bc

NOT ONE NIGHT

book_age18+
1.2K
FOLLOW
7.7K
READ
one-night stand
HE
arrogant
blue collar
bxg
kicking
office/work place
secrets
like
intro-logo
Blurb

Bekerja sebagai office girl dan pelayan di sebuah hotel mewah karena jalur orang dalam yang kebetulan menyukainya, ternyata membuat seorang gadis bernama Gendista Aurelia terjebak cinta satu malam dengan pria tak dikenal.

Rasa kecewa saat memergoki sang pacar memadu kasih dengan wanita lain padahal sudah berjanji akan melamarnya, bahkan Gendis juga hampir dilecehkan oleh orang yang membantunya bekerja di hotel tersebut, membuat Gendis benar-benar hilang akal dan melakukan persetubuhan dengan pria asing hingga dirinya hamil.

Bagaimana kehidupan Gendis setelah malam kelam itu?

chap-preview
Free preview
1. Sebuah Kisah
Siapa yang mau dilahirkan dari keluarga yang kekurangan segalanya? Tentu jika bisa memilih harus lahir dari keluarga mana, semua orang ingin keluarga yang kaya juga berkecukupan. Namun seorang Gendis tidaklah demikian. Gadis berusia dua puluh tahun itu selalu bersyukur dan tidak pernah mengeluhkan apa dan bagaimana keadaannya karena dia adalah tulang punggung untuk orang tua yang telah merawat dia sedari kecil. Di sebuah kontrakan yang hanya terdapat tiga ruangan sempit, Gendis baru saja selesai mandi dan bersiap untuk bekerja. Rambut panjang bergelombang terurai dengan bibir tipis berwarna pink alami. Dia sudah siap berangkat. Gendis tergolong gadis cantik dan bertubuh tinggi langsing. Kecantikan dan keceriaan Gendis mengundang banyak laki-laki hidung belang untuk meminang. "Yah, tolong sabar! Gendis belum gajian. Tinggal tiga hari lagi, nanti Gendis kasih Ayah uang ya?" kata Gendis dengan sabar dan lemah lembut. "Udah Ayah bilang, kamu nikah sama Tuan Jo, atau juragan Barat, maka kehidupan keluarga kita akan baik-baik saja!" teriak ayah Gendis yang bernama Pendi. "Yah, cukup! Kita seperti ini juga karena Ayah nggak mau kerja dan hanya berjudi juga mabuk saja! Gendis anak perempuan, tapi dia jadi tulang punggung. Ayah nggak malu apa setiap hari minta uang sama Gendis!" teriak Ibu Wina yang tentu membela putri semata wayangnya. "Udah, jangan bertengkar! Gendis mau berangkat kerja dulu, ya!" pamit Gendis masih dengan nada lemah lembut. Setelah mengambil tas selempang yang dia gantung di dinding juga mencium punggung tangan kedua orang tuanya, Gendis pun pergi untuk bekerja. Menjadi seorang office girl dan pelayan di sebuah hotel mewah, memang bukan pekerjaan yang patut dibanggakan. Namun karena dia hanya lulusan sekolah menengah atas yang kebetulan beruntung karena kepala manager itu menyukai Gendis, jadi dia bisa bekerja disana hingga satu tahun lamanya. Pertemuan tanpa sengaja dengan Joni Iskandar, membuat dia bisa mendapatkan pekerjaan dengan jalur orang dalam. Joni memang bukan pria single. Dia sudah punya satu istri dan kebetulan istrinya mengidap penyakit yang mengharuskan sang istri dirawat serta tidak bisa lepas dari alat medis. Sejak pertemuan dengan Gendis, Joni berulang kali menemui keluarganya untuk meminang, tetapi tentu Gendis tidak mau menjadi istri kedua. Walaupun Joni berjasa karena memberikan Gendis pekerjaan dengan gaji cukup lumayan, tetap saja gadis itu ingin menikah dengan laki-laki yang dia cintai dan mencintainya yaitu Adam Malik. Pria itu adalah Kakak kelas semasa sekolah yang baru satu bulan menyatakan cinta padanya seraya melingkarkan cincin di jari manis Gendis dan berjanji akan melamar Gendis setelah kedua orang tua Adam pulang dari Bali. Hal itu sengaja belum diceritakan pada kedua orang tuanya karena takut akan meminta uang setelah tahu Gendis berpacaran dengan Adam yang cukup kaya. *** "Kenapa kamu telat? Cepet ganti baju, abis itu buruan ke ballroom utama!" protes Desti, teman kerja Gendis. "Maaf!" sahut Gendis yang kemudian mengikuti apa yang diperintahkan Desti, senior di tempat dia bekerja. Hotel itu sedang ramai pengunjung karena ada sebuah acara pernikahan yang sangat meriah. Bahkan kamar hotel disana telah dibooking semua untuk tamu undangan baik yang jauh maupun yang dekat agar bisa menginap. Gendis pun melakukan pekerjaannya yaitu membersihkan dan membantu menyiapkan hidangan untuk tamu yang rata-rata berwajah bule. Melihat pernikahan yang cukup mewah tersebut, Gendis benar-benar terpesona. Apalagi melihat pasangan pengantin yang begitu cantik juga tampan. "Kalau kamu mau menikah denganku, kamu juga bisa mendapatkan pesta semeriah ini, Cantik!" Gendis membelalak dan segera menoleh ke belakang. "Tu-Tuan Jo!" lirih Gendis seraya tertunduk malu karena merasa lalai dalam pekerjaannya. "Ma-maaf, saya akan kembali bekerja!" sambung Gendis kemudian pergi dengan nampan berisi piring juga gelas kosong. Namun saat Gendis akan kembali ke ruang khusus karyawan, tiba-tiba dia mendengar suara Adam dengan nada mendayu. "Ugh … Sayang, aku udah nggak sabar!" Gendis penasaran dengan suara itu dan mencari sumber suara yang mana disana ada tiga lorong hotel dengan suasana yang begitu sepi. Perlahan Gendis mengendap dan mengintip seraya mencari suara Adam. Ternyata dugaan Gendis benar. Adam sedang berciuman dengan seorang wanita yang berpakaian seksi. Tangan Adam sedang berusaha membuka pintu kamar hotel dengan kartu yang tak kunjung membuat pintu itu terbuka. "Sialann!" pekik Adam kemudian menyudahi ciumannya dan kembali fokus membuka pintu. Setelah pintu terbuka segera Adam menarik tengkuk wanitanya dan masuk tanpa melepaskan ciuman. Gendis ingin menangis, tetapi dia tahan karena tidak mau menjadi wanita lemah. Segera dia mengambil kartu akses di sakunya. Kartu itu bisa membuka pintu kamar Adam tanpa persetujuan dari pemilik kamar. "Oh … Adam, puaskan aku!" kata wanita yang bersama Adam. "Tentu, dengan senang hati, Baby!" jawab Adam dengan nada menggoda. Langkah kaki Gendis pun terhenti dan matanya benar-benar melihat bagaimana cara Adam melepaskan pakaian wanita yang masih bertautan dengannya. Adam juga segera melepaskan pakaiannya setelah wanita itu tanpa sehelai benang lagi. "Adam!" teriak Gendis. Pemilik nama pun segera mengakhiri aktivitas panasnya dan menoleh melihat Gendis berdiri dengan kedua tangan mengepal. "Pembohong! Brengsekk!" Gendis langsung melepaskan cincin pemberian Adam dan melemparkan cincin itu kesembarang arah. "Gendis, tunggu! Aku ak-" "Bulsitt! Hari ini juga kita selesai!" Gendis segera keluar dari kamar yang telah membuat dadanya teramat sesak dengan membanting pintu kamar Adam. Di ruangan khusus pekerja, Gendis sedang mengatur napasnya. Di kanan juga kirinya ada beberapa tumpukan piring juga gelas yang masih utuh isinya. Gendis tahu jika semua itu akan dikirim ke ballroom utama tempat pesta pernikahan yang harusnya dia juga kesana mengantarkan itu semua. Namun dadanya masih sesak dan air matanya tidak bisa dihentikan secara mendadak. "Nggak, Gendis! Kamu wanita kuat!" gumam Gendis yang tidak sadar mengambil gelas di sisinya lalu meneguk wine dalam gelas tersebut. Tuan Jo yang memang mencari keberadaan Gendis ternyata sedang berdiri di belakang Gendis dengan sudut bibir yang menyungging. Gendis tidak sadar sama sekali kalau ada orang lain dibelakangnya. "Ah, rasanya satu gelas bisa membuat kepalaku menjadi lebih ringan," kata Gendis kemudian mengambil satu gelas lagi dan meneguknya kembali. "Aku rasa satu gelas lagi pemilik pesta itu nggak akan tau." Gendis mengambil satu gelas lagi, tetapi dengan segera Joni menghentikan tangan Gendis. "Gendis, kemana aja kamu?" tanya Joni kemudian berdiri dihadapan Gendis. Seketika itu Gendis membelalak terkejut. "Ma-maaf!" kata Gendis lirih seraya tertunduk. Joni kembali menyunggingkan senyum kemudian mengambil satu gelas wine dan memasukkan sesuatu ke dalam gelas tersebut. "Kenapa kamu menangis?" tanya Joni basa-basi. Gendis pun mengangkat kepalanya menatap Joni tanpa kata. "Ya sudah, minumlah ini kalau membuat kepalamu ringan!" lanjut Joni seraya menyodorkan gelas pada Gendis. Tanpa kata lagi, Gendis menerima gelas tersebut dan meminumnya dalam sekali teguk. Amarahnya masih menguasai dan tidak memikirkan apa-apa lagi selain pengkhianat Adam. "Terima kasih, Tuan! Saya akan kembali bekerja," kata Gendis hendak beranjak, tetapi dengan cepat Joni mendorong tubuh Gendis hingga membentur dinding. "Kamu milikku malam ini, Cantik!" ucap Joni dan Gendis langsung membulatkan matanya. "Mari kita habiskan malam ini dan menikahlah denganku," bisik Joni seketika membuat pikiran Gendis menjadi kotor karena obat yang diberikan Joni mulai bekerja. Namun akal sehatnya masih bertahan dan segera Gendis menendang bagian intim Joni kemudian keluar dari ruangan itu. Joni berteriak memanggil namanya, tetapi Gendis tidak menghentikan langkah kaki itu dan terus berlari. Sayangnya rasa pusing menyerang Gendis bahkan dia hampir ambruk di lantai. Gendis takut kalau Joni berhasil mengejarnya. Dia pun segera merogoh saku bajunya untuk mengambil kartu akses dan masuk ke kamar hotel tanpa memikirkan siapa di dalam kamar tersebut.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook