Kolaborasi akan dilakukan di rumah Samara dan juga rumah Rori. Samara bersyukur karena mereka mendapat giliran pertama untuk kolaborasi ini. Karena ternyata RSJ sudah pensiun membuat konten prank, Vanila ikut saja apa pun tema yang akan diusung. Tentu saja tentang masalah tutorial memasak seperti tema channel Asmara Samara sejak awal.
Mereka bertiga sibuk mengkondisikan segala hal sejak pagi. Untung lah ini hari libur, jadi segala sesuatu bisa dimulai sejak pagi. Karena Samara tidak sekolah.
Pihak RSJ pun tidak keberatan. Karena mereka juga tidak kuliah.
Kamera sudah diatur sedemikian rupa. Dua ponsel saja karena ponsel Asmara disita sang ayah tentu saja. Kamera angle dari depan, dan juga untuk menyorot makanan secara close up. Sebenarnya akan lebih baik jika ada satu lagi kamera. Tapi mereka tidak punya satu lagi.
Mungkin menunggu RSJ datang saja. Nanti pinjam ponsel mereka.
Ketika mereka akhirnya datang, mereka langsung disambut dengan meriah. Mereka saling mengakrabkan diri. Rori nampak kurang semangat pada awalnya, namun setelah berinteraksi lebih jauh, ia sudah jauh lebih baik. Sejak tadi ia banyak bicara dengan Asmara karena pasien mereka ternyata sama. Jurusan kuliah pun sama.
"Oke, jadi hari ini untuk pertama kali saya yang ngisi bagian opening. Karena hari ini pun berbeda seperti biasanya. Kita lagi kedatangan tamu kehormatan." Asmara bicara dengan lancar pada kamera ponsel milik Rori. Untung lah ponsel Rori adalah salah satu ponsel tercanggih di masa ini. Jadi hasil gambar rekamannya pun begitu jernih seperti rekaman kamera sungguhan.
Asmara menyorot Rori di sebelahnya. Rori melambaikan tangan ke kamera. "Halo. Rori ia in the house."
Vanila dan adiknya Zona kemudian juga melambaikan tangan ke kamera seraya tersenyum.
"Jangan nyerah ... jangan nyerah ...."
Celetukan itu seketika menyita perhatian semua orang. Ternyata berasal dari Samran. Tentu saja semua orang bingung dengan maksud Samran mengatakan itu.
Samran tertawa cekikikan. Maksudnya apa coba?
"Beda acara bro. Nggak sama woyyy." Adik Vanila yang bernama Zona itu yang menanggapi.
Semakin bingung saja manusia - manusia yang lebih tua di sana.
"Itu lho kakak - kakak sekalian. Ada acara yang namanya Mengintip Dunia Lain, kan kalau udah nggak kuat uji nyali, suruh lambaikan tangan ke kamera. Nah kita tadi kan habis lambai - lambai ke kamera semuanya." Zona yang menjelaskan.
Astaga ternyata itu maksudnya. Sungguh orang - orang yang lebih tua di sana tida mengerti sama sekali. Samran dan Zona nyambung pasti karena mereka masih sangat muda sehingga paling paham dengan trend dan segala hal berbau meme. Juga karena mereka satu frekuensi.
"Duh ... kok mereka nyambung ya. Nggak jelas kalo menurut kami yang tua - tua di sini. Kalau menurut kalian gimana, Guys?" Asmara mencoba berinteraksi dengan para pelanggan channel mereka.
"Oke jadi hari ini Mas Rori dan Mbak Vanila, serta adik Zona resmi menjadi tamu kehormatan kami. Kami sepakat melakukan kolaborasi. Hari ini kami masak di sini, besok kami masak di rumah Mas Rori. Jadi bakal ada dobel combo, Guys. Pantengin terus ya. Ya udah, langsung aja ke acara inti. Seperti biasa, pemeran utama di sini adalah para wanita, calon ibu negara, merangkap para menteri keuangan rumah tangga.
"Baik ... para wanita ...." Asmara menyorot Samara dan Vanila.
Vanila nampak cerita tersenyum pada kamera. Sementara Samara seperti biasa. Ia sebenarnya mencoba mengimbangi keceriaan Vanila. Hanya saja karena tidak terbiasa, senyumnya jadi terlihat aneh."
"Samara calon istriku, sana kamu duluan ke singgasana. Digandeng Mbak Vanila nya biar nyaman dan nggak malu." Asmara mencoba melucu semaksimal mungkin. Meskipun mungkin candaannya agak garing. Yang penting kan usaha dulu. Siapa tahu para pelanggan menganggap itu lucu. Rezeki kan tidak ada yang tahu.
Samara menunduk malu dengan dua pipi memerah. Well, ketika Asmara memanggilnya sebagai calon istri, ia sudah mulai terbiasa. Hanya saja di sini ada Vanila, Rori, dan Zona. Itu yang membuatnya malu.
"Ini mereka tiap hari kayak gini?" tanya Vanila pada Samran.
"Kayak gini gimana maksudnya Mbak?" Samran kebingungan.
"Ya gitu. Panggil calon istri segala." Vanila tidak kuasa menahan diri untuk tertawa.
Samran tertawa malu. "Ya gitu deh. Manggil aku calon adek ipar."
Vanila semakin terbahak. "Astaga, gitu amat ya. Lucu deh kalian. Gemes."
"Mbak Vanila mau juga aku panggil calon istriku?" Rori menimpali ucapan sang pacar.
Kali ini gantian Vanila yang memerah. "Ngga malu apa ikut - ikutan panggilan kesayangan orang. Bikin panggilan kesayangan sendiri, dong!" Vanila mencoba mencari topik untuk menghindari Rori lanjut menggombal karena ia tida mau memerah lagi.
"Oke para wanita, buruan masak sana. Durasi ini durasi." Asmara menginterupsi karena takut memori ponsel keburu penuh.
Selanjutnya Samara dan Vanila benar - benar mulai memasak. Sementara para laki - laki sibuk dengan urusan masing - masing. Asmara lanjut ngobrol dengan Rori tentang ilmu desain dan edit mengedit.
Sementara Samran ngobrol asyik dengan Zona perihal video YouTube yang sedang viral. Benar - benar satu frekuensi.
"Jadi Asmara sama Samara itu udah pacaran atau gimana sih sebenarnya hubungannya? Nggak cuman Gimik kan panggilan calon istri itu?" Vanila melanjutkan rasa ingin tahunya setelah syuting video selesai.
"Nggak tahu deh mbak. Mereka belum pacaran. Cuman ya gitu. Sering banget mesra - mesraan tiap hari. Seakan dunia ini cuman milik mereka. Aku yang nyata ada di antara mereka kayaknya cuma dianggap makhluk halus." Samran protes besar - besaran.
"Kami temen kok, Kak." Samara akhirnya menjawab.
"Temen tapi mesra." Asmara segera menimpali.
Samara tidak menjawab lagi. Memang sudah pembawaannya irit bicara. Apalagi ketika malu karena kena jurus gombal Asmara.
"Gini lho gini. Jadi misal nih, ada dua orang beda gender, terus jadi akrab satu sama lain. Ngga mungkin di antara keduanya nggak ada yang punya rasa. Atau dua - duanya punya rada." Vanila menjabarkan teori cinta dalam kamusnya.
Asmara langsung terkoneksi. "Jad langsung diresmikan aja atau gimana ini, Sam?"
Samara masih diam.
"Buruan resmiin aja deh buk. Keburu Bang Mara disambet cewek lain." Samran sebenarnya masih takut jika seandainya Asmara berpindah ke lain hati -- di sini kasusnya pada Vanila.
Ya, meskipun Vanila pacarnya Rori, tapi tetap saja ada kemungkinan kan. Yang menikah saja bisa kena virus pelakor. Apalagi yang masih pacaran.
Sementara Asmara dan Samara malah belum pacaran.
"Eh tapi sebenarnya kami mau ganti nama channel." Asmara tiba - tiba mengganti topik pembicaraan. Karena ia tahu Samara mulai merasa tak nyaman. Bukan karena tak suka, tapi lebih karena rada malu.
"Oh ya? Kenapa kok mau ganti?" tanya Rori.
"Kayaknya Asmara Samara kurang komersih nggak sih?"
"Udah bagus sih kalau menurut gue. Tapi ya terserah kalian. Kalau ada nama yang lebih bagus, ya kenapa enggak."
"Nah itu dia maksud aku."
Rori tiba - tiba mengajak Vanila keluar. Mau beli es katanya. Tapi sepertinya Rori ingin bicara sesuatu dengan Vanila entah apa.
Sementara yang tertinggal di sana lanjut ngobrol.
"Serius Mata mau ganti nama channel?" Samara segera mengungkapkan uneg - unegnya. "Kok aku nggak dikasih tahu?"
Asmara cekikikan. "Maaf ya calon istriku. Jadi sebenarnya aku udah diskusi dikit sama Samran kemarin pas kamu belum pulang sekolah. Rencana mau kasih tahu kamu tapi lupa."
Samara cemberut. "Emang mau diganti apa?"
"Nah itu dia. Masih bingung juga."
"Gimana sih."
"Aku ada ide." Zona tiba - tiba angka suara.
Semua pasang mata pun segera tertuju padanya.
~~~~~ Asmara Samara ~~~~~
-- T B C --