bc

My Destiny

book_age18+
24
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
reincarnation/transmigration
HE
second chance
drama
campus
like
intro-logo
Blurb

Bagaimana jika seseorang yang sudah meninggal bereinkarnasi? Nam Gi Myung adalah reinkarnasi dari Chanbin, mantan kekasih Sena di masa lalu. Seorang perngacara terkenal yang mengakhiri hidupnya karena depresi ditinggal Chanbin. Sena sendiri berinkarnasi menjadi Na Yeong gadis SMA yang sejak bayi tertukar dengan Miseo. Seorang gadis yang memiliki kakak laki-laki bernama Joon Woo. Gi Myung yang memiliki keistimewaan tidak lupa dengan masa lalunya dulu, terus mencari keberadaan kekasihnya itu. Apakah Na Yeong akan ingat siapa Gi Myung? Akankah mereka kembali bersama atau justru akan terjadi cerita kisah lain?

chap-preview
Free preview
Bab 1
Brukk.... Suara barang jatuh dari atas dan menimpa sebuah mobil yang terparkir begitu keras. Secara spontan alarm mobil itu pun berbunyi, darah mengalir kemana-mana. Gadis cantik nan putih yang terkapar di atas mobil itu, gaun putihnya berlumuran darah. Dia menatap langit yang hitam, yang ada di atas kepalanya. Air matanya meleleh, seakan-akan rasa sakit di tubuhnya sudah tidak terjabarkan lagi. Gadis itu lalu menutup matanya perlahan, bibirnya tersenyum tapi air matanya tetap meleleh. Dia kemudian menghembuskan napasnya perlahan dan akhirnya pergi meninggalkan dunia ini. "Pengacara terkenal sekelas Nona Min Sena, mengakhiri hidupnya dengan menjatuhkan diri dari uni apartemennya." Semua berita di televisi memberitakan kematian tentang Min Sena. Pengacara muda yang sukses, dan sedang ada di puncak karir. Baru semalam dia mendapat penghargaan menjadi pengacara terpopuler, tapi semalam juga dia mengakhiri hidupnya sendiri. Orang-orang tidak ada yang tahu, kenapa gadis muda itu memilih mengakhiri hidup. Secara finansial, tentunya Sena tidak kekurangan suatu apapun. Orang tua Sena, benar-benar terpukul. Mereka terus saja menangis, saat para pelayat datang untung berbela sungkawa di ruang berkabung sebuah rumah sakit umum di Seoul. Tuan dan Nyonya Min juga tidak mengetahui apa yang membuat putri semata wayangnya itu bunuh diri. *** "Chanbin_a, aku tunggu di tempat biasa ya?" ujar Sena sembari tersenyum lebar. "Eo, pesan makan saja dulu! Pesankan aku minuman kesukaanku," ucap Chanbin di seberang sana. "Allaseo," singkat Sena mengiyakan. "Aku, tutup dulu teleponnya," ucap Sena lagi. "Baiklah," sahut Chanbin lagi. Sena kembali tersenyum dan sudah akan menutup panggilannya dengan Chanbin, kekasihnya. Kalau saja Sena tidak mendengar panggilan Chanbin lagi, mungkin Sena sudah benar-benar menutup panggilan itu. Sena kembali menempelkan ponselnya ke telinga. "Wae?" tanyanya kemudian. "Saranghae, Sena_ya," ucap Chanbin dengan tulus dan juga lembut. Sena mengulum senyumnya dan menganggukkan kepalanya. "Nado saranghae," sahut Sena kemudian benar-benar menutup panggilannya dengan Chanbin. Sudah setengah jam Sena menunggu, tapi Chanbin belum juga sampai. Padahal terakhir kali Chanbin mengabarinya, kekasihnya itu sudah dekat dengan restaurant di mana mereka janjian malam ini. Sena kembali meraih ponselnya yang ada di atas meja, Sena lalu kembali akan menghubungi Chanbin. Di luar juga sedang hujan lebat, Sena menjadi khawatir pada kekasihnya itu. Sena menempelkan ponselnya ke telinga, suara tut terdengar beberapa kali. Mata Sena lalu tertuju pada televisi yang sedang melaporkan tentang kecelakaan beruntun yang terjadi karena jalanan yang licin karena hujan. Napas Sena seakan tercekat saat melihat salah satu mobil yang terlibat kecelakaan, adalah mobil yang begitu Sena kenal. Sena reflek berdiri dan menjatuhkan ponselnya. Tangannya gemetar, napasnya juga mulai sesak dan tidak beraturan. Sena melihat ke kanan dan ke kiri seperti orang kebingungan. Sena lalu berlari keluar restoran tidak memperdulikan tatapan bingung pengunjung lain, di restoran itu. Sena menerjang hujan yang masih lebat, dia tidak menghiraukan badannya basah kuyup. Sena berjalan dengan cepat, wajahnya sudah basah karena air hujan dan air mata yang bercampur. Sena menatap jalanan lurus ke depan, lokasi kecelakaan beruntun itu tidak jauh dari restoran tempatnya menunggu Sesampainya di lokasi kecelakaan, kaki Sena terasa sangat lemas. Dia benar-benar yakin, mobil berwarna merah burgundy di depannya itu milik Chanbin. Sena jatuh terduduk, dan menatap nanar ke arah mobil yang ringsek tak berbentuk itu lagi. "Chanbin_a, jangan bercanda ini tidak lucu!" lirih Sena yang tidak mempercayai kalau kekasihnya salah satu korban kecelakaan beruntun itu. "Chanbin_a!" teriak Sena histeris. Dia melihat Chanbin di evakuasi dari dalam mobilnya, dengan wajah berlumuran darah dan lemas tidak bergerak lagi. *** Semenjak kematian Chanbin, Sena lebih menutup diri. Kesehariannya hanya diisi dengan bekerja, bekerja, dan bekerja. Sena tidak bisa melupakan Chanbin, mereka sudah berpacaran lebih dari 5 tahun. Mereka berdua sama-sama ingin menjadi pengacara. Chanbin bahkan sudah lolos menjadi pengacara di sebuah firma hukum ternama, dan itu juga atas dukungan Sena. Sena sendiri masih menjadi pengacara pembela umum. Dia benar-benar memulai karirnya dari bawah dan secara merangkak. "Kita akan menjadi pengacara hebat, nanti kita akan sama-sama mendapat penghargaan pengacara terpopuler." Sena masih sangat ingat perkataan Chanbin hari itu. Sena kembali menyeka air matanya yang selalu saja kembali meleleh setelah mengingat Chanbin. Sena menghela napas dalam dan kembali disibukkan dengan pekerjaannya sebagai pengacara. Benar perkataan Chanbin, di tahun ke empat menjadi pengacara. Sena mendapatkan penghargaan sebagai pengacara terpopuler. Banyak kasus yang bisa Sena menangkan, mulai dari yang mudah hingga yang sangat sulit. Positifnya, Sena selalu menjadi pengacara orang-orang yang tidak bersalah tapi disalahkan. Sena selalu menegakkan kebenaran, dan menjadi pengacara terjujur yang pernah ada. Sena yang baru saja pulang dari acara penghargaan itu, masuk ke dalam apartemennya dengan jalan yang lunglai. Sena lalu meletakkan tas di atas sofa, dan berjalan ke kamarnya. Sena kemudian duduk di depan meja riasnya, Sena memandangi wajahnya sendiri di depan kaca. Dia tersenyum tipis, lalu kemudian meletakkan piala yang sedari tadi masih dia pegang di atas meja. "Aku, benar-benar sudah mewujudkan mimpi kita berdua, Chanbin_a," ucap Sena bermonolog. Sena lalu menghela napas dan berdiri, dia mengambil foto Chanbin dan dirinya saat terakhir kali bertemu. Foto itu selalu Sena selipkan di kaca riasnya, dia ingin terus mengingat Chanbin, dan tidak berniat melupakan apalagi sampai mengganti posisi kekasihnya itu. Sena mengusap foto itu pelan, lalu tersenyum tipis. "Tugasku sudah selesai bukan? Mimpi kita sudah sama-sama tercapai, 'kan?" tanya Sena pada foto itu. Air mata Sena lalu meleleh tanpa di komando, namun begitu senyum Sena tetap terukir indah di bibirnya. "Aku, benar-benar merindukanmu, Chanbin_a. Aku, tidak bisa menahannya lagi," lirih Sena dengan suara yang putus-putus. "Karena tugasku sudah selesai, ijinkan aku menyusulmu hari ini. Tunggu aku, Chanbin_a," ujar Sena lagi. Sena meletakkan foto itu di atas meja rias, dia tersenyum memandangi foto itu. Sena lalu dengan perlahan berjalan menuju teras kamar apartemennya. Sena berpegangan pada pagar teras dengan erat, gaun putihnya yang tidak memiliki lengan tertiup angin malam. Sena tidak memperdulikan badannya yang kedinginan. Sena menatap langit yang begitu gelap, dia sedikit kecewa karena perkiraan cuaca malam ini tidak tepat. "Kenapa tidak turun hujan? Aku, ingin menyusulmu di temani hujan yang sama. Aku, takut kau tidak menjemputku nanti, Chanbin_a," tutur Sena mengutarakan kekecewaannya. Sena lalu menghela napas dan menundukkan pandangannya, dia melihat ke bawah sudah tidak terlalu ramai. Mungkin karena sudah larut malam, Sena mempererat pegangan tangannya pada pagar teras hingga tangannya terlihat merah karena meremas kencang tiang besi pagar. Sena lalu menaiki tiang pertama lalu kedua. Perlahan tangannya dia lepas, satu persatu. Sena menutup mata pelan, lalu kemudian menarik napas dalam. Tidak berpikir panjang lagi, dan tidak lagi memikirkan karir ataupun keluarganya. Sena menjatuhkan dirinya dari teras apartemen miliknya hingga jatuh dan membentur atap mobil yang terparkir di bawahnya dengan sangat keras. Sena bisa merasakan semua rasa sakit yang ada di di badannya sekarang. Sena meneteskan air matanya sembari terus menatap langit yang gelap. "Walaupun tidak hujan malam ini, aku mohon. Jemput aku, Chanbin_a," batin Sena yang kemudian tersenyum dan menghembuskan napas terakhirnya. ***

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Time Travel Wedding

read
5.4K
bc

AKU TAHU INI CINTA!

read
9.1K
bc

Romantic Ghost

read
162.5K
bc

The Alpha's Mate 21+

read
146.5K
bc

Possesive Ghost (INDONESIA)

read
121.4K
bc

Putri Zhou, Permaisuri Ajaib.

read
4.0K
bc

Legenda Kaisar Naga

read
90.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook