“Bang, saya boleh pinjam duit?” Cecep mengekori langkah Seto dari belakang. “Buat apa?” “Buat nyogok isteri saya, Bang. Katanya perempuan suka dikasih bunga, biar romantis gitu, kayak di film-film.” Seto mendelik. “Utang lo kemarin aja belum dibayar!” “Potong gaji bulan depan aja, Bang.” “Ck! Berapa?” “Cepek aja, Bang.” Seto merogoh saku celananya. Dua detik kemudian, uang seratus ribu berpindah tangan dari dompetnya. Bagi kebanyakan kenalannya, Seto tak ubahnya seperti koperasi berjalan. Empatinya sangat besar karena pernah hidup serba kekurangan. Itulah sebabnya ia tak punya banyak tabungan. Untung saja usaha bengkelnya tetap lancar. Ia percaya akan prinsip sumur, walaupun kau terus-terusan menimba airnya, tak lama kemudian sumur tersebut akan terisi kembali. Namun, ia acap ka

