"Ayah sudah pulang?" Aku menoleh dan mendapati Bagas tengah menuruni tangga dan mendekat ke sini. "Sudah. Mau bertemu?" godaku yang membuat wajah Bagas langsung cemberut. "Mau apa Ayah ke sini, Bu?" "Pinjam uang. Dia juga ambil jam tangan pemberian ibu dulu dan mau dijual. Katanya untuk ongkos orangtuanya Indira pulang dan biaya renov rumah. "Parah. Ayah benar-benar seperti tidak bisa berpikir jernih lagi, Bu." "Entahlah, Bagas. Ibu juga bingung. Terkadang ibu merasa kasihan, tapi juga kesal. Di matanya itu hanya ada Indira, Indira, dan Indira. Dia tidak sadar kalau dirinya hanya dimanfaatkan wanita itu dan keluarganya." "Ayah dipelet mungkin, Bu." Bagas berujar santai sembari berjalan ke dapur. Sementara, aku langsung berhenti melangkah dan tertegun. Bagas merupakan orang kedua ya

