bc

Istri Kecil Om Rockstar

book_age16+
2.2K
FOLLOW
13.3K
READ
sex
one-night stand
love after marriage
age gap
badboy
goodgirl
drama
comedy
bxg
slice of life
like
intro-logo
Blurb

"Mamah, itu!" Soraya menunjuk ke arah televisi. Tepat ke wajah si penyanyi. "Dia hamilin aku!"

"Hah?!" Kedua orang tuanya yang mendengar itu seketika terperanjat.

Soraya itu 19 tahun, tetapi bertingkah layaknya anak-anak. Kesalahan edukasi yang diberikan orang tuanya pun bagaikan pedang bermata dua bagi dirinya sendiri.

[BU Series B - Start: 21 Januari 2020]

chap-preview
Free preview
Chapter 1
                Soraya merengek lagi. “Ih ... ini gimana gunain ini, sih? Apa bener garis dua hamil?” tanyanya pada diri sendiri menatap test pack yang barusan ia beri air seni miliknya. Gadis itu membolak-balik kertas yang ia pegang di tangan lain, yang isinya berupa tata cara menggunakan benda itu. “Aku enggak paham!”                   Ia merengut, menatap benda berbentuk seperti lidi pipi bergaris dua itu. “Berarti aku hamil atau apa, sih?” tanyanya dengan polosnya.                   Diangkatnya kepala, mata birunya memandang-mandang ke langit-langit toilet. Gadis yang duduk di kloset itu menerawang ingatan demi ingatan ....                   ***                   “Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, Soraya ....” Soraya yang sedang fokus belajar di sebuah ruangan menatap bahagia beberapa sosok yang ada di ambang pintu. Mereka menyanyikan lagu ulang tahun, di tangan pria dewasa itu ada kue ulang tahun, wanita dewasa merekam, sementara pria lain bertepuk tangan.                   Itu ayah, ibu, serta guru homeschooling-nya.                   “Selamat ulang tahun!” teriak mereka bersamaan, meriah di hadapan Soraya yang lalu berdiri, meniup lilin berangka 19 di atas kue.                   “Yeay! Makasih, Mah, Pah, Pak!” Soraya memeluk ketiganya bergantian.                   ***                   Soraya mengangguk. “Aku meluk Bapak, apa aku hamil karena itu, ya?” Karena ia sering diperingatkan ibunya soal jangan dekat-dekat dan melakukan hal tak senonoh termasuk berpelukan dengan pria mana pun selain ayahnya dan adiknya, bahkan mereka pun ada batasan.                   Namun, dipikir-pikir lagi, ibunya juga bisa jika hanya berpelukan dengan orang dewasa tak masalah, terlebih guru mengajarnya.                   Ia menggeleng. “Bukan, bukan itu.”                   ***                   “Jadi, itulah hal yang harus kamu persiapkan untuk ujian nanti.” Soraya memangguk akan penjelasan gurunya tersebut. “Kamu paham, Soraya?”                   Soraya menyengir kuda, pun menggeleng. “Enggak, Pak.”                   “Aduh, ni anak, padahal kamu kategori cerdas, tapi di beberapa hal kamu bener-bener, ya! Pengen Bapak cubitin terus!” Sang guru geleng-geleng gemas.                   “Aw!” Soraya memekik kala gurunya itu mencubit pipinya selama beberapa saat. Ia langsung merengut seraya mengusap pipinya. “Sakit, Pak!”                   “Eh, maaf, maaf. Saya kelepasan.” Pria itu hanya tertawa, kemudian membereskan barang-barangnya. “Ya sudah, saya rasa cukup sampai di sini ... bisa dikatakan, ini pertemuan terakhir kita mengetahui nanti, gak lama lagi, kamu akan ujian. Tetap belajar, ya!”                   “Siap, Pak!” Soraya memberikan hormat.                   “Saya bakal jelasin ini juga sama Mamah kamu, biar gak ngaco.” Soraya tertawa pelan.                   Keduanya pun keluar dari ruangan itu, dan baru keluar sebuah suara gitar yang kentara amukkannya terdengar. Pria itu sempat terperanjat sementara Soraya mendengkus.                   “Duh, pasti Papah lupa nutup pintu! Bapak ke Mamah aja langsung, aku mau negur Papah!” gumamnya bermonolog.                   Soraya mengabaikan pria itu untuk menuju ke ruang studio ayahnya yang memang benar, sang ayah lupa menutup pintu. Di dalam, di ruang agak redup bersama banyak alat musik, Soraya memekik di sela-sela amukan gitar yang dimainkan pria dewasa itu.                   “Papah!” teriaknya sekencang-kencangnya.                   Diabaikan.                   