitu saja. Bagaimana bisa? Aku juga tidak tahu jawabannya. Dari matanya aku bisa melihat kesedihan, kekecewaan, dan juga penderitaan. Dia kembali tertidur dan untuk pertama kalinya selama tiga tahun menjadi suaminya aku mengecup keningnya lembut. Aku merasa sifat Serly sangat berubah seperti beda orang dengan wajah sama. Salah satunya saat dia mengatakan terima kasih dengan mata berbinar ketika aku membelikan makanan. Lalu, sebelum aku berangkat kerja dia memakaikan dasi untukku dan juga mencium punggung tanganku. Saat aku mengatakan akan berangkat, aku tanpa sadar juga mengecup keningnya. Ekspresinya saat itu benar-benar menggemaskan. Aku juga meminta ART di kediaman Marcelino yang bernama Wulan untuk membawakan sarapan dan perlengkapan Serly. Mengapa Wulan? Karena saat mimpi buruk aku mendengar Serly juga menggumamkan nama itu. Mungkin ia akan senang jika bertemu dengan Wulan. Saat sedang memikirkan betapa manisnya istriku tadi pagi, orang kepercayaanku yang bernama Joe datang dan menanyakan apakah akan melanjutkan perihal perceraian. Tentu saja aku yang sekarang tidak ingin bercerai dengan Serly. Namun, jika ia berubah seperti dulu mungkin saja perceraian akan terjadi. Aku mengatakan pada Joe tidak akan melanjutkan perihal perceraian. Tidak lama setelah Joe keluar dari ruanganku ponselku berbunyi, ternyata yang menelepon adalah wanita yang paling aku cintai di dunia ini, beliau adalah mamaku. Mamaku mengatakan ingin menjenguk Serly, aku melarangnya dengan alasan mungkin besok Serly akan keluar dari rumah sakit. Jadi, biar bertemu dirumah saja. Saat melihat lagi ponselku, ada pesan yang masuk dari grupku. [Group F4] Danish : Nanti malam ke club yuk, Bro. Henry : Gue sih terserah kalo pada mau sih ayuk. Danish : Mantap. Gimana yang lain? Danish : Haloooo Danish : Haiiiiii Danish : Spada Aldo : Apaan sih lo berisik aja. Gue gak bisa, mau jagain istri gue di RS. Danish : Apa!? Apa benar Anda Tuan Revaldo teman kami? Henry : Kesambet lo, Do. Kalo nyari alesan yang lebih masuk akal kali. Ya kali seorang Revaldo nungguin istrinya yang kayak cabe-cabean. Aldo : Ya terserah kalian mau percaya atau gak. Istri gue udah berubah. Dia udah sadar dari koma. Nanti siang gue juga mau nemenin dia terapi. Henry : Ckckck, pura pura kali tuh. Danish : Jangan tertipu rayuan wanita iblis. Henry : Kalo cuma gue ama Danish yang ngumpul, males ah gue. Danish : Yah kok gitu. Bang Nathan kita ke club nyokkk. Danish : Nathan. Danish : Haloha. Nathan : Gak ah. Males gue ke tempat banyak maksiat. Danish : Apakah ini benar Tuan Nathan teman kami? #unbelivable Henry : #unbelivable Aldo : #unbelivable Nathan : Apaan sih lo pada. Danish : Jadi kita batal ngumpul nih? Silvia : Hai Gaes, maaf baru nongol, ada berita apa nih? Danish : Yaelah si Maemunah yang nongol. Gue ngajakin para brothers buat ke club, eh malah ditolak. Silvia : Owhhh gue gak diajakin nih? Danish : Lah, situ emang brother gue. Lagian ini tuh grup 4 cowok super tampan and super hot. Lo malah minta ikut masuk grup ini lagi. Silvia : Yaelah anggap aja sih gue pemeran utama ceweknya. Kayak drakor BBF gitu. Lo sih gak akan ngerti. Danish : Mana ada female lead mulutnya kayak lambe turah. Lagian gak akan ada yang mau coupelan sama elu. Silvia : Cih, elo belum tau aja pesona gue. Hahahaha. Btw gue penasaran tuh si Aldo istri cabe-cabeannya katanya udah jadi rubah. Danish: Berubah kali. Silvia : Kita tengokin yuk gaes, pengen tau gue. Bolehkan? @Aldo Henry : Males ah. Silvia : Ayolah Gaes. @Danish @Henry @Nathan Danish : Gue okelah daripada gak jadi ngumpul, walaupun di RS. Nathan : Gue ikut. Aldo : Gue izinin lo pada nengok istri gue, tapi awas lo pada macem-macem. Dia masih belum sehat. Silvia : Ada pawangnya mana berani kita. Janji gak akan macam-macam. Cuma semacam doang. Henry gimana? @Henry Henry : Yaudah gue ikut. Silvia: Oke kita janjian di RS nanti sore ya Gaes ... see you.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD