Bab 12

1984 Words

Tenggorokanku rasanya tercekat ketika hanya berdua dengan dosen aneh itu. Kulihat dia sibuk dengan ponsel pintarnya. Ponsel aja pintar, tapi yang punya sama sekali tidak pintar. Coba saja kalian di posisiku, pulang ke rumah tanpa ada kabar dan berita, langsung di paksa menerima lamaran. Terlebih dari orang yang sangat menyebalkan. “Kenapa melamarku,” tanyaku padanya, yang cuek dan tetap memandang ponselnya. “Jujur atau?” jawabannya menggantung membuatku bertanya-tanya dalam hati. “Jujur saja, walaupun menyakitkan,” jawabku. Dahinya mengernyit, entah memikirkan apa. Diri ini tidak peduli dengan segala pemikirannya yang sangat aneh itu. “Aku jatuh cinta sama kamu.” Jawabannya membuat diri  ini menegang. Ternyata apa yang diucapkannya waktu itu adalah benar, tapi bagaimana bisa, bahkan b

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD