1. Satu
Keyara mengedap pelan-pelan menuju ruang tamu. Dimana sedang ada kakaknya Keenan, dan sahabatnya. Keyara diam-diam mengarahkan kamera hp-nya pada sahabat kakanya, Gerald. Lelaki dewasa yang membuat ia jatuh cinta. Rahangnya yang tegas, d**a nya yang bidang, membuat Keyara terpesona. Jangan tanyakan darimana Keyara tahu tentang d**a Gerald. Keyara pernah mengintip Gerald dan Keenan saat mereka berdua berenang.
Keyara memang gadis m***m. Ia sering sekali mengintip Gerald berenang maupun sedang berolahraga. Badan Gerald yang terkena tetesan air membuat Keyara panas dingin serta b*******h. Menurut gadis itu, Gerald tampak seksi dengan badan yang basah.
Sudah puluhan gambar Keyara abadikan di ponsel miliknya. Sudah setahun ini ia menguntit laki-laki yang merupakan CEO itu. Dan setahun itu, ia mencintai Gerald dengan diam. Katakan Keyara ini gadis tak tahu diri. Dia masih kelas tiga SMA, tapi sudah berani jatuh cinta.
Keyara seolah menutup mata dari kebejatan Gerald. Keyara tahu, kalau Gerald pria b******n. Keyara selalu tak pernah absen mencari berita tentang Gerald. Gerald, pria mapan berusia 25 tahun itu, sering gonta ganti pacar. Bahkan, dalam sebulan bisa ganti empat kali. Sakit? tentu saja. Keyara bahkan sering nangis diam-diam. Aura Gerald sangat dingin tak tersentuh. Gerald selalu menatapnya tajam kala bertemu dengannya, Membuat Keyara enggan bertatap muka.
Entah apa yang membuat Gerald membencinya. Keyara rasa, Gerald tak pernah ramah kepadanya. Atau mungkin wajah Gerald saja yang terlalu kaku dan jarang senyum.
"Ara, ngapain disini?" Keyara kaget mendengar suara ayahnya. Ia menyengir lebar memandang ayahnya sebelum bergelayut manja pada lengan ayahnya yang masih kokoh.
"Ayah, aku nyariin ayah dari tadi." ucap Keyara dengan manja.
"Kenapa?"
"Beliin es krim rasa coklat dong!" ucap Keyara.
"Udah gede masih makan es krim. Sama kak Keenan aja. Kebetulan ia mau nemenin kak Gerald ke Mall milik kak Gerald. Disana pasti banyak es krim. Ayah mau nganter bunda ke rumah oma soalnya." jelas Regan sambil mengelus rambut anaknya. "Pakai hijabnya sana!" titah Regan.
"Siyap kapten!" Keyara hormat layaknya sedang upacara bendera. Ia nyengir lebar sebelum beranjak ke kamar mengambil hijab.
"Kakak!" teriak Keyara menghampiri Keenan. Keenan merentangkan tangannya memeluk adik bungsunya.
"Kata ayah, kamu mau ikut."
"Iya, tapi aku gak punya uang. Beliin ya kak es krimnya." ucap Keyara menampilkan puppy eyes andalannya. Sengaja ia bergelut manja dengan Keen, menghindari tatapan Gerald yang menusuk.
"Yaudah ayokk!" ucap Keenan berdiri.
"Eh mau kemana lo tuyul!" teriak Kris dari arah dapur. Kris menggeret Keyara untuk berdiri di sampingnya. "Aku mau ikut kak Keen beli es krim."
"Gak gak, gak boleh. Kamu harus di rumah." tegas Kris. Kris sangat pencemburu dengan kakanya. Ia tak mau Keyara lebih dekat dengan Keenan. Keyara hanya adiknya. Dan mengenai Gerald. Kris sudah tau semuanya. Kris tidak suka Keyara menyukai Gerald. Gerald bukan pria baik untuk adiknya.
"Isshh kenapa sih kak. Aku mau beli es krim." kesal Keyara. Gerald memutar bola matanya malas melihat drama kaka beradik itu.
"Iya nanti kaka beliin." ucap Kris.
"Enggak, kaka kan selalu mintain uang saku aku." Keyara cemberut kesal. Ia menarik Keenan untuk segera pergi. Ia tak akan menyia-nyiakan kesempatan dekat dengan Gerald. Walau Gerald tak pernah sudi menganggapnya ada.
