“Sekarang cepat katakan keperluanmu, lalu segera pergi!” perintah Eloisa ketus begitu kaki pria itu menapak di lantai kamarnya. Dia kesal sekali pada buaya di depannya ini. Hal buruk yang terjadi padanya beberapa hari ini adalah karena si buaya. Dan sekarang, saat dia mau beristirahat saja masih di ganggu si buaya!
Bukannya menjawab, Darren malah berjalan keliling kamar itu.
“Eh, ngapain kamu?” tanya Eloisa dengan nada tidak suka sambil mengejar Darren.
“Saya ingin menyalakan lampu. Dimana saklar lampunya?” tanya Darren.
“Untuk apa? Cepat katakan keperluanmu, lalu segera pergi dari sini!” usir Eloisa untuk kesekian kalinya.
Akhirnya Darren menemukan saklar lampu dan menyalakannya. Tatapannya sekarang terpaku pada Eloisa yang menatapnya tajam.
Wanita itu menggunakan baju tidur dengan gambar hello kitty besar di tengah, rambutnya terurai dan wanita itu menggunakan kacamata dengan lensa bulat besar. Kemarin dia merasa akan lucu jika melihat dosennya ini memeluk boneka hello kitty, namun saat melihat penampilan wanita itu sekarang, dia merasa dosennya ini sangat imut. Wanita itu tidak terlihat lebih tua darinya.
Wanita itu masih menatapnya tajam. Namun, jika melihat keseluruhan penampilannya sekarang, wanita itu malah terlihat seperti gadis yang sedang merajuk.
Matanya menangkap beberapa plester luka yang ada di lengan wanita itu. Darren langsung mengambil lengan wanita itu dan membulak-balik tangan itu untuk melihatnya. Dia menemukan beberapa luka gores selain yang sudah ditutupi plester, hal ini membuatnya emosi. Clara dan yang lainnya sudah keterlaluan!
Eloisa berusaha menarik tangannya namun ditahan Darren.
“Apa yang kau …?” desis Eloisa. Dia tidak berani bersuara lebih keras, takut ada anggota keluarganya yang mendengar.
“Apa saja yang mereka lakukan pada Ibu?” tanya Darren memotong omelan Eloisa. Sudah tidak ada nada bercanda dari suaranya sekarang. Matanya masih melihat lengan yang dia tahu mulus itu sekarang memiliki cukup banyak luka. Itu adalah lengan yang kemarin dia olesi obat di rumah sakit.
“A-apa?” tanya Eloisa terkejut karena suara pria itu tiba-tiba berubah serius.
“Apa saja yang Clara dan teman-temannya lakukan pada ibu?” tanya Darren lagi. Matanya sekarang menatap Eloisa dengan lembut yang membuat Eloisa menjadi gelisah karena ditatap seperti itu.
“Eh, i-itu … Mereka hanya salah paham,” jawab Eloisa. Dia adalah orang yang tidak suka masalah. Jadi sebisa mungkin dia menghindari masalah.
“Kata Kak Darius, dia menemukan Bu El sedang dirundung oleh mereka dan mereka merusak kacamata Bu El. Maafkan saya, saya akan mengganti kacamata Ibu. Jadi, katakan pada saya, apa saja yang mereka lakukan pada Ibu selain merusak kacamata Ibu?” tanya Darren lagi. Matanya masih menatap Eloisa meminta jawaban. Melihat tangan Bu El yang banyak luka membuatnya marah. Dia paling tidak suka membuat orang lain menanggung kesalahannya dan sekarang inilah yang sedang terjadi!
“Tidak. Tidak perlu mengganti kacamata saya. Maksud saya, kacamata saya terjatuh dan tidak sengaja terinjak, sehingga rusak!” jawab Eloisa panik. Dia mengalihkan matanya dari pria itu. Dia masih berusaha menarik tangannya, namun Darren memegang erat tangannya hingga dia tidak bisa menariknya. Darren masih bingung, untuk apa dosennya ini masih berusaha melindungi Clara dan yang lainnya?
“Tolong lepaskan tangan saya,” pinta Eloisa. Dia terus berusaha menarik tangannya, jantungnya sekarang sudah berdetak tidak keruan. Sepertinya hari ini jantungnya sedang main roller coster!
“Maafkan saya, Bu El,” kata Darren tulus. Terdengar nada penyesalan dalam suaranya yang membuat Eloisa kembali menatapnya.
Namun bukannya melepaskan tangan Eloisa, Darren malah membelai lembut bagian tangan Eloisa yang terluka dengan tangannya yang lain, lalu mencium telapak tangan Eloisa dimana terdapat beberapa luka gores disana.
Eloisa terpaku melihat apa yang dilakukan Darren. Wajahnya langsung merona dan jantungnya berdegup semakin kencang. Dia semakin panik dan berusaha semakin keras untuk menarik tangannya.
Darren mengangkat wajahnya dan melihat wajah Eloisa yang merona dan merasa wajah itu terlihat sangat menggemaskan dan perasaan ingin mencium wanita itu datang lagi.
Seharian ini, dia berkencan dengan dua pacarnya dan dia tidak merasa ingin mencium mereka. Namun karena penasaran, dia tetap mencium mereka dan dia masih merasakan hal yang sama dengan sebelumnya. Malah sekarang dia merasa ciuman mereka membosankan!
Darren menyentak pelan tangan itu hingga tubuh Eloisa yang tidak siap langsung tertarik ke arahnya. Dia memeluk tubuh wanita itu dan kembali mencium aroma apel yang membuatnya tersenyum. Masih aroma sampo DiiDii!
“Maafkan aku, Bu El. Maafkan karena aku membuatmu dalam kesulitan,” katanya lembut di telinga wanita itu. Dia bisa merasakan tubuh kaku wanita di pelukannya.
“Besok aku akan membereskan semuanya. Jika ditanya, Bu El bilang saja kalau Bu El membantuku karena melihatku terluka,” lanjutnya lagi. Kalimatnya membuat Eloisa mengangkat wajahnya karena bingung dengan maksud perkataan pria yang sedang memeluknya. Dan Darren tidak menyia-nyiakan kesempatan itu. Dia kembali mencuri ciuman dari bibir wanita itu.
Eloisa terkejut saat Darren menciumnya lagi. Dia langsung mendorong pria itu sekuat tenaga dan pria itupun melepaskan dirinya.
“Kau bilang tidak akan melakukannya lagi!” desis Eloisa marah. Wajahnya sekarang semakin memerah dan pria itu tersenyum menatapnya. Jantungnya yang sejak tadi sudah main roller coaster sekarang sepertinya akan terlempar keluar dari dadanya!
“Itu kalau kemarin Bu El bersedia kucium. Tapi kan Bu El tidak mau, jadi perjanjian itu batal!” jawab Darren tanpa dosa sambil menaik turunkan alisnya. Dia benar-benar gemas melihat wajah dosennya yang sekarang sudah seperti kepiting rebus dengan bibir komat kamit tanpa suara.
Satu hal yang pasti, dia masih ingin mencium Bu El lagi. Entah mengapa bibir Bu El memang berbeda dengan wanita lainnya. Hanya bibir wanita itu yang bisa membuatnya ingin terus menciumnya. Dia bersyukur wanita itu kemarin menolak tawarannya karena dia tidak pernah melanggar janji yang sudah diucapkannya.
Eloisa tercengang mendengar perkataan pria itu. Dia berniat memarahi pria itu, namun suaranya tidak bisa keluar karena terlalu syok.
“Sampai bertemu besok, Bu El!” kata Darren. Dia lalu mengedipkan sebelah matanya sebelum berjalan keluar dari pintu balkon kamar Eloisa, lalu menghilang dari pohon yang menjulang di sebelah balkon kamar itu, meninggalkan Eloisa yang sampai sekarang masih menatap ngeri pada pintu balkon yang sudah tidak ada apapun selain angin malam yang berhembus masuk.
Sebuah kesimpulan mengerikan berputar di benaknya. Buaya itu berniat terus menciumnya!
****