PROLOG
Dengan spontan Zalfa menghentikan langkah kakinya ketika seorang anak kecil menabrak kakinya dengan cukup kuat, untung saja Zalfa dapat menjaga keseimbangannya, karena jika tidak justru ia akan ikut terjatuh dan menimpa anak tersebut.
"Hei, kamu nggak apa-apa?" tanya Zalfa seraya membantu anak laki-laki itu untuk berdiri, jika Zalfa lihat sepertinya ia berumur lima tahun. Dengan teliti Zalfa menyusuri tubuh anak kecil di depannya, takut ada yang terluka dan nanti justru dia yang disalahkan orang tuanya.
Anak itu mendongak, menatap Zalfa dengan mata berbinar, lalu dengan cepat memeluk kedua kaki Zalfa dengan begitu erat.
"Mommy!"
"Mommy? Siapa?"
"Mommy jangan pergi lagi, jangan tinggalin Nando ya, Mom?"
"Tunggu, siapa Mommy mu?"
"Kamu, 'kan Mommy nya Nando," jawab Nando dengan wajah polosnya yang tetap setia menatap Zalfa dengan sorot mata yang sedikit bingung.
"Eh, bu-bukan, kakak bukan Mommy kamu." Dan ternyata jawaban Zalfa barusan justru membuat Nando yang tengah memeluk kakinya menangis dengan cukup keras hingga beberapa orang di sekitar mereka menatap dengan pandangan menuduh.
Zalfa kini sudah seperti kakak durhaka yang menggoda adik kecilnya hingga menangis. Bagaimana tidak, baru saja Zalfa pulang sekolah dan tadi dia sedang berjalan menuju area perumahan tempat tinggalnya, dan ketika ia melewati jalan di dekat taman anak kecil bernama Nando ini berlari dan menabraknya begitu saja.
"Eh-eh, cup cup cup, jangan nangis dong." Zalfa sedikit kelabakan dengan sikap Nando yang menangis tiba-tiba seperti ini. Biasanya, ponakan Zalfa yang seumuran dengan Nando akan langsung diam jika ia beri permen, namun sekarang Zalfa sedang tidak memiliki permen di kantongnya. "Maafin kakak ya, jangan nangis lagi," bujuk Zalfa, dan ia berharap Nando mau berhenti menangis.
"Bukan kakak, tapi Mommy!" ucap Nando sedikit membentak.
"O-oke, Mommy, jangan nangis ya, maafin Mo-mommy?" ucap Zalfa sedikit terbata, lidahnya terasa kelu saat menyebut dirinya sendiri dengan sebutan Mommy. Yang benar saja, dia masih delapan belas tahun, dan bahkan ia sekarang tengah menggunakan seragam sekolah menengah atas, dan bagaimana bisa ia dipanggil Mommy oleh anak berumur lima tahun.
"Rumah kamu di mana? Biar Mo-mommy anter pulang," tanya Zalfa setelah Nando menjadi lebih tenang, ternyata ia langsung menghentikan tangisannya ketika Zalfa mau menyebut dirinya dengan sebutan Mommy, atau lebih tepatnya Mommy untuk Nando.
"Nando tadi-"
"Nando, ayo pulang!"
Kepala Zalfa kembali mendongak untuk melihat siapa yang tengah mengajak anak yang tengah memeluk erat kakinya ini untuk pulang. Dia, seorang pria dewasa dengan setelan kemeja dan jeans berwarna hitam tengah menatapnya dan juga Nando, atau lebih tepatnya ke arah Nando.
Sedangkan Nando, anak itu sedikit menolehkan kepalanya ke belakang untuk melihat siapa yang memanggil namanya, namun setelah itu ia kembali berbalik dan semakin erat memeluk kaki Zalfa.
"Nggak mau, Dad! Mau sama Mommy!" Dan satu kesimpulan yang dapat Zalfa tarik, jika pria di depannya ini adalah Daddy Nando.
"Jangan nakal, dia bukan Mommy kamu,"
"Enggak! Nando nggak mau!"
"Nando-"
"Pokoknya Nando nggak mau! Jangan paksa Nando, Nando nggak suka!"
"Oke! Kita pulang sama Mommy kamu!"
_________________________
[Cerita ini hanya dapat dibaca secara online atau versi digital di aplikasi Innovel / Dreame ©®2020 by Olipoill]