Taruhan

1320 Words
     “ Hai Kalina, kenapa melamun terus?” oceh Nindya dengan menepuk pundak kanan partnernya itu. “ Siapa yang melamun? Kepalaku pusing! Aku kena omel sama Bu Susiana gara- gara Amar gesrek!” “ Yang sabar ya. Orang tampan itu selalu benar!” Ucapnya menepuk pundaknya sekali lagi. " Yah bela saja makhuk satu itu!" Sarang Tawon menabrak stock QC  dengan mesin yang dia bawa dan membuat semua baju jadi kotor hingga harus dicuci, eh malah Kalina yang diomeli. “ Iya. Orang tampan selalu benar.” Goda Mbak Amita. " Manusia satu itu mana ada tampan- tampannya?!"  “ Nih teh hangat yang kamu pesan.”  Eka, salah satu anak baru bergabung dengan meja mereka bertiga. Setidaknya segelas teh hangat bisa meredakan emosi Kalina yang kini sedang meledak- ledak. “ Jadi bagaimana. Malam minggu nanti mau hangout kemana?” tanya Eka. Baiklah biarkan Kalina berfikir sejenak. Selama dia disini, gadis itu hampir tidak pernah keluar, dan baru kemarin dia pegang uang gajian, itupun dia harus berhemat karena harus kirim uang ke rumah. “ Ya biasanya sih ke mall atau nonton.” Sahut Mbak Amita. “ Terserah kalian mau pergi kemana. Aku ikut saja.” Putus Kalina. “ Aku juga ikut saja!” sahut Nindya. “ Beneran nih terserah? Bagaimana kalau aku yang menentukan tempatnya!” Eka dengan bibir menyeringai. Mereka menatapnya menyelidik. Pasalnya gadis satu ini sedikit terasa ajaib. “ Ada deh nanti kalian bakalan tau.” Ucap Eka dengan mata berkedip- kedip. Dan inil mereka berempat, makan siang disertai dengan berghibah ria. Aib dari divisi satu ke divisi yang lain bahkan sampai aib security sekalipun mereka kupas secara tuntas! “ Kalian tahu tidak, Nyi Blorong kembali berulah. Bayangin anak baru devisi marketing disiram dimuka umum! Bayangin bagaimana malunya tuh anak?!” cerocos Eka penuh emosi. “ Memang masalahnya apa? Mana mungkin dia main siram anak orang tanpa alasan yang jelas?” Ok Nyi Blorong disini itu Mbak Dena, wanita yang menyenggol Kalina dengan sombongnya di lift waktu itu. “ Entahlah beritanya simpang siur. Ada yang bilang kalau anak itu menggoda Stefan atau bagaimana gitu. Nah si Dena itukan paling tidak suka ada yang nyentil si Stefan, kan?” jelas Eka lagi. Kalina menyetujuinya, memang Nyi Blorong satu itu memang terkenal temperamen sekali, apalagi menyangkut si Stefan yang katanya anak Mentri. “ Tapi tetap saja! Itu namanya keterlaluan! Coba kalau dia yang berada di posisi anak baru itu?” sungut mbak Amita mulai kesal. “ Lagipula siapa tahu yang menggoda itu si Stefan- Stefan itu. Siapa yang tahukan?!” imbuhnya lagi. “ Tidak bisa bayangin deh kalau mereka sampai married terus si Stefan kepergok jalan sama cewek lain. Pasti udah (dengan gaya tangan memotong leher).” Ucap Eka berapi- api. “ Pelakor maksudnya?! Serem sumpah!” ucap Nindya dengan bergidik ngeri. “ Lagipula sebelum deketin tuh anak mentri pasti si pelakor udah ilfell duluan. Siapa coba yang mau sama Stefan yang kayak gitu.” Ucapan Mbak Amita terhenti diudara. “ Hai- hai girls…” suara bak kuntilanak menggema di udara. Mereka berempat langsung mingkem seketika. Mata mereka melirik dari mana sumber suara. Mbak Dena, ada dideretan staf. Selamat!   Semoga dia tidak mendengar ucapan mereka tadi, lagipula ini orang tahu aja kalau sedang digosipin. “ Liat ini. Cincin terbaru harganya hampir 200 juta. Dan Stefan ngasih ini buat cincin tunangan. Oh...” ucap Dena heboh memamerkan pada seluruh penghuni kantin.  200 juta?!  Kalina, Eka, Mbak Amita serta Nindy  yang memang berjiwa miskin langsung menghambur mendekati wanita berbody gitar spanyol itu .  Berusaha berebut ingin tahu harga cincin 200 juta itu seperti apa. Bahkan bibir Kalina yang suka diam dengan keadaan sekitar  membulat saat berhasil memegang   jemari mbak Dena yang bertahtakan 200 juta itu. “ Udah nanti lecet.” Dena menarik tangannya kemudian mengelus-elus cincin itu dan memandangi Kalina rendah sama seperti waktu itu. “ Memang cincin seperti itu beli dimana?” mata bulat Kalina menatap Mbak Dena penasaran. Mbak Amita serta hampir seluruh penghuni kantin menunggu kata yang terucap dari bibir Dena. Maklum mereka inikan kalangan rakyat menengah kebawah tahu ada barang semahal itu tentu saja syok. Bayangkan uang 200 juta bisa untuk beli tanah, bangun rumah dan cincin ini seharga rumah. “ Di Paris.” Jawab Dena dengan memandangi jemarinya bangga. Kalina mengamati cincin itu dengan seksama. Kelihatannya asli sih dan mahal. Tapi masa sampai 200 juta? Semakin dilihat kenapa aneh 200 juta apa 200 ribu, sih? Paris apa Perapatan Ciamis kali ya? Wong bentuknya aja mirip batu akik gitu. Apa memang dasar Kalina yang tidak tahu barang mahal. “ Yakin itu 200 juta?” Dena yang sedang mengelus-elus cincinnya yang besar itu langsung terdiam dan menatap Kalina tajam. Kalina, kamu cari mati! “ Memang kenapa? Bilang aja kamu tak mampu beli dan syirik.” Ucapnya ketus.  “ Siapa yang syirik? Akukan hanya bertanya?” “ Alasan! Ah kamu, si anak kucing liar, kamu yang digosipkan sering cari perhatian Amar! Lama tidak jumpa, kukira setelah masuk kesini, kamu akan berubah. Tapi tetap saja, sekeras apapun kamu berusaha. Kamu bukan level seorang Dena. Jangankan punya pacar seperti saya, OB seperti Parjo saja malas melihat kamu!” ucapnya dengan senyum sinis. 'Apa enak saja! Siapa yang suka cari perhatian sarang tawon itu?!' Bathin Kalina protes. “ Ah lupa Amar tidak akan sudi melirik anak kecil seperti kamu.” Yang benar Kalina yang tidak sudi mbak Dena! Sumpah andaikata ada Lakban mungkin kalina sudah menutup bibir knalpot dua tak itu! “ Saya ingatkan kamu anak kucing, jangan berani muncul didepan saya!”ucapnya dengan menyibak rambut panjangnya. Sumpah ingin Kalina menggantikan tangan bercat merah itu dengan tangannya dan akan dipastikan rambut sepanjang pinggul itu rontok di lantai saat ini juga!  “ Apa hak Mbak Dena melarang orang?!” “ Ah kamu menantang seorang Dena! Kalaupun ada yang suka sama kamu, mana buktinya? Jangan suka bermimpi.” ucapnya sombong. Kalina menatap mata Dena sengit bahkan giginya bergemeletuk siap mengunyah tempurung kepala Denanya saat itu juga. Sedangkan mereka bertiga mulai melanjutkan lagi acaranya bersantap siang karena mereka tak mau berurusan lebih jauh lagi dengan kuntilanak satu itu.  “ Malas kena sembur katanya. Tidak berfaedah dan sama sekali tidak ada manfaatnya.” Itu kata Mbak Amita beberapa waktu yang lalu. Tidak ada, bahkan hampir 19 tahun, Kalina sama sekali belum pernah berpacaran! “ Maksud mbak? Aku ini sama sekali tidak pantas ada yang suka begitu!” “ Sadar diri ternyata! Penampilan kamu. Udik!”  “ Kita lihat aja nanti.” Kalina tahu Kalina tidak ada apa- apanya dibandingkan seorang Dena tapi maaf dia juga tidak tinggal diam direndahkan seperti itu! Dia wanita dan punya harga diri! “ Ya udah deh selamat berjuang. Ingat saya kasih waktu 10 hari. Lebih dari itu, siap- siap saja. Lenyap dari sini.” Ucapnya sinis dan berlalu pergi  hadapan mereka berempat. Kalina mendecih. Segitu aja sombong. Baru tunangankan belum nikah. Nikah saja bisa cerai. Tapi sombongnya udah maju duluan. " Batal tunangan baru tahu rasa!"  runtuk Kalina. “ Udah deh Kalina. Jangan diambil hati omongan Dena itu. Dia memang seperti itu orangnya. Kamu mau kena siram juga seperti anak baru itu?” ucap Mbak Amita dengan menepuk Pundak kecil gadis itu. “ Dia menghina aku sampai ke akar-akarnya.” Enak saja! Kalina tidak terima. Mereka terdengar menghela nafas panjang kemudian kembali menyantap menu mereka.                                                                                          * Gadis itu menyikat giginya dengan kasar tak peduli nantinya giginya akan rontok setelah ini. Sumpah dendam sudah mengalir dalam aliran daranya kini akibat ucapan Mbak Dena tadi siang.    " Iri ? Sama dia ama Stefan?" Cih mana mungkin Kalina iri punya pacar mata keranjang seperti si Stefan meskipun dia kaya anaknya Bapak Menteri. Bukannya mengarang bebas ya, Kalina pernah memergoki lelaki tengil menggoda salah satu anak produksi waktu mau jemput Mbak Dena! “ Dan apa katanya tadi? Aku kucing liar?! Udik! ” Ingatannya melayang pada kejadian disaat pertama kali aku bertemu dengan wanita itu. Sumpah, sampai saat ini Kalina tidak akan lupa sorot mat aitu. “ No. Siapa yang udik coba?! Hanya butuh model rambut baru dan polas-poles kiri kanan.” Gadis itu menatap bayangan dirinya di cermin sambil mengamati setiap sudut wajah yang kata si Kuntilanak  jelek dan dekil. Memang benar wajahnya hampir tidak pernah dipoles make up karena takut iritasi dan terlebih lagi tidak adanya modal. “ Trus Ok!" Ok Kalina juga bisa. Liat saja nanti. Memang hanya dia saja yang bisa mendapatkan cincin 200 juta hah?! Kita buktikan saja nanti bukan hanya cincin tapi temen- temennya cincin tapi juga cicit-cicitnya cincin akan Kalina dapatkan dan akan dilemparkannya kewajah menor wanita itu  nanti.  “ Awas saja akan kubuat dia malu- semalu malunya, mbak!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD