BAB 1
Sudah 2 bulan sejak Sena selesai melahirkan putra kembarnya. Dan sudah sebulan lalu Sena mulai kuliah kembali. Beruntungnya para Dosennya mau mengerti kondisinya sehingga ia diizinkan untuk ikut UTS dan mengumpulkan tugas susulan. Sena mahasiswi semester 7. Harusnya ia bisa lulus tahun ini. Karna menurut rencananya ia akan menggabungkan Skripsi dan mata kuliah di semester 7. Tapi sayang, Ia harus mengulang mata kuliah KKN.
Ketika semua temannya sedang KKN, ia malah sedang mengandung putranya dengan Aldric. Alhasil Sena yang ingin lulus Cepat yakni selama 3,5 tahun. Malah ia harus lulus tepat waktu. Doakan saja ia lulus tepat waktu, dan semester depan ia bisa skripsi lalu wisuda. Bukan malah ngaret. Amit-amit jabang bayi pokoknya. Yah, bagi Sena jika tidak bisa lulus cepat selama 3,5 tahun setidaknya ia harus wajib hukumnya untuk lulus tepat waktu lah yakni dalam tempo 4 tahun. Ia tak mau tua di kampus dan mendapat julukan mahasiswa abadi. Belum lagi ia yang sudah punya anak. Ia juga harus nemikirkan nasib anaknya.
Sebelum hamil berat badan Sena hanya 46kg. Tapi sekarang, berat badannya 69kg. Jadi bayangkan saja segemuk apa Sena sekarang. Tingginya sendiri hanya 163cm. Awalnya Sena tidak terlalu peduli dengan berat badannya, tapi ketika ia tak sengaja mendengar teman-teman perempuan Aldric bergosip, telinganya panas sekali mendengarnya. Ia ingin sekali menjambak para perempuan itu. Aldric sendiri kurang peduli dengan Berat badan Sena. Menurutnya istrinya itu yang paling cantik diantara semua teman-temannya. Ah, bukan tentu saja. Masih ada yang lebih cantik dari istrinya. Tapi, Aldric tak meliriknya. Karna sekarang fokus tujuannya saat ini menghidupi Sena istrinya dan kedua anaknya. Jadi, dia tidak ada waktu main dengan perempuan.
Tapi tetap saja, bagi Sena ia masih terganggu.
Aldric menatap istrinya yang sedang memakan salad buah. Ini sudah 2 hari ia melihat Sena makan buah. Dan ia sama sekali tak melihat istrinya itu makan nasi. Aldric juga bertanya kepada Baby Sitter yang membantunya merawat anak mereka ketika Aldric dan Sena sibuk. Jika Sena memang tidak memakan nasi. Istrinya itu hanya makan sayur dan buah.
“Kamu ngapain makan buah mulu?” Tanya Aldric sembari meminum kopi.
“Gapapa. Pingin aja.” balas Sena.
“Kamu diet?” Tanya Aldric lagi. Sena menganguk. “Kamu kan masih nenenin Elios sama Elias. Ngapain diet segala?” Tanya Aldric.
“Makan buah itu baik loh,”
“Ya emang baik. Tapi kalo berlebihan juga kan nggak baik. Makan tuh yang tepat. 4 sehat 5 sempurna. Jangan Buah doang.”
“Aldric, Berat badan aku itu naik banyak banget.”
“Ya wajar dong. Kan kamu habis hamil, ngelahirin.” balas Aldric. “Lagian kamu juga masih cantik kok. Ngapain sih pake acara diet segala. Mau pamerin tubuh ke siapa?” Tanya Aldric lagi.
“Lagian kalau aku langsing itu juga buat kamu.” balas Sena.
“Ya emang sih. Tapi gini juga aku masih cinta.” balas Aldric lembut. “Badan ini bukan milik kamu sepenuhnya Sen. Tapi punya anak-anak juga. Kalau kamu ibunya aja nggak makan dengan baik gimana sama perkembangan anaknya?” Tanya Aldric.
Sena diam ... Apa yang dikatakan Aldric benar.
“Mulai nanti makan yang bener ya.” kata Aldric.
