Bertemu Kayla

1480 Words
     Pagi ini sangat cerah menurut Axel, padahal cuaca di luar sedikit mendung. Semua itu karena map coklat berisi informasi yang menggembirakan menurut Axel.     "Semua sudah saya kumpulkan di dalam map itu Pak Axel." ucap Ari.     "Benar. Tidak salah romo menjadikanmu asistennya." Ari menganggukkan kepalanya. Ada rasa bahagia atas pujian yang dilayangkan Axel padanya. "Apa jadwal saya hari ini?" tanya Axel.     "Klien dari Surabaya akan datang untuk pembahasan lanjutan mega proyek yang kita bahas seminggu yang lalu, dan jam 2 kita ada meeting membahas tentang pembangunan mall di Cikarang, dan ada undangan makan malam di Bunga Rampai." ada jeda sedikit. "Yang ini Anda harus datang Pak."     "Trimakasih Ari." ujar Axel sambil mengibaskan tangan kanannya. Ari mengangguk dan keluar dari ruangan Axel.     *     Axel melajukan mobil Mercedes-Benz 220 berwarna putih itu dengan cukup pelan. Lelah, itulah yang dia rasakan. Seolah energinya habis hari ini.     Dia sedikit mengerutkan keningnya karena melihat mobil yang familiar menurutnya, dan sangat yakin siapa yang berada di balik kemudi itu. Axel mengikuti mobil itu sampai sang sopir membelokkannya ke sebuah restoran cepat saji.     Pengemudi yang seorang wanita bergaun floral menutupi sampai mata kaki dengan lengan pendek hanya di satu sisinya, dan memakai sepatu boots dengan hak tidak terlalu tinggi, masuk ke dalam restoran dengan langkah agak cepat. Axel tidak suka melihat pemandangan itu. Sudah malam dan memakai pakaian seperti itu bisa menarik mata lelaki yang sedang kehausan di tengah malam seperti sekarang ini.     Axel keluar dari mobilnya, dan berdiri di sebelah mobil yang ditinggalkan oleh wanita yang baru saja dia ikuti. Sekitar 20 menit akhirnya wanita itu keluar dan bergeming setelah melihat Axel.     Axel yang merasa melihat seseorang dari ekor matanya, mengalihkan pandangannya ke Julia, melepas jaz hitam yang dipakainya dan memakaikannya ke tubuh Julia untuk menutup pundaknya. Julia yang kedua tangannya memegang makanan yang baru saja di beli tidak bisa menolak, hanya bisa bergeming dan menatap Axel.     Ditariknya tangan Julia sedikit kasar oleh Axel, agar dia sedikit menurut. Didorongnya pelan masuk ke mobilnya, menutup pintu dan mengitari mobil bagian depan untuk masuk ke sisi kemudi.     Julia meletakkan makanan yang dibelinya tadi ke jok belakang, saat dia akan duduk kembali tidak sengaja kepalanya membentur kepala Axel yang baru saja masuk dan duduk di sebelahnya. Mereka bertemu pandang dan menciptakan jeda cukup lama, sampai Julia yang merasakan debaran aneh di dadanya berdehem dan membenarkan posisi duduknya.     Axel yang melihat kegugupan Julia tersenyum simpul setelah Julia mengalihkan pandangannya keluar, tanpa mengatakan apa pun Axel memasangkan sabuk pengaman untuk Julia dan untuknya sendiri. Setelah itu langsung melajukan mobilnya menuju rumah Julia.     "Mulai sekarang aku yang akan mengantarmu, terlalu malam tidak baik seorang wanita keluar sendirian." Axel melirik sekilas Julia yang masih memandang ke luar lewat jendela di sisinya. "Apa kau tidak mendengarku?!!" teriak Axel menaikkan satu oktaf nada bicaranya.     Julia yang mendengarnya langsung menatap Axel, "A-aku punya sopir." jawabnya sedikit terbata, takut jikalau Axel marah dan melakukan hal yang tidak dia inginkan.     "Ke mana dia?"     "Su-sudah malam, dan, dan aku, aku tidak mau mengganggunya berkumpul dengan keluarganya."     "Aku yang akan mengantarmu." tegas Axel.     "Tidak. Kita tidak saling kenal dan aku tidak mau merepotkanmu." ucapan Julia menyulut kemarahan Axel. Dia pun menginjak rem mobilnya, gerakan yang sedikit tiba-tiba itu menghasilkan tubuh Julia yang terguyung ke depan untung saja sabuk pengamannya berfungsi dengan baik.     Axel mendekatkan wajahnya untuk menatap Julia dengan menggertakkan giginya, "Aku tidak meminta pendapatmu. Setuju atau tidak aku tetap mengantarmu kalau kamu tidak bisa menyuruh sopirmu itu. Tentang kenal atau tidak, kamu sudah mengenalku di toilet waktu itu. Apa kau lupa?"     Julia yang melihat ada kemarahan dalam diri Axel segera berpaling menatap keluar jendela dan menyandarkan tubuhnya. Mencari aman agar tidak terjadi hal yang lebih serius di antara mereka.     Suasana hening yang berlangsung cukup lama menciptakan kebosanan bagi Axel, bukan seperti ini yang dia inginkan tetapi melihat Julia yang keras kepala dia tidak bisa mengendalikan dirinya.     Diliriknya sebentar Julia yang tidak berubah dari posisinya sejak tadi, memelankan laju mobilnya dan dilihatnya Julia kembali. Dengan nafas teratur dan posisi kepala yang menunduk pasrah, Axel yakin Julia ketiduran saat ini.     *     Setelah sampai Axel berniat membangunkan Julia, melihat dia sangat kelelahan ada rasa tidak tega dihatinya. Disingkirkannya beberapa anak rambut yang menutupi sebagian wajah Julia. Setelah memandangi wajah itu cukup lama Axel harus tega membangunkannya karena tidak mungkin menggendongnya ke dalam atau membiarkan semuanya tetap seperti ini.     "Hey... ." panggil Axel pelan dengan mengusap lengan Julia.     "Julia kita sudah sampai." ucap Axel lagi karena tidak ada jawaban berarti dari Julia. Axel tersenyum melihat Julia yang sangat pulas padahal ini bukan tempat yang layak untuk beristirahat.     "Hey...Julia, kita sudah sampai." diusapnya sedikit kentara lengan Julia, berhasil. Julia mengeliat dan membuka matanya.     Saat Julia menyadari bahwa Axel terlalu dekat dengannya, getaran aneh di dalam dadanya kembali, ingatan tentang sikap dominan Axel waktu di toilet waktu itu masih membekas, wajah karismatiknya, sifat posesifnya. Semua dalam diri Axel seperti bisa menyedot habis Julia.     Julia yang tidak ingin semakin tersiksa segera merapikan rambut dan pakaiannya, membuka pintu mobil dan langsung keluar meninggalkan Axel.     Axel lagi-lagi tersenyum melihat sikap Julia, dia sangat menyadari bahwa Julia merasakan getaran yang sebenarnya dia juga merasakannya. Hanya saja Axel masih bisa mengatasinya.     Axel yang melihat bungkusan di jok belakang, mengambilnya dan menyusul Julia ke dalam. Saat bertemu dengan bibi yang masih berada di balik pintu Axel menyerahkan bungkusan itu. Karena waktu juga sudah malam dia pun segera kembali ke rumahnya.          ~~~     Seperti pagi biasanya, Julia bersiap memoleskan make up natural ke wajahnya. Saat dia mulai memakaikan maskara dan melihat bayangannya sendiri dari pantulan kaca di depannya, dia mengingat betapa dekatnya jarak antara dirinya dan Axel semalam. Pipinya memanas dan jantungnya bergetar.     Sangat sulit menghindar dari pesona Axel. Julia tersenyum simpul, sudah cukup lama dia tidak merasakan getaran seperti ini. Dia mengenyahkan perasaannya, tidak mungkin dia jatuh secepat ini.     "Maaf Non, pak Axel di bawah." ucap bibi menyeret Julia kembali dari lamunannya. Kenapa dia merasa jantungnya semakin tidak karuan, padahal hanya mendengar namanya saja.     Julia mengangguk dan mempercepat ritual make upnya itu.     "Apa yang kamu lakukan di sini?" tanya Julia ketus, setelah melihat lelaki berjas krem motif kotak-kotak senada dengan celana yang dikenakannya itu.     "Aku yakin kamu tidak melupakan ucapanku semalam."     "Kau seperti orang kurang kerjaan." ejek Julia. "Terlalu pagi dan mengganggu tuan rumah yang mau sarapan." imbuhnya.     "Aku bisa sarapan di sini kalau kamu memaksa." tantang Axel.     Saat mereka berdua bersitegang, Kayla yang baru turun tersenyum sumringah melihat Axel. Meskipun dia tidak mengenalnya, tapi dia ingat dengan seseorang yang menolongnya waktu itu. "Selamat pagi... ." sapanya dengan senyum lebar.     Julia yang melihat Kayla langsung mendekati Axel hanya bisa tersenyum kecut dan sedikit melotot untuk memberi kode ke Axel agar menjaga sikapnya.     "Pagi Sayang, siapa namamu? Kita belum sempat berkenalan kan?"     "Kayla yang manis dan imut." jawab Kayla sambil mengembangkan rok seragamnya dan berputar seperti putri raja.     "Bagaimana lututmu Sayang?"     "Sudah sangat sembuh, berkat omelan Mama." jawabnya sambil melirik Julia. "Om namanya siapa?", tanyanya polos.     "Axel, Sayang. Apa boleh Om sering main kesini?"     "Tentu saja, tapi harus membawa mainan dan es krim." jawabnya sambil mendekat dan mengumpulkan tangannya di mulutnya sendiri. Axel yang mengerti segera menekuk kakinya untuk menyejajarkan tingginya dengan Kayla, "Jangan lupa bawakan marsmellow rasa stroberi yang banyak ya, ingat ini rahasia, kalau Mama tahu pasti bisa mengomel seharian." ucapnya sambil terkikik.     "Kayla? Mama gak mau kalau sembunyi-sembunyi gitu ah." rajuk Julia.     Kayla mengacungkan jari telunjuknya dan menempelkannya di depan bibirnya yang mengerucut.     Axel yang mendengar itu tersenyum dan melakukan gerakan seperti mengunci bibirnya dan membuang kuncinya jauh-jauh. Lalu mengangkat kedua tangannya mengajak Kayla tos sebagai tanda setuju.     Kayla pun setuju. Dan digandengnya tangan Axel setelahnya, "Ayuk Om kita sarapan, nanti Kayla telat berangkatnya."     Julia yang melihat itu memutar bola matanya malas, meskipun Axel dan Kayla terlihat akrab tetapi Julia sedikit tidak senang karena melihat Axel memanfaatkan keadaan yang ada.     *     Setelah mengantarkan Kayla, hanya tinggal Julia dan Axel di dalam mobil.     Meskipun suasana sedikit canggung akhirnya Julia membuka percakapan lebih dulu. "Aku rasa ada yang salah antara kita, aku tidak ingin ada salah paham." diliriknya Axel yang masih fokus dengan jalan yang padat di jam berangkat sekolah seperti sekarang ini. "Apa yang sebenarnya kamu inginkan dariku?" imbuhnya.     "Tidak ada." jawab Axel tegas.     "Okey, jangan menggangguku lagi. Besok sopirku akan mengantarku ke mana pun, pagi siang sore maupun malam hari. Aku rasa aku tidak mau merepotkanmu lagi."     "Apa kau yakin?" tanya Axel yang masih fokus dengan jalanan di depannya.     "Ya." jawab Julia mantap.     "Okey."     Julia yang mendengar itu merasa lega karena tidak harus berurusan dengan seorang yang bisa membuatnya takut dan takluk dalam waktu yang bersamaan, meskipun ada rasa sesal jikalau tidak bisa melihat Axel lagi, tapi menurut Julia inilah yang terbaik.     Hanya ada hening panjang sampai mobil yang mereka kendarai sampai di depan halaman hotel milik keluarga Mahesruni. Setelah keluar Julia juga tidak mengatakan apa pun, hanya menunduk sebagai tanda terima kasih.     Tanpa mereka sadari ada seseorang di balik kemudi mobil Range Rover berkaca gelap yang mengawasi mereka dari tadi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD