Perubahan yang terjadi dalam hidupnya beberapa hari ini begitu cepat dan tak terduga membuat Lea masih sering bengong sendirian. Tiba - tiba menjadi yatim piatu dan sebatang kara, kemudian berganti status menjadi seorang isteri dari pria yang tak disangka - sangkanya.
Lea memang sering memimpikan Marshal dalam angannya selama ini. Seperti seorang fans yang memuja artis idolanya. Namun, untuk jadi kenyataan rasanya tetap tidak mungkin. Marshal berada nun jauh dari jangkauannya. Jangankan tertarik atau jatuh cinta padanya, melirik pun tidak. Yang terjadi justru sebaliknya, Marshal sangat membencinya. Meski tahun terus berganti dan mereka bukan lagi remaja tanggung seperti dulu namun Lea tahu kalau cara Marshal menatapnya masih sama seperti dahulu. Tatapannya selalu dingin dan tajam.
Dan kini saat Marshal tiba - tiba menikahinya tentu saja Lea sadar kalau ada yang tidak beres dibalik semua itu. Dari sekian banyak alasan yang mungkin terjadi adalah Oma Rita yang menjadi dalang dibaliknya. Lea sangat yakin kalau Oma Rita yang telah memaksa Marshal menikahinya tapi yang tidak bisa dimengerti oleh Lea adalah alasan Marshal yang tidak menolak permintaan tidak masuk akal dari neneknya itu. Tidak mungkin Marshal bisa dipaksa dengan mudah oleh Oma Rita untuk melakukan sesuatu yang tidak disukainya. Dari cerita Oma Rita, Lea jadi tahu kalau Marshal orang yang berpendirian teguh dan cenderung keras kepala.
Niat Oma Rita mungkin baik baginya. Ingin memberi kenyamanan dan rasa aman bagi gadis sebatang kara seperti dirinya namun bagaimana mungkin seorang nenek sampai mempertaruhkan kebahagiaan cucunya sendiri?
Masa depan Marshal tidak mungkin bisa bahagia saat dipaksa menikah dengan wanita yang tidak dicintainya. Besar kemungkinan jika Marshal sudah memiliki pasangan yang akan ia jadikan sebagai pendamping hidupnya nanti. Bagaimana nasib wanita itu sekarang?
Terlepas dari alasan yang dipakai oleh Oma Rita untuk memaksa Marshal menikahinya, Leanita juga tak kalah penasaran dengan perubahan besar yang terjadi pada wanita yang sudah dianggapnya sebagai neneknya sendiri sejak pertama mengenalnya. Oma Rita yang selama ini selalu menolak saat diajak pindah oleh anak dan menantunya tiba - tiba saja memilih ikut dengan keluarga Marshal untuk tinggal bersama di kota. Oma Rita yang mau meninggalkan kediamannya yang begitu dicintainya benar - benar menjadi tanda tanya besar bagi Lea. Tidak mungkin rasanya jika seorang Leanita menempati posisi sepenting itu dihati Oma Rita sampai - sampai bisa mempengaruhi keputusan krusial dalam hidup wanita yang masih terlihat begitu modis diusia tuanya.
Lea tentu saja senang dengan keputusan sang Oma karena dengan begitu mereka akan tinggal bersama. Lea tidak harus menambah daftar kehilangan orang terdekatnya karena setelah pernikahan dilangsungkan Marshal memboyong Lea ke kediaman keluarganya.
Lea masih memandang keluar jendela kamar Marshal yang sekarang juga menjadi kamarnya. Hujan turun di luar menambah sunyi hatinya yang masih terus berdenyit kala mengingat nasib buruk yang menghampirinya. Tangisnya memang sudah tidak terdengar lagi tapi Lea belum bisa keluar dari kesedihan yang membelenggunya. Air matanya mengalir dengan sendirinya.
Hanya saat resepsi sederhana yang dilaksanakan senyum Lea sempat terlihat. Itupun setelah digoda oleh Antonio berkali - kali, selebihnya potret pernikahan mereka terlihat buram. Mimik sedih diwajah Lea berbanding lurus dengan wajah datar nyaris ditekuk milik Marshal. Jangan salahkan para tamu yang datang sampai mengira kalau mereka berdua menikah secara terpaksa. Berkali - kali Mama Marshal menjelaskan pada tamunya kalau kondisi pernikahan anaknya berbeda karena sedang mengalami musibah, calon besannya meninggal karena kecelakaan. Mereka berusaha agar kesan yang diterima oleh tamu bukan pernikahan karena terpaksa.
Lea mendengar pintu kamar yang terbuka dari luar. Saat ia menoleh terlihat Marshal yang baru memasuki kamar. Pandangan mereka sempat beradu beberapa saat sebelum Marshal yang terlebih dahulu memutuskannya dengan berjalan menuju kamar mandi.
Tidak ada pembicaraan diantara mereka, masih sama seperti sebelum ada ikatan apa - apa.
Marshal hanya masuk kamar untuk mandi dan berganti pakaian, selebihnya pria itu menghilang entah kemana. Lea bahkan tidak tahu Marshal tidur dimana. Lea hanya sendirian saat malam menjelang.
Awalnya karena terlalu larut dengan kesedihannya, Lea tidak terlalu peduli dengan keberadaan Marshal saat malam hari, namun setelah bisa mengendalikan diri dari kesedihannya yang berlarut - larut barulah ia mulai kepikiran tentang suaminya itu.
Jika Marshal tidak pernah tidur dikamar yang sama dengannya, dimana pria itu tidur selama ini? apa anggota keluarga yang lain tahu dengan fakta tersebut? apa mereka tidak merasa aneh? atau mereka menganggapnya biasa saja karena sebenarnya yang aneh itu justru pernikahan mereka.
Kepala Lea kembali terasa sakit saat memikirkannya. Lea memijit kepalanya demi mengurangi rasa sakit yang ia rasakan. Bukannya berkurang, rasa sakitnya malah bertambah karena masuk angin yang ia alami. Jadwal makannya yang buruk memperparah keadaannya. Lea tidak bisa makan dengan baik sejak kejadian naas tersebut. Semua makanan terasa seret di tenggorokannya. Hanya air putih saja yang bisa ia telan.
Merasa tidak hanya kepalanya yang sakit tapi juga perutnya terasa mulai melilit maka Lea memutuskan untuk membaringkan tubuhnya di ranjang. Lea hanya berharap saat ia bangun nanti kondisi tubuhnya lebih membaik. Andai bisa meminta, Lea juga ingin kehidupannya kembali ke masa orangtuanya belum meninggalkannya dengan cara yang begitu mengenaskan. Lea merindukan orang tuanya sampai mau mati saja rasanya. Lea ingin menyusul keduanya.
Kondisi tubuh dan pikirannya yang sama - sama memburuk membuat Lea tidak bisa mempertahankan kesadarannya. Lea pingsan dengan jejak air mata yang belum kering dipipinya.
bersambung....