Aku terdiam memandang Bagas, kemudian berjalan mendekati ranjang lagi dan duduk di tepiannya. "Ibu sudah tidak peduli dengan cinta ataupun pasangan. Di usia ibu yang sekarang, ibu ingin fokus menyiapkan bekal masa depan untuk kamu, Nak. Umur itu tidak ada yang tahu. Ibu hanya ingin mempersiapkan semuanya dengan baik supaya perasaan ibu lega dan tenang, ketika tiba-tiba waktu ibu di dunia ini sudah habis." "Ibu? Ibu jangan bilang begitu, ah. Jangan menakutiku!" Bagas menatap tak suka. "Maaf. Ibu harap, kamu bisa menjadi orang sukses dan sosok laki-laki yang bertanggung jawab" Bagas terdiam sesaat, lalu tersenyum lagi dengan menumpukkan dagunya di sandaran kursi. "Aku sayang Ibu." Aku balas tersenyum. Memang benar. Anak merupakan kekuatan bagi ibunya. Dengan Bagas yang selalu berada d