Soraya menutup telinganya, berisik. Matanya lalu menangkap colokan listrik yang tak jauh dari sana. Tanpa pikir panjang, ia menariknya hingga lepas, dan sang ayah yang kembali memetik gitar kegilaan tak ada suaranya lagi.                   “Eh? Kenapa?” Sang ayah lalu menoleh ke sumber aliran listrik, ditemukannya putrinya yang menatap kesal dengan tangan di depan d**a. “Lho, kenapa kamu cabut, Soraya?”                   “Papah lupa nutup pintu, suaranya keluar, berisik!” bentak Soraya kesal.                   “Ya kalau gitu kamu tutup aja pintunya, kenapa pake dimatiin segala?” kata ayahnya juga kesal, merengutkan bibir.                   “Iya, ya, kenapa aku matiin, ya?” Ayahnya mengangguk, sementara Soraya berpikir, bingung sendiri. Namun kemudian ia menepis itu. “Ih, tetep aja Papah yang salah! Udah dikasih tau berkali-kali suka lupa! Itu ada Pak Guru tadi, gak sopan tau, Pah! Untung aku udah selesai belajarnya.”                   “Iya, iya, Sayang. Maafin Papah. Pasangin lagi colokkannya, terus tutupin pintu. Papah mau ngamuk-ngamuk di sini!” Ayahnya merengek.                   “Kenapa, sih, pada ngamuk-ngamuk segala? Heran, deh!” Soraya mendengkus.                   “Ya karena Papah lagi seneng, seneeeeeng banget!” Ayahnya merentangkan tangan ke atas.                   Soraya mengerutkan kening. “Seneng kenapa?”                   Ayahnya membalikkan badan, pria dewasa bergaya ala rockstar itu berhadapan dengan putri sulungnya. “Mau tau aja atau mau tau banget?”                   “Ish, pake kek gitu segala, emang apaan?” Gadis itu mengangkat sebelah alis, tak terlalu penasaran.                   Sang ayah lalu menunjuk bajunya yang bergambar seperti coretan-coretan di sana. Soraya hanya ber-oh-ria.                   “Lho, kok cuman oh doang?” Senyum ayahnya memudar.                   “Papah, kan, udah sering ke konser idola Papah.” Soraya menggedikan bahu.                   Sang ayah berdecak. “Ini beda lagi, atas izin Mamah kamu tercinta ... akhirnya Papah dibolehin sekalian meet n greet!” Soraya hanya ber-oh-ria lagi. “Ish, kok kamu ini oh doang, sih?!”                   “Terus aku harus bilang apa, Pah?” Soraya terlihat bingung.                   Ayahnya mendengkus. “Dahlah, kamu gak asik, udah sana! Kamu mau dengerin amukan ayah, ya?”                   “Eh, enggak! Berisik!” Soraya langsung keluar dari ruangan itu.                   Ayahnya berteriak, “Eh ini lupa dicolokin sama tutup pintunya! Astaga ni anak!”                   ***                   “Terus apa, ya?” Soraya berpikir, ia tak terlalu ingat apa yang terjadi setelahnya. “Mungkin gak penting, aku lanjut lagi!”                   ***                   Terlihat, ayah dan anak itu berbahagia di sofa, sementara ibunya dan Soraya begitu santai melihatnya.                   “Yes! Aku bakalan ketemu band favoritku, XXX, XXXX, sama XXX!” Tampak adiknya yang memakai kaos band favoritnya melompat-lompat ria.                   “Band favorit Papah juga, XXX! Duh astaga, bener-bener mantep! Kita bisa ketemu face to face sama mereka, fotbar, makan bareng!”                   “YEAY!”                   Ayah dan anak itu kembali berpelukan bahagia, namun mendengar dehaman dari sang istri keduanya terdiam.                   “Sesuai perjanjian, ya. Untuk menjaga kalian dari kenakalan-kenakalan sama fangirl ....” Wanita itu menatap keduanya bergantian. “Mamah bakalan ikut, buat jagain Papah dan kamu, Soraya yang bakal jagain kamu. Mata Mamah susah kalau jagain kalian berdua sekaligus.”                   Soraya memekik. “Hah?! Aku?! Ih, enggak mau ikut ke sana! Berisik! Aku males! Dan kata Mamah keramaian kek gitu bahaya? Ya, kan?”                   “Tenang aja, Soraya. Kalian di VIP, gak serame biasa. Banyak penjaganya di sana. Tapi pas MnG yang pisah-pisah pastinya.” Ibunya memebritahu.                   Soraya merengutkan bibir. “Ish, kubilang ogah, ya, ogah! Berisik tau, Mah! Apalagi VIP, di depan, ish musik teriak-teriak doang apa bagusnya?”                   “Itu yang namanya seni, Kak!” Sang adik memperlihatkan tangan dengan jari manis dan tengah dikantup, tanda rockstar.                   “Ya udah, kalau begitu, ya, gak jadi.” Keduanya memekik.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook