"Dengan sangat disayangkan, saya harus menyampaikan." Dokter Nicholas menaikkan posisi kaca matanya yang melorot. "Tumor itu kembali."
Bagaikan disambar petir di siang bolong. Apa yang ditakutkan Rafi dan Emma telah menjadi kenyataan.
"Tapi bagaimana bisa, Dok? Bukannya saat itu dokter bilang tumornya sudah diangkat seluruhnya sampai akar?" Rafi berusaha mengontrol emosinya. Karena ia merasa dibohongi.
"Itu memang benar, Pak Rafi. Tapi nyatanya tumor itu kembali, bertumbuh lagi di bagian lain dadanya. Namun yang harus disyukuri adalah, tumor itu bertumbuh di lokasi yang berdekatan. Tidak bermetastasis ke area lain. Yang menandakan bahwa stadiumnya masih tahap awal. Jadi penanganan pun akan lebih mudah dilakukan."
"Dokter akan mengoperasi anak saya lagi?" Nada tanya Rafi kentara bahwa ia sedang menahan amarah. Emma dengan lembut membelai pundak sang suami sekadar membantu menurunkan emosinya.
"Ya, karena itu jalan satu - satunya. Tapi ... pada operasi kali ini. Kami tidak akan mengangkat jaringan tumornya saja."
"Lantas?" Rafi hampir kehilangan kesabaran. Namun ia tetap berusaha bersabar.
"Sebelumnya mohon maaf, karena apa yang akan saya sampaikan mungkin akan menyinggung perasaan Anda dan istri, karena ini adalah prosedur yang cukup ekstrim. Namun dengan dilakukan hal ini, itu akan mencegah tumor kembali lagi di masa depan."
"Prosedur macam apa itu?" Nada pertanyaan Rafi masih begitu kentara menahan emosi.
"Kami akan melakukan Mastektomi."
"Mastektomi?"
"Ya, kami akan melakukannya pada bagian kanan dan kiri -- keduanya. Mastektomi adalah proses pengangkatan seluruh bagian jaringan pada paayudara. Prosedur ini pernah dilakukan oleh public figure juga seperti Angelina Jolie, untuk menyelamatkan hidupnya. Kami akan melakukan pada kedua payudaraa Asmara. Karena keduanya sudah pernah terjangkit tumor yang sama. Hal ini tidak akan memiliki pengaruh di masa depan, mengingat Asmara adalah laki - laki, ia tidak akan menyusui seperti wanita.
"Hanya saja karena auto imunnya, seperti pada operasi sebelumnya, proses penyembuhan akan memakan waktu sedikit lama. Apalagi pada Mastektomi bagian yang disayat juga lebih banyak dan lebar. Karena itu kami ingin mendiskusikan hal ini dengan bapak dan ibu terlebih dahulu. Boleh atau tidak kami melakukan prosedur ini. Jika bapak dan ibu keberatan, maka kami akan memberi opsi lain."
Rafi dan Emma saling berpandangan. Mereka bahkan begitu terguncang setelah mengetahui prosedur macam apa Mastektomi itu. Bayang - bayang pemulihan Asmara yang akan memakan waktu lama, sudah menghantui mereka.
Penyakit bawaan Asmara saja sudah cukup membuat putra mereka menderita. Ditambah lagi penyakit baru, dan proses kesembuhan yang lama pasca operasi. Bayang - bayang kesakitan Asmara pasca operasi pertama saja sudah membuat mereka merinding.
Asmara memang tidak mengeluh. Asmara selalu berusaha menutupi kesakitannya. Hanya saja sebagai orang tua tentu mereka tahu apa pun yang anak mereka coba sembunyikan. Mereka tidak akan tega membiarkan Asmara mengalami hal sama, bahkan lebih parah.
"Opsi lain itu apa, Dok? Tolong jelaskan pada kami." Emosi Rafi sepenuhnya sudah hilang. Ia kini penasaran dengan prosedur lain yang akan ditawarkan oleh dokter Nicholas.
Dokter Nicholas menarik napas panjang. Seakan tak sampai hati menyebutkan opsi kedua. Sepertinya opsi kedua itu pun bukannya tanpa risiko.