Kini Sena bangun lalu berjalan ke putranya. Ini sudah waktunya memberikan ASI putranya. Habis itu Sena akan bersiap berangkat kuliah. “Elios.. Lapar ya nak?” Tanya Sena yang mengajak bicara putranya. Elios tersenyum. Sena menyentuh pipi Elios gemas. Ia menciumnya sayang. Setelah itu ARTnya memberikan Elias kepadanya. Elios sendiri sekarang bersama ART-nya dan sedang menjemur putranya itu. ART di apartemen Sena sendiri adalah pemberian dari mertuanya. Jadi, Mertuanya yang telah membayarkan gajinya. Mertuanya ingin agar Sena dan Aldric tak terlalu repot mengurus bayinya.
Yah, Sena dan Aldric sangat tertolong karna hal itu. Selesai menyusi putranya ia pergi bersiap-siap. Sebelum berangkat Sena mencium putranya. Barulah, ia mengeluarkan lipstiknya. Dan memakainya sembari menjemput Caca. Ia mengikuti perkulihan seperti biasanya. Tapi, ketika melihat handphonenya. Ia baru ingat jika besok waktu anaknya imunisasi. Minggu lalu sudah gilirannya. Jadi, lebih baik ia mengatakan kepada Aldric agar laki-laki itu tidak terlambat dan lupa besok. Sena mengirimkan pesan tapi Aldric tak membalasnya.
Melihat Aldric duduk santai di tengah teman-temannya yang merokok, membuat Sena kesal saja. Sena lalu mendekati Aldric dan mengajak laki-laki itu berbicara empat mata. Terlebih para perempuan yang melihat Sena menyelidik. Aldric bangkit lalu mengikuti istrinya itu.
“Besok giliran kamu ya,”
“Giliran apa?” Tanya Aldric.
“Imunisasi. Besok giliran kamu nganterin si kembar imunisasi.”
“Besok?”
“Iya. Jangan terlambat oke.”
Aldric diam tak menjawab pertanyaan Sena. Entah kenapa Sena mendapat firasat buruk kali ini. Dan benar saja firasatnya itu,
“Aku ada satu mata kuliah yang nggak bisa ku tinggalin nih. Kalo sampe aku ga masuk, aku ga boleh masuk terus. Jadi kamu anterin dulu ya.” suruh Aldric. “Maaf banget sayang, beneran Dosennya ngubah jadwal seenaknya.”
Sena menghela napas. Ia pun menganguk. Kalau begini, ia juga yang harus nganterin anaknya.
“Maaf banget.” kata Aldric. Sena menganguk. “Makasih sayang.” kata Aldric yang kemudian mengusap rambut Sena sayang. Ia tak bisa mencium Sena karna ini tempat umum. Setelah mengatakan hal itu, Aldric langsung pergi meninggalkan Sena.
***
Aldric membantu Sena memakaikan baju ke anaknya sementara Sena memandikan anaknya. Selesai melakukan semua itu, Sena langsung mandi sementara Aldric menimang anaknya yang menangis. Pasti lapar. “Kapan ya kamu bisa bicara?” Tanya Aldric ke anaknya. Anaknya hanya menyahutinya dengan tangisan. “Hust ... Cup, cup. Jangan nangis. Ntar bangun adeknya.” kata Aldric lagi.
“Kok adeknya sih Al, yang kamu gendong sekarang kan Elias.” saut Sena yang tiba-tiba berada disamping Aldric.
Aldric berjingkat. Sena lalu meminta anaknya dan mulai menyusui anaknya. Aldric menatap Sena dan anaknya. “Aku pikir Elios.” kata Aldric.
Sena menatap Aldric sebal. “Darimana yang Elios??” saut Sena sensi. Gimana tidak, Aldric selalu seperti ini. Tidak pernah bisa mengenali anaknya sendiri.
“Ya .... itu,”
“Udah ah, males aku dengerin kamu ngomong.” potong Sena judes. Aldric yang mendengar hal itu langsung menatap Sena kesal.
“Ya namanya juga manusia, bisa kali salah.”
“Masalahnya kamu ayahnya. Tiap hari di rumah. Masa nggak bisa bedain anak sendiri?? Mbak Nila aja bisa bedain anak kita.”
Mendengar jawaban menohok itu, Aldric langsung masuk ke kamar mandi marah. Sena sendiri tak memperdulikan Aldric. Selesai menyusui anaknya Elias Sena berganti baju, dan barulah ia memberikan ASI untuk anaknya Elios sembari menunggu Mbak Nila untuk menemani Sena mengantar imunisasi anaknya. Tak lama Mbak Nila datang, Sena lalu memberikan Elias sementara ia membawa Elios.