Prolog
Menjalani hidup seorang diri di negeri Paman Sam dengan mengandalkan beasiswa yang diterima mengharuskan dirinya kerap ekstra lebih kerja keras lagi dari yang biasanya.
Shaqilea Alester saat ini tengah menempuh karirnya dalam bidang olahraga beladiri jenis boxing. Menjadi petarung wanita bukanlah hal yang mudah. Tentu saja banyak menguras tenaga begitu juga dengan darah.
Sudah sering juga Shaqilea keluar masuk rumah sakit karena cidera yang didapatnya, mulai dari cidera ringan hingga yang berat entah hal itu terjadi saat latihan bahkan saat bertarung. Dan disetiap cidera yang diterima tak ingin dirinya memberitahukan kepada Lovatalea selaku keluarga satu-satunya yang dirinya punya.
Kuat, tahan banting secara badan dan batin membuat hidupnya begitu monoton. Shaqilea menjalani hari-harinya kian semakin dingin. Rutinitas yang dilakukan tidak jauh dari latihan dan latihan, mengatur pola makan dan tidur yang benar selalu ia terapkan untuk meningkatkan imun tubun yang sehat.
Tidak jarang banyak orang yang terlibat asmara dengannya, mengganggumi sosok Shaqilea memang patut untuk di sempatkan. Hanya saja hatinya masih terpaut pada sosok orang di masa lalunya.
Meskipun cinta membuat dirinya berubah menjadi lebih baik. Tapi secara bersamaan pun membuat dirinya kian semakin hancur dari yang sebelumnya. Hati yang dipatahkan tidak mudah untuk dipulihkan dalam kurun waktu yang singkat. Ya … terlalu mudah untuk jatuh cinta tapi begitu sulit untuk melupakan.
Kabar yang Shaqilea terima sangat menyesakakan d**a. Kecewa sudah pasti ada dalam dirinya, munculnya rasa kecewa membuat dirinya untuk berhenti menghubungi sosok tersebut. Sosok yang pernah ada dalam hidupnya, yang sampai saat ini pun masih mampu memenuhi ruang hatinya. Sesekali juga Shaqilea akan menangis jika mengingat tentang kisah cinta singkat yang telah terjalin bersama dengan orang tersebut.
Edsel Daylon Androclies, ya ... ialah sosok mantan Shaqilea, orang yang mampu menjungkir-balikan perasaannya terhadap istilah cinta. Jalinan singkat yang mereka jalanin hanya berakhir dengan cuma-cuma. Orang yang begitu keras mendekati dirinya ternyata adalah orang yang begitu jelas menyiksa hatinya. Dari hal itu, Shaqilea sudah tidak akan mau lagi untuk menjalin hubungan dengan siapapun lagi.
Inilah Shaqilea yang sekarang, sosok yang semakin dingin dengan hati yang semakin beku. Senyum pun jarang bahkan tak pernah ia tunjukkan kembali. Kehangatan dalam hidupnya sudah tidak lagi menyapa, hanya sebait doa yang terpanjatkan agar hidupnya selalu sehat untuk menjalani rutinitas harinya.
Cinta? Cukup dirasakan tanpa perlu terbalaskan. Sebab, jika sudah terlibat saling bertaut maka akan banyak hal lain yang akan meresahkan. Bersandar kepada orang lain tak selamanya diperlukan, karena kaki harus mampu untuk berpijak dengan sendiri.
Siapapun yang hadir hanya sebatas pemberi kisah warna dalam menjalani hari, lalu warna utama hanyalah diri sendiri yang akan menerangi perjalanan yang dilalui. Jadilah pemeran baik dalam setiap karakter kehidupan sendiri, meskipun itu masih menjadi misteri.
Karir yang cermelang bisa dibilang sudah Shaqilea dapatkan, kabar burung dari para temannya di negara asalnya pun, juga sangat menyenangkan, ia turut bahagia melihat wall story atau bahkan message langsung dari mereka yang bahwasanya mereka juga sudah meraih impiannya masing-masing.
Hanya satu kabar dari Edsel yang tidak pernah ia dengar lagi. Sebab ia sendiri menolak untuk mencaritahu informasi tentangnya. Hanya ketika tak sengaja saja, informasi itu terucap dara para temannya saat bercakap lewat pesan ataupun, via telepon.
Meskipun Shaqilea juga tau, mereka sengaja mengucapkan hal itu, entah untuk hal becanda, atau memang untuk mengetes dirinya, yang apakah masih merasakan perasaan yang sama terhadap Edsel atau tidak?!
Padahal tanpa berucap pun mereka akan tau kalau dirinya masih dengan hati dan perasaan yang sama. Dan tanpa mereka tahu juga setelah perbincangan mereka berakhir maka Shaqilea terisak-menangis menahan rasa dengan sendiri, meskipun saat terjadi perbincangan itu Shaqilea hanya biasa-biasa saja.
Cukup pandai Shaqilea dalam menyembunyikan hati dan perasaannya. Sejak kecil ia sudah terbiasa untuk memendam semuanya sendiri apapun keresahan yang menghinggapi dalam diri.