Semua orang yang di sana kembali gemetar bukan main, terkecuali Timothy, “Ingat jika dia mengintimidasi dirimu, tatap matanya, dan buatlah semeyakinkan mungkin, agar Ia berpikir membunuhmu hanya akan merugikan dirinya, dan membiarkan mu hidup adalah sebuah keputusan yang benar. Tatap kedua manik mata itu dengan tanpa ekspresi, tekan rasa sesak di dadamu, dan jangan sekali-kali menelan saliva mu di hadapannya. Itu hanya membuatmu terlihat gugup, seperti manusia pada umumnya!” Kembali ucapan Jason menguatkan Timothy dalam ingatannya.
“Aku tidak di lahirkan di dunia ini untuk mengkhianati majikan ku, apalagi jika nyawa kedua orang tua ku ada di tanganmu Nyonya. Bagaimana mungkin aku melakukan tindakan bodoh yang akan membuat kedua orangtua ku meregang nyawa, kapan pun kau menginginkannya,” tegas Timothy.
“Hem ... menarik, Lalu, bagaimana jika kedua orang tuamu saja yang aku habisi?” ucap Madam sambil menunjukkan seringai kejamnya.
“Sekali pun nyawa kedua orang tuaku melayang, bukankah nyawaku juga dalam genggamanmu, Nyonya? Bahkan, ketika adikku meninggal aku tidak pernah lari dari tempat ini,” desis Timothy. Semua orang yang mengenal Timothy begitu terkejut dengan perubahan sikap Timothy, dia bukan lagi pria yang lemah, justru kini dia terlihat sangat menakutkan.
“Hahahaha!!! Good, Good. Kalau begitu bawa Camila ke sini, dan siksa dia di hadapanku, aku ingin melihatmu memotong-motong tubuhnya. Tentu saja aku ingin kematian indah yang perlahan, Yoshiro akan bersamamu,” desis Madam membayangkan akan melihat Camila berteriak, memohon dan mati di hadapannya.
“Mucikari tidak becus!! Tidak pantas menikmati hidup tenang selama masih menjadi salah satu propertiku, bukan? Hahahahaa! KAU! Hubungi Yoshiro!!” teriak Madam.
Tanpa berpikir panjang Timothy lantas segera pergi dengan menghubungi Yoshiro, tentu saja pria Jepang ini dia kenal dengan baik. Namun, jika Yoshiro sudah menjadi tangan kanan Madam maka Yoshiro tidak bisa dipercaya lagi seperti sebelumnya, bukan? Setiap orang di dalam lingkaran setan ini akan melakukan apa pun agar dapat bertahan hidup walau itu hanya satu hari saja.
Susah payah Camila mengeluarkan sebuah trash bag yang cukup besar dengan rokok menempel di bibirnya. “s**t!” Sesekali mengumpat karena harus melakukan pekerjaan bodoh ini seorang diri. Sebelumnya, jika mau, ia bahkan bisa saja minta dimandikan atau dicebokin sekalian oleh anak buahnya. Tapi, lihatlah sekarang, seolah dunia berputar terlalu jauh hingga membuat dirinya terjatuh di dasar bumi.
Baru saja berhasil mengeluarkan trash bag itu dengan susah payah, tiba-tiba ia merasakan hantaman kuat pada tengkuknya. Hingga, membuat kesimbangannya hilang dan ia merasa pusing seketika, sebelum benar-benar pingsan ia mendengar suara asing berbisik “Jangan takut.” Dan semua menjadi gelap seketika.
Suara mesin di dalam pabrik pemotongan daging membuat suara dengungan di telinga Camila, rasanya begitu sakit. Perlahan ia membuka kelopak matanya, lampu-lampu yang begitu terang terasa sangat menyilaukan. Rasanya tengkuk belakangnya sungguh sakit, seperti sakit memar, baru saja diriya menekuk lehernya ke kiri dan ke kanan untuk sekedar streaching, betapa terkejutnya Camila saat sudah bisa membuka kedua matanya dengan sempurna.
“Selamat sore, Camila,” sapa seorang wanita yang paling ditakuti dalam perkumpulan mafia dan perusahaan di mana seluruh karyawan bernaung di dalamnya.
“Hemmmm, hemmmm!” teriak Camila, Ia begitu ingin menjelaskan semuanya namun sayang, bibirnya sudah diisolasi lebih dahulu. Tangannya diikat pada pegangan kursi, sedangkan kakinya juga terikat di kaki depan kursi, air mata sudah membasahi pipi Camila.
MAUT! Itulah yang sebentar lagi akan menjemputnya, hanya saja Camila sadar jika kematian ini akan menjadi kematian yang sangat tragis untuk dirinya.
“Apakah Nyonya mau membuka isolasi pada mulutnya?” tanya Yoshiro sambil membungkung hormat. Mendengar tawaran dari Yoshiro, saat itu Camila langsung saja bereaksi dan berteriak-teriak dengan keadaan mulut yang masih diisolasi sambil mengangguk ngangguk cepat agar apa yang diusulkan oleh Yoshiro dapat dipenuhi oleh Madam. Bukankah lebih baik mencoba menyelamatkan hidupnya, dari pada hanya pasrah saja? Itulah pikirannya Camila saat ini, sekecil apa pun kesempatan itu akan dia ambil.
“Hemmm, bagaimana menurutmu, Timothy?” tanya Madam. Sontak saja Camila menoleh lega kearah Timothy, ia yakin jika Timothy akan sependapat dengan Yoshiro.
“Apakah, Anda akan mengotori gendang telinga Anda untuk mendengar permohonan ampun dan rengekan agar jangan dibunuh oleh Perempuan hina ini, Nyonya? Kalau Anda ingin, yah … tidak apa-apa. Tapi, bukankah sudah jelas, Nyonya? Bahwa uang hasil penjualan wanita jalang itu justru di pakai olehnya dan ini ... saya menemukan ini di kamar Apartemennya.” Timothy memberikan sesuatu kepada Madam.
Mata Camila begitu terbelalak mendengar apa yang diucapkan oleh Timothy, dan betapa terkejutnya dia dengan segala perubahan dratis Timothy yang selama ini dinilainya sebagai seorang lelaki paling lemah diantara semua algojonya. Namun, siapa sangkah jika keinginan untuk sama-sama bertahan hidup dapat merubah seseorang?
Apa lagi ditambah dengan keselamatan nyawa kedua orang tuanya serta sejarah jika adik Timothy mati karena kebengisan Camila. Maka, momen ini adalah saat yang ditunggu-tunggu oleh Timothy. Sambil menunggu kabar jika orang tuanya sudah aman, maka yang harus dilakukannya hanyalah bertahan hidup.
“Benar juga apa yang kau katakan, Timothy. Luar biasa kau, Camila. Setelah menjual asetku yang paling berharga dengan harga satu milyar dollar, kau bahkan sudah merencanakan untuk berkeliling dunia, Hahahahaa! Hawai? Afrika Selatan, Bali, Maldevis, Bora-bora? Wah, wah, wah, sepertinya aku mendidikmu dengan benar Camila. Lihatlah, seleramu begitu tinggi untuk menentukan kemana kau akan berkeliling dunia.” Madam terbahak sambil menyeka air matanya yang keluar sangking terpingkalnya.
“Timothy, apakah kau akan memberikan aku sebuah tontonan sedasyat konser ‘Live Aid’ di Inggris???” tanya Madam sambil memicingkan matanya kearah Timothy.
Tanpa ragu, Timothy mengangguk kepalanya dan menyeringai sadis di hadapan Madam. Camila berteriak sambil menggelengkan kepalanya dan menghentak- hentakkan badannya di kursi sampai berkeringat bukan main.
Tentu saja yang dilakukannya semua itu sia-sia belaka. Timothy juga telah diberikan alat penyiksa untuk interogasi oleh Yoshiro atas permintaan khusus Madam. Dengan santai Madam melenggang ke luar ruangan diikuti dengan Yoshiro, lalu pindah ke ruangan kecil berbentuk kubus dengan fasilitas di dalam yang begitu nyaman.
“Jika kau sudah mati, akan aku gantung mayatmu seperti babi-babi yang tergantung ini, Camila,” ancam Timothy sebegitu sadis.
***
Jika Timothy di Barcelona sedang menguatkan hatinya untuk berani menyiksa Camila sesadis mungkin agar dapat dipercaya sepenuhnya oleh Sang Madam, Calista bersama The Brother sekarang sedang berada di atas Jet Pribadi menuju ke Itali. Yah, walau pun mereka satu benua dengan Barcelona namun Jason memiliki pertimbangan lainnya.
Dengan sistem keamanan yang begitu tinggi, serta ini adalah kandangnya sendiri, tentu saja itu akan mempermudah pergerakan mereka untuk bertahan. Jika, terjadi pertempuran di luar negeri maka Jason bisa saja justru menjadi buronan Internasional. Itulah, yang dihindarinya dan untuk mendatangkan ratusan pasukannya menuju ke Papua Indonesia, tentu saja akan membuat pasukan khusus di Indonesia mendeteksi dan akan berpikir jika ada pasukan Eropa yang ingin memulai perang.
Bukankah itu adalah tindakan yang konyol. Ditambah lagi, Jason cukup tau, jika Madam memiliki pasukan yang dianggap sebagai pemberontak di negara-negara tempat Madam menyuplai kebutuhan senjata yang diperjual belikan hampir di seluruh dunia memiliki. Tujuannya hanya satu, semakin banyak kerusuhan di seluruh dunia maka perdagangan senjatanya juga akan semakin tinggi, profit yang didapat juga tidak sedikit. Belum lagi, jika memang kerusuhan tersebut adalah proyek dari pihak oposisi pemerintahan atau bahkan permintaan pemerintah sendiri. Hal tersebut membuatnya dapat meraup keuntungan sebesar-besarnya.