Keyara terus berjalan sambil menggandeng lengan kakaknya. Keyara sungguh tak berani hanya sekedar menatap Gerald. Gerald itu menyeramkan seperti monster, menurut Keyara. Sedangkan Gerald, ia tetap santai dengan pembawaannya yang datar.
"Kak ... Ara mau itu!" tunjuk Keyara dengan girang. Suara cempreng Keyara bahkan sampai menarik mata pengunjung yang lain untuk menoleh kearah mereka. Keenan meringis malu, sedangkan Gerald menatap tajam Keyara. Kenapa gadis itu sangat kekanakan.
"Maaf," sesal Keyara menunduk. Bahkan saking gugubnya, ia menggenggam erat kaos yang kakaknya kenakan.
"Gakpapa, ayo kita kesana!" ujar Keenan merangkul pundak adiknya.
Keyara memborong banyak es krim kotak rasa coklat dan s**u. Keen sudah melarangnya, tapi Keyara begitu keras kepala.
"Kakak gak bawa uang lo Key, sebagai gantinya kamu aja nyapu-nyapu disini." ucap Keen menggoda adiknya.
"Kakak kok gitu sih. Masak iya dokter tapi gak punya uang," ujar Keyara mengerucurkan bibirnya. Mata Gerald tak lepas dari pemandangan Keyara yang merajuk. Gerald memalingkan wajahnya, tak kuat menahan sesuatu yang membuat dirinya khilaf.
"Pakai ini, cepat bayar!" ucap Gerald menyerahkan Blackcard pada Keyara. Keyara menatap Gerald bingung. "Lama, biar aku yang bayarin." Gerald berlalu menuju kasir. Membayar semua es krim yang di borong Ara.
"Becanda Al, nih aku ganti." Keen menyerahkan beberapa lembar uang ratusan ribu pada Gerald. "Gak usah, Ara udah aku anggap adik sendiri." jawabnya.
Keyara tertunduk lesu. Ia tidak suka jika Gerald hanya menganggapnya sebagai adik. Ia ingin lebih. Calon istri misalnya.
"Ayo kita kesana. Makan dulu," ajak Keen berjalan mendahului Keyara dan Gerald.
Keyara membawa tumpukan es krim itu seorang diri. Saking gak kuat menenteng kantung plastiknya, ia membawanya di depan dengan kedua tangannya. Saking banyaknya, bahkan ia tak bisa melihat jalan. Keyara melirik kearah Gerald yang sama sekali tak melirik kearahnya. Gerald tetap stay cool memakai kacamata hitamnya. Sangat tidak mencerminkan jenis manusia peka. Ada cewek bawa berat di sampingnya, gak di bantuin malah di biarin.
'Brukk!!!
"Es krimku ... !!!" jerit Keyara histeris. Bagaimana tidak, es krimnya jatuh berantakan karena di tabrak seseorang. Keyara menatap wanita berpakaian sexy yang telah menabraknya.
"Mbak kalau jalan lihat-lihat dong!" bentak Keyara kesal. Ia memunguti kembali es krimnya. Keyara ingin menangis melihat ada beberapa kotak es krim yang pecah.
"Merrys," sapa Gerald.
"Oh, hay sayang. Kok kamu disini?" tanya perempuan itu dengan girang setelah menatap Gerald. Keyara memandang mereka berdua yang berpelukan. Mata Keyara berkaca-kaca. Itukah pacarnya kak Al?.
Keyara memunguti kembali es krimnya dalam diam. Sekilas, Gerald melihat Keyara yang nampak sedih.
"Kak Keen, aku mau pulang." ucap Keyara setelah menghampiri kakaknya.
"Kenapa? bahkan kita belum makan."
"Mau pulang aja. Makan masakan bunda," alibi Ara.
"Duduk sini, sayang. Mau pesen apa?" Keyara menolehkan kepalanya. Melihat Gerald yang dengan lembut menuntun wanita bernama Merrys itu untuk duduk.
"Merrys ya? kok lama gak ketemu, kemana aja?" tanya Keen. Keen cukup baik mengenal wanita itu.
"Beberapa minggu ini emang ada tugas di luar negri Keen. Oh iya, itu cewek kamu?" tunjuk Merrys pada Ara.
"Bukan, kenalin, ini Keyara, adik aku."
"Oh adik. Maaf ya tadi es krimnya kakak jatuhin. Mau kakak beliin yg baru?" tanya Merrys menawari. Keyara memandang Merrys dengan penuh selidik. Wajah Merrys kelihatan tulus, tapi ia benci Merrys. Benci Merrys yang merebut posisinya untuk dekat dengan Gerald.
"Matanya di jaga." desis Gerald membuat Keyara kaget. Sontak Keyara mengedipkan matanya.
"Harus ganti! es krimku tumpah gara-gara kakak tabrak," bentak Keyara sambil membanting tumpukkan es krim ke meja. Tepat di depan Merrys.
"Ara," tegur Keen yang merasa Keyara tidak sopan.
"Kenapa kak? aku gak salah. Perempuan ini yang salah. Sekarang ganti!" teriak Keyara lagi. Keyara kesal dengan wanita itu.
"Udah nanti kakak beliin lagi, malu di lihat orang," bujuk Keen sambil menarik tangan adiknya.
"Gak mau ya gak mau, kakak ini yang harus ganti," tunjuk Keyara pada Merrys. Gerald memandang Keyara dengan tatapan menusuk.
"Jangan berani lancang tunjuk wajah Merrys dengan telunjukmu!" desis Gerald menurunkan tangan Ara. Bahkan, saking kesalnya dengan Ara. Gerald memelintir telunjuk Ara.
"Kenapa?" tanay Ada lirih, matanya menatap sayu kearah gerald.
"Sudah sudah, jangan berdebat!" lerai Merrys melepas tangan Gerald pada Ara.
Ara mengusap telunjuknya kasar.
"Yaudah kakak ganti ya. Kamu mau berapa?" tanya Merrys lembut.
"Mau seratus kotak rasa coklat!" ucap ara tajam.
Merrys tersenyum miring, "Kekanakan!" bisik Merrys pada Ara.
Braaakk!!
"Akhhh!!"
"Ara!" bentak Gerald dan Keen bersamaan saat Ara mendorong bahu Merrys dengan keras. Merrys jatuh terduduk tersungkur di lantai. Karena dorongan keras dari Ara.
"Jangan keterlaluan kamu!" bentak Keen pada Adiknya.
Gerald membantu Merrys untuk berdiri. Sebelum mengucapkan kata-kata menusuk pada hati Ara.
"Jangan karena sikap kekanakanmu, kamu mencelakaan orang lain. Kamu bahkan bukan anak TK lagi yang harus semuanya dituruti. Kamu mau seratus es krim? bahkan aku bisa membelikanmu sepuluh pabrik es krim. Kamu tak lebih berharga dari Merrys. Jangan seenaknya!" bentak Gerald dengan nada kejam.
Mata Keyara berkaca-kaca. Ara melirik Keen yang meminjit pelipisnya. Bahkan kakaknya tak berniat membelanya. "Kak Keenan jahat,"Isak Ara kemudian melenggang pergi.
"Ara!" cegah Keen.
"Biarkan saja Keen. Sekali-kali kamu harus tegas dengan adikmu. Biar dia sadar, kalau sikap kekanakannya itu sangat merepotkan." ucap Keen menatap sinis punggung Ara. "Hanya anak kecil yang suka kabur dari masalah," tambahnya lagi.
Ara mengusap ingusnya dengan hijab yang ia pake. Ia berlari keluar Mall sambil terus menundukkan kepalanya.
Ara berjalan kaki sampai ke rumahnya. Ia tak bawa uang untuk naik ojek online. Sekarang, kakinya terasa kebas karena berjalan dua kilo.
Sesampainya di rumah, Ara melihat mobil Gerald yang sudah terparkir indah di pekarangan rumahnya. Air matanya turun dengan deras. Ara ingin seperti bundanya. Wanita tangguh yang jarang menangis. Bukan malah dirinya yang sangat cengeng. Meski itu perkara kecil.
Ara melewati ruang tamu dalam diam, bahkan ia melihat Merrys duduk anteng di sana.
"Sayang, kenapa nangis?" ujar Regan khawatir menghampiri putrinya.
"Tadi kakak bilang, kamu pulang duluan, ayah khawatir sama kamu." Regan ingin memeluk putrinya, tapi Ara menghindar. Ia berlari menuju kamarnya. Mengunci kamarnya dari dalam.
"Hiks! semuanya jahat," isak Ara sesenggukan.
"Aku kan cuma mau makan es krim, hikss hikss!!"
"Ayah, kakiku sakit hikss!!" Ara memukul mukul kakinya dengan kesal. Perjalanan dua kilo sungguh membuat kakinya mati rasa.