Aku yang semakin emosi mendengar ucapannya itu, kembali memberikan sebuah tamparan di pipi Mas Adi. Dia hendak menampar balik, tapi Ahmad sudah maju lebih dulu dan menangkap tangannya. "Jangan berani-berani Bapak pukul Bu Aina." "Jangan ikut campur! Kamu itu orang lain! Minggir!" hardik Mas Adi dengan menatap tajam Ahmad. "Mungkin bagi Anda, saya ini orang lain. Tapi bagi saya, Bu Aina sudah seperti kakak sendiri!" jawab Ahmad dengan suara rendah, tapi tegas seraya menangkis tangannya Mas Adi. "Saya tidak akan membiarkan siapa pun menyakitinya." Dengan berani telunjuk Ahmad mengarah ke wajah Mas Adi. "Bocah tengil! Mentang-mentang sudah bisa kerja enak dan dapat uang, sok-sokan mau jadi pahlawan kesiangan kamu, huh?! Sana jadi pemulung lagi!" Mas Adi mendorong d**a Ahmad dengan kasar s

