Jatuh Cinta Pada Malam

1424 Words
Pikir Jean setelah resepsi yang melelahkan dia bisa kabur saat itu juga dari tempat kejadian perkara, tapi sialnya Raiden Airlangga Javas sepertinya tidak semudah itu untuk diajak berkompromi karena pria itu terang-terangan mengawasi Jean seperti seorang pencuri, pria itu bahkan tidak melepaskan pandangannya sedetikpun dari Jean seakan tahu jika Raiden lengah Jean akan kabur. Dan sekarang disinilah Jean berdiri di depan pintu apartemen bersama Raiden yang sedang memasukan password pintu sebagai kunci digital sementara pintu bersistem canggih itu secara otomatis terbuka mempersilahkan sang tuan rumah untuk masuk. “Apartemen ini satu lantai dengan Dorm Seven Antres. Kamu bisa berkunjung ke sana sebagai istri Raiden Airlangga Javas nanti aku kenalkan kepada yang lain saat waktunya luang.” Cukup dia tidak ingin berharap banyak, nanti jika Hera kembali, Jean yang sakit sendiri malahan. Jean tersenyum ragu-ragu-mirip seperti orang bodoh mendengar ucapan Raiden lalu melangkah dengan hati-hati mengikuti pria itu. “Ayo masuk ke dalam.” Raiden sudah berderap masuk kedalam dengan membawa koper miliknya. Jangan tanya dimana koper Jean gadis itu hanya membawa badannya dan se set baju yang kini sedang ia pakai, baju hasil pinjam dari Tante Diane. Jean mengikuti dalam diam dari belakang mata nakalnya menjelajahi bentuk punggung Raiden yang tegap dan sempurna dari belakang. Damn he so hott Jean gak mau munafik tapi itu faktanya, dia juga tidak ingin melewatkan pemandangan seperti ini aslinya. Tapi otaknya mulai bekerja dan memperingati kalau itu salah. Tidak mau berlama-lama dia berpaling lagi ke berbagai sisi, melihat banyak benda modern yang sering dilihatnya. Satu kata yang menggambarkan apartemen ini – Mewah. Memang apa yang di harapkan dari Keraton Regency? Jean tidak perlu diingatkan betapa mahal dan eklusif-nya apartemen ini. Pria itu membawanya ke sebuah kamar yang sangat besar, dengan salah satu dindingnya adalah dinding kaca. Raiden menekan tombol pada remote lalu sedetik kemudian dinding kaca transparan itu berubah menjadi buram dan gorden perlahan tertutup, memberikan privasi pada penghuninya. “Silahkan letakkan barang-barang mu di sini,” Raiden tersenyum ragu. “Ini sekarang jadi kamarmu juga.” “Ini kamarmu?,” Tanya Jean lancar entah keberanian dari mana. Raiden meletakkan koper miliknya ke ujung ruangan. “Iya” Oh sialan! Jean tidak bisa lega harus satu kamar dengan Raiden Airlangga Javas. Otaknya mulai menyusun rencana untuk kabur segera. “Kamu boleh mandi dan berganti baju. Aku akan ke Dorm Seven Antres.” Raiden melangkah cepat-cepat menuju ke luar pintu, seolah ingin menghindarinya. Dan Jean berterimakasih karena itu. “Terimakasih.” “Semoga kamu nyaman berada di rumahku Jean.” Bagi Jean sebenarnya tidak membutuhkan waktu yang lama untuk mandi namun entah mengapa kali ini Jean membutuhkan satu jam di dalam kamar mandi menikmati Jacuzzi mewah di dalam sana. Jean banyak memikirkan bagaimana caranya agar bisa kabur dari Keraton Regency dan pulang ke rumah – rumah ayahnya tanpa menyebabkan keributan. Sembari berfikir Jean keluar dari kamar mandi dengan Bathrobe hitam yang melekat pas ditubuhnya. "Astaga!! Sedang apa kamu." Jean tidak bisa untuk tidak menjerit melihat Raiden berada tepat di depan pintu kamar mandi saat dia membuka pintu, berdiri dengan canggung ia menggaruk tengkuknya sebagai pelampiasan kegugupannya melihat hal yang tidak terduga – Jean. “Kupikir kamu di dalam sedang pingsan,” Raiden berdehem lalu mengulurkan pakaian bersih kepada Jean. Yang di terima Jean dengan bingung, “Aku baru ingat kamu tidak memiliki pakaian ganti jadi pakai ini saja ya, aku tunggu diluar.” Jean mengangguk bergegas masuk kembali kedalam kamar mandi, bebarengan dengan Raiden yang berderap keluar kamar. Jean ragu, ia menatap pantulan tubuhnya di cermin melihat bagaimana menggelikannya penampilannya ia menggunakan Piyama Raiden wear version- piyama bergambar awan berwarna biru pastel, official merchandise Seven Antres, yang diberikan oleh Raiden. Tapi dia tidak sedang memiliki pilihan lain lebih baik menggunakan ini daripada telanjang kan?. “Oh hai,” Raiden tahu-tahu sudah menyapanya ketika Jean keluar kamar, pria itu duduk manis di sana tengah memainkan ponselnya dan di depannya ada makanan delivery yang penutupannya belum dibuka. “Makanlah, aku tahu kamu tidak makan dengan baik di sana. Kuharap kamu tidak dalam program diet.” Jean meringis, membayangkan dirinya menjalani program diet, tidak mungkin pokoknya bisa-bisa Jean pingsan kelaparan. Melangkahkan kakinya menuju Raiden dengan perlahan dia duduk bersila di atas karpet bulu – yang harganya pasti sangat mahal. “Aku sudah memikirkannya.” ucapan penuh teka-teki itu membuat Jean mendongak menatap Raiden, pria itu sudah meletakkan sumpitnya. “Apa?.” Tanya Jean dengan kening berkerut-kerut. “Kita.” Kata Raiden pelan. Kenapa Jean memerah mendengar ucapan Raiden ya? Otaknya mungkin mulai terinfeksi virus fangirl milik Nari. tapi tidak bisa diabaikan sih pesona Raiden Javas itu memang sesuatu dia tidak mungkin di juluki salah satu the most handsome guy worldwide tanpa alasan kan? “Tunggu dulu,” Jean ikut-ikutan meletakkan sumpitnya dan sekarang beralih menatap Raiden sepenuhnya, pria itu ternyata juga sedang menatapnya terang-terangan. “Tidak ada kata kita disini. Kita semua tahu kalau aku hanya pengganti Hera Hartanto. Dan akan seperti itu, kamu menikah dengan Hera Hartanto bukan aku oke jangan salah paham begitu.” sahut Jean cepat. Raiden kelihatan tidak suka dengan apa yang baru saja keluar dari mulut Jean, pria itu menatap Jean mengintimidasi. “Kamu yang menikah dengan ku, tidak ada nama Hera Hartanto dalam pernikahan kita. Kamu adalah Jean Javas.” katanya dengan tegas tidak suka dibantah. Kalimat tegas yang dilontarkan Raiden, memukul Telak Jean, dia bodoh baru menyadari ke tololnya –harusnya saat itu Raiden mengucapkan nama Hera Hartanto tapi sialnya Jean lengah dan memberitahukan nama aslinya dan berakhir menjadi kenyataan bahwa dia dan Raiden memang benar-benar menikah, sah menurut agama. “Tapi tidak ada pencatatan sipil, masih bisa dibatalkan.” kata Jean beralasan. “Tidak akan ada pembatalan pernikahan Jean Javas, dalam keluarga Javas pernikahan itu sakral bukan untuk permainan!.” Kalimat mutlak Raiden membuat Jean bungkam tidak bisa mendebat lagi. Pria itu berdiri dan berlalu begitu saja meninggalkan Jean dalam keheningan yang membingungkan. “Aku akan naik ke atas aku ada di dorm Seven Antres, gunakan waktumu untuk menjernihkan pikiran mu kalau kamu sekarang adalah Jean Javas bukan Joe Jean dan semua yang telah terjadi saat ini adalah buah hasil dari keputusan kamu jadi bertanggungjawab lah dengan keputusan kamu.” *** Memang dasarnya Jean itu bebal dari lahir, bukannya merenung seperti yang di suruh Raiden Airlangga Javas, dia malah meraih parka – milik Raiden dan segera mengenakannya ia juga melilitkan scarf di lehernya. Setelah memastikan handphone dan dompetnya ia bawa ia berjalan keluar dari apartemen dengan mengendap-endap persis seperti pencuri tujuannya adalah pergi keluar dari hunian terlebih dahulu – rencana kaburnya akhirnya terealisasikan. Setidaknya butuh perjuangan untuk keluar dari Keraton Regency, Jean perlu berjalan selama delapan menit untuk sampai ke Gondangdia, naik kereta bawah tanah dan setelah itu dia harus berjalan lagi selama paling tidak tujuh menit untuk mencapai hotel terdekat – Grand Hyatt Thamrin. intinya Jean perlu dua puluh menit untuk kabur dari Raiden, dan ia berharap Claude tidak menemukannya. “Bisa tunjukan identitasnya?.” Salah satu wanita di front desk memastikan sekali lagi, sedangkan Jean meringis menyadari jika sang resepsionis menganggap Jean di bawah umur mungkin karena tampilannya atau tingkahnya yang mencurigakan. Dengan cekatan karena tidak ingin berlama-lama Jean mengulurkan identitasnya yang di cek dengan seksama oleh sang resepsionis. "Ada yang bisa saya bantu lagi?." tanyanya dengan sopan. Jean menggeleng dengan malu ketika menyadari mata resepsionis itu menatap piyamanya – piyama bergambar awan yang sialan kepepet harus ia kenakan, piyama yang biasanya hanya di beli oleh fans yang fanatik– untung saja tadi Jean sempat mencuri parka Raiden Jean semakin yakin tatapan yang sebelumnya diberikan orang-orang karena ia pasti terlihat seperti anak-anak yang mencoba kabur dari rumah karena tidak di perbolehkan nonton Idolanya. "Tidak terimakasih." Jean tersenyum masam meraih key card nya dan berlalu menaiki lift untuk sampai dikamar yang ia pesan. Setidaknya malam ini dia bisa istirahat, pulang ke rumahnya tidak mungkin karena pasti ia akan bertemu keluarga besarnya yang sedang berdiskusi dengan keluarga Raiden, dan keluarga Hartanto. Kemungkinan besar jika ia pulang dia akan ditendang kembali ke Keraton Regency oleh Ibunya, jadi pilihan yang paling bagus untuk Jean adalah menginap di hotel terdekat yang tidak terpikirkan oleh Raiden walaupun uang cash Jean langsung ludes saat itu juga karena ternyata hotel terdekat dengan lokasinya adalah hotel bintang lima yang tarif permalam sampai tiga juta rupiah per malam. Jean melepas parka nya membuangnya ke sembarang arah lalu naik ke sofa yang membelakangi dinding kaca, dari sini Jean bisa melihat lanskap Thamrin dari kejauhan, dia lelah ingin tidur dan lari dari kenyataan, Jean hanya berharap yang sedang terjadi padanya sekarang adalah mimpi dan ketika ia bangun semuanya akan baik-baik saja.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD