17-03

1080 Words
Ada ide, siapakah yg cocok jadi Naufal? Apa castnya Lay Yixing lagi? ?? "MAKASIH OM!" ucap Alee dan Uthe. "Ya, ya... tapi, Alee... Besok jadi kan? Om jemput di taman deket komplek ya?" "Iya Om," Alee mengangguk. "Daaah..." Naufal membalas lambaian kedua gadis itu. "Lee, gak salah tuh ya Om Naufal, ganteng banget! Kek bukan om-om," cetus Uthe. "Hm, secara Papa Norman juga ganteng. Turunan orang ganteng kali ya..?" sahut Alee. Mereka melangkah masuk ke pekarangan. Nggak sadar depan pintu sudah ada Atha yang menunggu sambil melipat kedua tangannya. "Malem banget? Kenapa hpnya? Lowbat? Trus tadi siapa?" cecar Atha. Alee nunduk,"Iya ... maaf, Ndaa." "Masuk, tadi Papamu jemput The." "Iya.. Bun." Ternyata di dalam udah ada Azril, Nazrael, juga Winky. "Malem banget, Lee. Tadinya kita bertiga mo jemput," sambut Nazrael. "Baru juga jam sebelas..." cicit Alee. Dengkusan Atha merubah atensi Alee. Gadis itu memandang bundanya yang kayaknya dalam mode kesel. "Ndaaa..." "Kalo kalian perginya sama anak cowo di sini, atau minimalnya orang yang Bunda kenal, Bunda mungkin agak tenang. Lah ini?" "Bunda kan tau aku perginya sama Uthe, gak ada temen lain..." sahut Alee. Atha mengembuskan napas,"Oke. Lantas cowo tadi siapa?" "Naufal," jawab Alee. "Naufal? Naufal siapa? Temen?" "Iya, temen yang baru kita kenal tadi di venue. Baik kok Ndaa orangnya, dia juga tadi yang ngeduluin kita masuk. Bener kan The?" celoteh Alee. Uthe mengangguk. Dia bingung, kenapa Alee manggil Omnya tadi namanya saja? Walaupun memang lelaki itu terlihat lebih muda dari umur sebenarnya, tapi tetep aja, Naufal itu kan Omnya. "Jadi, kamu nginep di sini aja ya, The? Mobilnya tadi dibawa sama Papa kamu," kata Atha. "Ya udah Nda, aku ke kamar dulu yaa? Capek," pamit Alee diikuti Uthe. "Ya, beres- beres dulu Lee... Cuci muka aja, gak usah mandi. Udah malem!" seru sang Bunda. Alee mengusap dadanya. Untung bundanya sudah tak banyak bertanya lagi. Uthe melempar tas gendongnya. Lalu duduk di tepi kasur, menyandar ke dinding. "Lo ngapain dah boong sama Bunda?" tanyanya. "Bunda kan lagi mode kesel, The. Setau gue, Bunda ada clash sama Om Naufal," Alee ngerebahin tubuhnya di sebelah Uthe. "Masa? Serius? Kenapa?" Gelengan kepala Alee malah membuat Uthe penasaran. "Gak tau gue, itu juga gue curi denger sih. Waktu itu Bunda lagi ngobrol sama Om Adam," Uthe mempoutkan bibirnya. "Oiya, gue juga pernah denger nyokap ngobrol sama bokap. Gak tau deh soal tujuhbelas tahun gitu," ujar Uthe. "Tujuhbelas tahun? Soal apaan sih, kek blue film?" Alee beranjak mendekat. Uthe menoyor jidat sahabatnya itu. Kotor nian otaknya... "Lo tuh ya, bukaannn.... Bonyok tuh serius banget ngobrolnya, katanya, udah mo tujuhbelas tahun, kira-kira apa yang bakal terjadi kalo keluarga besar itu dateng? Gitu Lee," Alee mengernyit. "Udahlah, jangan dipikirin. Ntar gue coba cari tau dari nyokap," hibur Uthe. Alee mengangguk. Coba untuk nggak terlalu keras mikir tapi tetap aja hatinya penasaran, maka berimbas jadi melek. Diliriknya sahabatnya yang sudah kabur ke alam mimpi, mungkin mimpi ketemu sama Mark Lee. Sang Idol. Harusnya pertemuannya dengan Doyoung bisa menghapus kegalauannya. Dan membawanya dalam mimpi. Tapi ternyata tidak begitu. Alee malah melangkahkan tungkainya turun dari kamarnya menuju dapur. Seteguk air putih membasahi kerongkongannya. "Kenapa? Laper lo?" "Eh, dasar kucai! Ngagetin lo!" sembur Alee. Nazrael terkikik. Duduk bareng Alee di depan tv. "Belom tidur lo?" tanya Alee. "Belom. Kamar diisi bertiga bikin gerah! Gue mending tidur sini aja dah!" sahutnya. "Eh, asik dong lo bisa liat bias lo si duyung-duyung itu... gimana doi?" Nazrael inget ghibahannya tadi sama Azril. "Duyùng, mata lo picek! Doyoung, Nana! Yaaa... senenglah. Malah gue ketemu face to face gini, masa? Si Uthe juga ketemu sama Mark," promo Alee semringah. "Aslian? Waa..." Nazrael memandang antusias. "Hm... iya dong. Ketemu bias langsung gimana gak kicep?" "Trus, yang kata Bunda cowo yang nganter kalian itu...?" "Naufal?" "He-eh, ganteng gak?" "Guantenggg... Na!" "Gantengan mana sama si Duyung?" "Emh... sama sih. Tapi Naufal ini lebih ke berkharisma. Dewasa gitu," Nazrael berdecak,"Lo tuh ya, jan nyari type om-om dong. Gak level banget sih," Alee mencibir. Dia tiba-tiba inget besok ketemuan sama Naufal. "Udin, gue bobo dulu." "Yee... temenin gue dulu, napa?" rengek Nazrael. "Uidih! Kek bocah lo, Na." "Lee, mimpiin gue ya?" "Gak! Mending gue mimpiin Om Siwon," Alee melesat ke kamarnya, sambil mereka rencana buat besok. Yeee.... * Dengan langkah maju-mundur, karena ragu, akhirnya Alee beranikan diri juga buat datang ke taman komplek. Bodo amat kalo nanti ada yang gossipin dia ketemuan sama Om-Om. Namun, sebenarnya itu juga yang jadi pikirannya. Tidak mungkinlah dia buat malu Ayah Bundanya. Tapi, -sekali lagi-, dia bisa mati penasaran tentang Omnya itu. Banyak yang pengen Alee tahu. Kayak biasa kalo lagi gugup, Alee bakal gigitin kuku gitu. Gimana nggak gugup, dia paling nggak berani bohong, kecuali bohong kecil, yang akhirnya bundanya akan tahu kebohongan bocah satu ini. Tapi ini jenis bohong besar, dia bakal ketemu orang yang kemungkinan besar bundanya nggak sukai. "Alee..." "Eoh? Om Na-naufal..." "Kamu perpaduan bang Norman dan bundamu, cantik," puji Naufal. Alee tersenyum, kedua tangannya bertautan di belakang punggungnya. "Jangan takut. Om gak bakal jahatin Alee kok. Kamu itu kesayangannya Om. Kamu tau gak, waktu kamu bayi, kamu anteng digendongan Om." kata Naufal. "Oya?" "Sebentar lagi ulang tahunmu, ya Lee? Waah... ponakan Om yang cantik ini udah tujuhbelas tahun. Seneng gak Alee udah tujuhbelas? Emh... Alee pengen hadiah apa dari Om?" Naufal menatap wajah imut didepannya. Benar-benar imutnya Atha dan tegasnya bang Norman.... Manik kecoklatan Alee berbinar sekejap mengerjap senang. "Emh... apa ya? Sedikit mahal gak apa, Om?" "Ya gak dong. Apapun buat Alee, akan Om penuhi." "Beneran?" "Sure, I swear." . . . Kemudian Alee menceritakan impiannya pada orang yang belum dia kenal dekat. Namun orang itu seperti mampu mendekatkan diri dan membuat Alee nyaman. "Jadi kamu mimpi punya studio rekaman sendiri gitu?" Naufal menoleh, menatapi wajah ponakannya itu. Alee tersipu,"Iya Om. Kan asik tuh, selain aku bisa rekaman sendiri, sesekali bisa aku sewain tempatnya buat band lain rekaman. Trus, aku dapet duit deh..." Tawa mereka berderai. Naufal nggak bisa menepis rasa bahagianya ketemu keponakannya 'yang hilang' itu. "Kamu sabar aja, suatu saat Om bakal wujudin mimpi kamu," cetus Naufal akhirnya. "Hah? Serius Om?" Naufal ngangguk,"Serius lah. Kemaren aja Om serius kan, nemuin kamu sama bias?" Alee ngangguk lalu menyesap vanilla latte-nya. Dia berpikir, Naufal begitu baiknya, lalu kenapa bundanya seolah begitu protect banget? Lagian selama ini, keluarga pihak papanya itu tak pernah ada yang berkunjung, atau pun sebaliknya. "Ada apaan sih Om sama Bunda?" akhirnya, daripada Alee nebak-nebak nggak juntrung, mending to the point aja. "Om--" "Lee!" Dua cowok melambaikan tangannya. Nazrael dan Winky. Mampus gue.... tbc *
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD