Semestinya hari ini adalah jadwal Asmara Samara untuk datang ke rumah Rori untuk melakukan kolaborasi. Tapi Vanila tadi memberi kabar bahwa mereka tidak bisa hari ini. Karena Rori tiba - tiba kambuh. Padahal mereka semua sudah bersiap - siap sejak pagi.
"Kemarin perasaan baik - baik aja dia." Samran nampak tak percaya namun juga khawatir di saat bersamaan. "Gara - gara dia minum es kali ya."
Samara menggeleng. "Dia nggak minum es kok. Dia kemarin kan beli s**u hangat."
"Masa, sih?" Samran makin bingung. "Terus kenapa kok tiba - tiba kambuh, ya? Apa dia lupa minum obat."
"Bisa jadi." Samara lagi - lagi yang menjawab.
Sementara Asmara hanya diam mendengarkan. Sejak mendapat kabar dari Vanila tadi, Asmara memang lebih banyak diam. Ia sebenarnya memiliki pertanyaan yang sama dengan Samran. Kenapa tiba - tiba Rori kambuh? Padahal kemarin dia terlihat begitu bugar dan ceria. Apa kondisi Rori benar - benar sudah separah itu?
"Ya, namanya juga kanker. Menyerang dengan ganas tanpa ngasih tahu dulu kapan jadwalnya. Bisa jadi kita juga bakal ngalamin hal kayak gitu." Asmara akhirnya ikut bicara. Dan apa yang ia bicarakan, sukses menjadi pusat perhatian kedua lawan bicaranya.
"Bang Mara jangan nakut - nakutin kenapa? Selama ini aku nggak pernah kambuh mendadak gitu. Kecuali kalau lupa minum obat. Kalo kambuh ya didahului dengan kondisi badan yang kurang fit."
"Iya, Mara. Jangan ngomong gitu. Nggak baik. Siapa tahu kemarin sebenarnya kondisi Rori memang kurang fit. Tapi dia terlalu bagus dalam menutupi apa yang dia rasakan." Jujur sebenarnya Samara kurang suka dengan apa yang dibicarakan Asmara tadi.
Pertama karena apa yang dibicarakan Asmara mengandung unsur pikiran negatif yang menggiring opini. Kedua, pikiran negatif itu bisa saja menciptakan sugesti baik pada Asmara atau pun Samran yang memiliki penyakit sama dengan Rori. Yang akan mengakibatkan mereka berkurang semangatnya dalam berjuang melawan penyakit itu.
Namun Samara tidak terang - terangan menunjukkan rasa tak sukanya. Karena ia tahu kondisi Asmara sedang down. Pasti karena Asmara takut akan mengalami hal sama dengan Rori. Buktinya Asmara diam terus sejak tadi. Alasannya karena ia kepikiran namun tak menemukan cara untuk melampiaskan.
"Terus ini kita gimana? Kan nggak jadi ke rumah Rori. Udah telanjur dandan. Mau nge - vlog aja atau gimana?" Samran segera mencari topik pembicaraan lain, tak ingin terlalu memikirkan tentang Rori karena tak mau ikut menurun kondisinya.
"Tergantung Sam sih. Kalau Sam mau, ya ayo aja." Asmara menanggapi dengan kurang antusias. Namun sepertinya ia sudah cukup baik dibandingkan tadi.
"Boleh sih. Tapi bikin masakan simple aja karena nggak prepare belanja buat vlog baru. Dengan satu syarat." Samara mengacungkan jari telunjuknya.
"Syarat apaan sih, Buk?" tanya Samran segera, Samara sama sekali tak seperti biasanya. Seperti sedang dalam misi melakukan sesuatu.
Samara tersenyum tipis sembari menatap Asmara yang tidak sadar sedang ditatap oleh pujaan hatinya.
"Blog hari ini aku masak sama Mara."
Jawaban Samara itu secara otomatis membuat Asmara menoleh. "Masak sama aku? Makalah aku cuman bantuin dengan sesekali muncul ngasih bumbu yang lupa belum ditaruh meja gitu, kan?"
Samara menggeleng. "Kamu harus ikut dalam vlog secara penuh. Sesuai dengan apa yang aku bilang tadi. Aku mau di vlog kali ini kamu nemenin aku masak."
"T - tapi, Sam ...." Asmara berislam menolak.
"Masak sama aku, atau aku bakal kirim kamu kembali ke rumah sakit sekarang juga."
"T - tapi, Sam ...."