"Opsi kedua dari kami adalah kemo terapi, Pak. Untuk membunuh sel tumor yang sedang bertumbuh. Hanya saja memo terapi itu kan sifatnya tidak hanya keras pada jaringan tumornya saja. Ia juga keras pada jaringan sehat lain dalam tubuh Asmara. Efek samping dari kemo terapi adalah mual dan muntah hebat, dingin menggigil yang parah, tubuh menjadi lemah, kulit menjadi kering dan kusam, rambut yang rontok, serta efek - efek tak biasa lain. Itu untuk orang tanpa auto imun. Sedangkan Asmara memiliki auto imun, di mana risiko efek untuknya pasti dua kali lipat lebih banyak juga dibandingkan orang lain."
Rafi benar - benar tercengang mendengar penjelasan dokter Nicholas. Emma malah sudah menangis sesenggukan. Bertanya - tanya kenapa hal seburuk ini bisa menimpa anaknya Asmara. Apa ia pernah melakukan dosa besar hingga Asmara harus menanggung balasan atasnya? Atau karena ia tidak menjaga anak itu dengan baik semenjak masih dalam kandungan sehingga ia harus terlahir menderita seperti ini?
"Apa setelah kemo terapi ia bisa sembuh sepenuhnya seperti setelah melakukan prosedur Mastektomi?" Rafi akhirnya memberanikan diri untuk bertanya. Dilihat dari ekspresi dokter Nicholas Sekarang, sepertinya bukan berita menyenangkan yang akan mereka dengar.
"Kemungkinan sembuh setelah melakukan kemo terapi, pasti ada. Namun hasilnya tidak akan semaksimal Mastektomi. Sekadar informasi saja, pasien - pasien yang pernah melakukan kemo terapi, pada awalnya mereka masih begitu bugar, namun menjadi begitu lemah setelahnya. Dan setelah kelemahan yang mereka alami, ternyata sel penyakit mereka tidak merespons pengobatan, atau bahkan masih bertumbuh dan berkembang dengan pesat. Obat hanya menyerang sel sehat, karena sel sakitnya terlalu kuat. Pada akhirnya opsi terakhir tetap operasi yang harus dilakukan."
Dokter Nicholas menjelaskan dengan begitu berhati - hati, takut menyakiti hati Rafi dan Emma lebih lagi.
Rafi menggenggam tangan Emma untuk menenangkan hati sang istri. Ia tahu dan paham, bahwa sesakit - sakit hatinya sekarang, pasti Emma jauh lebih sakit darinya. Karena Emma adalah seorang ibu.
Ibu yang sudah mengandung, melahirkan, menyusui, membesarkan Asmara dengan sepenuh hati dan mempertaruhkan nyawanya. Namun justru hal seperti ini yang menimpa anak yang begitu ia sayang dan ia lindungi semaksimal mungkin. Hati Emma pasti hancur sehancur - hancurnya.
Rafi berpikir keras, ia harus bisa mengambil keputusan terbaik demi kesembuhan Asmara. Baik Mastektomi atau pun kemo terapi, keduanya memiliki risiko besar. Terlebih untuk kondisi Asmara yang terlahir berbeda. Namun dengan kemungkinan sembuh yang lebih besar, ia akan memilih ....
"Operasi itu ... Mastektomi. Lakukan itu saja, Dok. Mungkin kesembuhan Asmara pasca operasi akan memakan waktu tidak sebentar. Hanya saja waktu yang tidak sebentar itu akan setimpal karena Asmara akan sembuh sepenuhnya setelahnya. Tidak seperti kemo terapi yang pasti membuat Asmara kesakitan dan menderita, tapi malah tidak pasti ia akan sembuh melalui itu atau tidak, da ujung - ujungnya akan tetap dioperasi. Tolong lakukan yang terbaik untuk Asmara, Dok. Kami mempercayai dokter. Semoga dokter bisa menjadi perantara Tuhan dalam menyembuhkan putra kami."
Rafi mantap mengatakan itu semua. Jemarinya masih setia memegangi jemari Emma.
Dokter Nicholas mengangguk. "Baik, Pak. Kami akan melakukan yang terbaik, mengusahakan semaksimal mungkin demi kelancaran dan kesuksesan proses operasi. Kami tidak akan menyia - nyiakan kepercayaan yang Bapak dan Ibu berikan."
~~~~~ Asmara Samara ~~~~~
-- T B C --