Tepat pukul 10.30 pm. Mobil yang dikendarai Nathan berhenti tak jauh dari jalan kecil yang masuk ke arah rumah Anya. Ruas jalan yang masih tampak ramai, meski malam kian larut. Bahkan masih terdengar suara orang bernyanyi bersama dengan petikan gitar. Nathan menoleh kearah Anya yang tampak menatap keluar jendela mobil. “Kau sedang memikirkan perkataanku?” tanya Nathan memecah lamunan Anya. Sebelum Anya menoleh ke arah Nathan, ia terlihat menarik napas panjang. “Bagaimana kau tahu alamat rumahku?” tanya Anya tajam. Nathan mengerutkan kening, menatap Anya dengan alis yang naik sebelah. “Aku belum memberitahumu alamatku,” sambung Anya. Apa yang dikatakan Anya benar. Dan hanya nama Casey yang dapat Nathan pergunakan sebagai pembangun alibinya. Pada kenyataannya Nathan telah berada di ja