"Oke, Samran. Ayo siap - siap. Kita balikin Mara ke rumah sakit."
"O - oke ... oke ... aku temenin kamu masak." Asmara akhirnya menyerah.
Samara kembali tersenyum penuh arti. Sesuatu yang jarang ia lakukan kecuali saat diperlukan, seperti saat ini.
Samran pun ikut tersenyum karena sepertinya ia sudah tahu apa yang akan Samara lakukan.
~~~~~ Asmara Samara ~~~~~
"Assalamualaikum temen - temen semuanya." Samara tersenyum manis pada kamera. Dan ia berbicara langsung pada kamera. Di mana sebelumnya ia tak pernah melakukan hal itu.
Biasanya ia hanya tersenyum sedikit kemudian langsung memasak. Baru nanti mengisi suara saat editing menggunakan voice over.
"Hari ini aku masak ditemenin sama editorku yang lagi galau." Samara menunjuk Asmara di sebelahnya.
Asmara nampak salah tingkah, dan bingung dengan sikap Samara yang benar - benar jauh dari biasanya. Dan ... Samara tahu ia sedang galau. Apa sekentara itu?
"Jadi sebenarnya hari ini adalah jadwal kami kolaborasi dengan channel RSJ TV di channel mereka, di kediaman Mas Rori. Tapi pagi tadi kami dapat kabar dari Mbak Vanila, bahwa Mas Rori sedang dalam kondisi kurang baik. Sehingga kolaborasi terpaksa ditunda. Kita doakan supaya Mas Rori cepet sembuh ya.
"Nah, karena kemarin saat syuting di sini kondisi Mas Rori baik - baik aja, sangat fit dan ceria. Tiba - tiba hari ini nge - drop. Itu bikin editorku galau. Dia takut kalau tiba - tiba akan mengalami apa yang dialami Mas Rori. Ya seperti yang kita semua tahu, Mara, Samran, dan Mas Rori. Penyakit mereka sama.
"Oleh karenanya aku pengin banget ngembaliin keceriaan dan sifat positif Mara, dengan ngajak dia masak bareng makanan yang pengin banget dua makan, tapi nggak bisa karena kondisinya."
Asmara menatap Samara bingung. Antara tak percaya bahwa yang berbicara dengan ceria itu adalah benar - benar Samara yang ia kenal? Dan ia juga bingung dengan pernyataan Samara tentang masakan yang sangat ingin ia makan, namun tidak bisa karena kondisinya.
"Aku akan bikin makanan itu dengan berbagai bahan alami yang nggak akan membahayakan kondisi Mara. Ya, pasti rasanya nggak akan sama dengan yang ada di pasaran. Tapi minimal mendekati lah. Iya, kan, Mara?" Samara lagi - lagi tersenyum dengan ceria.
Jangankan Asmara, Samran saja sampai terbengong - bengong di depan sana. Saking tak percayanya bahwa itu adalah Samara kakaknya. Samara benar - benar sangat berbeda.
Samara bersikap seperti itu hanya demi mengembalikan suasana hati Asmara. Hal itu membuktikan bahwa Asmara memang memiliki ruang khusus dalam hati sang kakak.
Samran bahagia dengan perubahan Samara hari ini. Karena ceria seperti itu lebih cocok untuk wajah mungil Samara yang imut dan ayu. Bukan wajah murung dan tanpa ekspresi seperti biasanya.
"Oke, langsung kita mulai sekarang ya. Ini dia bahan - bahan sederhana yang diperlukan untuk membuat lava cake tanpa gula dan bahan pemanis buatan lainnya. Maaf ya Mata karena aku bikin yang gampang aja hari ini. Karena kita belum prepare bahan banyak. Besok - besok aku bikinin yang lebih istimewa -- pastinya yang tapa gula juga." Samara kembali tersenyum cerah dan ceria pada Asmara.
Asmara segera membalas senyuman Samara yang sebelumnya belum pernah ia lihat. Senyuman ceria. Senyuman yang benar - benar senyuman.
Asmara lagi - lagi dibuat terkejut dengan masakan yang dipilih oleh Samara. Tanpa sadar ia tersenyum. Samara ternyata masih memikirkan dan ingat dengan keinginannya makan kue. Tapi tidak bisa karena bisa - bisa mati setelahnya.
Jujur, Samara telah begitu telak membuat hatinya kembali menghangat. Samara yang dingin tiba - tiba berubah menjadi sehangat sinar matahari pagi.
~~~~~ Asmara Samara ~~~~~
-- T B C --