Planning

1721 Words
    “ Satu pertanyaan buat kamu!” cecar Eka dengan menatap Kalina intens. Saat ini mereka, minus mbak Amita karena ini Family time-nya ibu satu anak itu dengan suaminya, tengah duduk disebuah caffe sederhana. “ Apa?” “ Siapa kandidatmu?” tanyanya lagi. Kalina menggigit bibir pelan, senyum tipis mengembang dibibirnya. Lalu gadis itu menganggukkan kepala singkat. Mata mereka berdua langsung menatap Kalina antusias. “ Siapa?” tanya Nindya semangat. Ya Kalina sudah punya seorang target, yakni lelaki yang beberapa waktu lalu menolongnya waktu motor rongsok milik Mbak Zaskia mogok di tengah jalan. Jujur Kalina tak bisa lupa akan wangi tubuhnya yang mampu membuatnya mabuk kepayang. Yah Kalina yakin dia sangat tampan, meskipun gadis itu hanya mampu melihat tatapan matanya yang tajam dibalik helm fullface yang pria itu pakai. Dan satu lagi dari segi materi, sepertinya dia juga orang kaya apabila dilihat dari kendaraan yang dia pakai serta ponselnya. Tapi mengenai siapa namanya? Kalina lupa bertanya waktu itu. Kalina menggigit bibir makin dalam. “ Maksudnya?” Nindya mulai buka suara. “ Aku kenal pria itu saat motorku mogok kemarin. Tapi aku yakin dia itu tampan dan kaya.” “ Terus namanya siapa?” tanya Eka mulai bosan. Dengan lugunya Kalina menggelengkan kepala sambal meringis. “ Terus maksudnya kita mesti cari dia yang tidak tahu mukanya seperti apa, namanya siapa sama rumahnya mana di daerah Jakarta yang gede ini gitu!” umpat Eka emosi dan menoyor kepala Kalina pelan. “ Tapi aku punya nomor teleponnya.” “ Tetap saja, kamu mau bilang apa sama orang itu.  Saya mau anda jadi pacar saya selama sepuluh hari, begitu. Kalau dia tidak minta bayaran kalau minta bagaimana. Lagipula kalau dia masih single, kalau dia sudah punya pacar atau istri, mau kamu dituduh jadi pelakor!” sahut Eka. “ Rasanya berat kali menyanggupi tantangan Dena hanya dalam 10 hari kalau nyatanya kamunya saja tidak ada mangsa sama sekali. Sebaiknya kamu mengaku kalah saja!” Ucap Eka dengan menggosok dahinya keras. “ Betul.” Balas Nindya yang sedari tadi hanya diam mendengarkan ocehan Eka. Kalina menghembuskan nafas pelan dan benar- benar putus asa. Kenapa tidak pernah berpikir sejauh itu? “ Tapi masa minta bantuan seperti itu tidak bisa !” “ Jangan gila!” Nindya ikut menoyor kepala Kalina. Sialan sekali dua orang itu! “ Tenang, kita bantuin kok.” Ucap Eka menepuk Pundak Kalina dan tersenyum. “ Lina, kayaknya kamu perlu perawatan deh.” Ucap Eka singkat setelah menatap wajah yang ada didepannya itu.   *   Sungguh baru kali ini Kalina berdiri kaku tanpa tahu apa yang harus dilakukan, terlebih lagi diamati dari atas sampai bawah oleh orang setengah wanita dan pria ini. Bukannya apa hanya saja baru kali ini berhadapan dengan orang macam ini, apalagi rumor yang berhembus kalau orang seperti mereka ini memiliki tingkat sensitive yang teramat tinggi. Salah ucap sedikit langsung musnahlah Kalina! Dan kini orang itu berjalan mendekat dan mengamati wajah polos Kalina sangat dekat. “ Oh no!” pekik orang itu, Miss Bianca melengking tepat di daun telinga Kalina dengan tangan mencengkram pipi cubbynya. Sakit sekali! Padahal Kalina tadi hampir melompat mendengar lengkingan tajamnya. “ Kenapa?” Kalina sedikit takut saudara! “ Lihat ini...wajah yey! Yey kalau mandi cuci muka apa tidak?!” kali ini Kalina tersinggung sekali mendengar nada jijik dari bibir Miss Bianca itu. Kalau semua ingin tahu, Kalina sebelumnya sudah pakai masker lumpur dicampur putih telur dan s**u, rasanya sakit luar biasa ketika masker itu dia tarik karena bulu- bulu halus diwajahnya juga tercabut paksa! “ Kusam! Bekas jerawat dimana- mana! Flek hitam disana terus disini?! Ya ampun hidung yey!” teriaknya bergidik. Reflek Kalina memegang hidungnya dengan kedua tangan. Bergerigi di setiap sudut! Perasaan kemarin sudah terangkat banyak sekali. Miss Bianca langsung menarik Kalina memasuki sebuah ruangan khusus kemudian membungkus rapi rambut dan memerintahkan untuk berbaring dengan galaknya. Dia langsung membersihkan wajah polos gadis itu dari debu dan setelahnya Kalina tidak tahu lagi karena dia asyik tertidur karena terlalu nyaman. Kalina tak yakin  berapa lama wajahnya ini mendapatkan perawatan special dari Miss Bianca tapi yang jelas wajah ini terasa lebih ringan dari kemarin- kemarin dan hidung ini sudah kembali mulus seperi biasa. “ Gimana kalau model yang ini?” tunjuk Eka pada sebuah foto. Kalina mengerutkan alis. Memang cantik model potongan rambutnya, tapi masalahnya cocok apa tidak di wajah cubby Kalina. Nanti kalau terlanjur dipotong dan hasilnya tidak cocok. Kan biaya extension mahal! “ Kalau yang ini?” Sialan, kenapa banyak sekali model- model rambut jaman sekarang, Kalina jadi tambah bingung! “ Jadi yang mana?” suara basah- basah becek menyahut dari belakang mereka berdua. Dua ornag pelanggan Miss Bianca kali ini sepertinya tidak tahu apa- apa soal fashion itu terbukti dari lebih dari satu jam dua anak gadis itu membolak- balik katalog berulang kali. “ Jadi kalau menurut Miss lebih cocok yang mana modelnya buat saya?” Kalina meringis dan dibalas dengan helaan nafaas penuh dramatisir dari Miss Bianca. Wanita tinggi besar itu mengambil alih katalog yang Kalina pegang. Dan langsung memulai aksinya tanpa aba-aba, menggunting rambut Kalina seketika. Kampret! Kalina menjerit pilu, rambutnya yang indah dipangkas dengan ganas oleh orang itu. Mau melawan percuma kalau berontak dikit kulit kepala ini taruhannya. Kalina tak bisa membayangkan lebih jauh rambut ini akan seperti apa karena wanita itu terus menarik rambut ini kekanan kekiri bahkan terasa panas dikulit kepala. Kalina ngeri. Kalina menutup matanya  dengan kedua tangan, berharap ada ibu peri baik hati menyelamatkan mahkota indah miliknya. “ Ok Selesai.” Akhirnya kata-kata keramat itu keluar dari mulut si pemangkas rambut setelah hampir tiga jam lamanya. Tapi mau dikata apa lagi mata ini tak kuasa untuk membuka. “ Kalina, buka mata kamu. Kamu terlihat lebih cocok kalau pakai potongan rambut seperti ini.” Celetuk Eka senang. Eh benarkah? Dengan perlahan mata bulat itu terbuka dan semakin melebar takala melihat hasil kerja wanita besar itu didepan cermin. “ Gimana ok, kan?” tanya Miss Bianca dengan bangga yang langsung mendapat dua jempol sekaligus dari Kalina. Cantik sekali! Ehm maksudnya model rambutnya! Rambut Kalina yang walya lurus lempeng sepanjang punggung sekarang sedikit curly dan berwarna darkbrown ketika terkena sinar matahari. Seperti model- model rambut idol K-pop, begitu menurut Kalina.  “ Ok. Puaskan?” tanyanya lagi. “ Puas!” ucap Kalina mantab. Puas meskipun dia harus merogoh dompet dalam. “ Terus kenapa yey tadi pakai acara teriak- teriak?” tanyanya sewot dan dibalas dengan cengiran. “ Ingat jangan lupa perawatan wajah ke dokter secara rutin dan pakai Skin care, Body care, cream malam, cream siang lakukan facial rutin setiap dua minggu sekali. Yey paham!” “ Paham Miss!” Setelah keduanya selesai dari salon, Eka mengajak gadis itu untuk mencari baju. Karena ejekan culun, Kalina kini harus lebih berani dan menantang. Sempat terlintas dikepalanya untuk berpakaian seperti si mbak Dena itu. Seksi dan berani. Eka, dia yang bisa membaca pikiran Kalina langsung menoyor kepala itu dengan sadis. “ Cantik dan berkelas! Bukan macam cabe-cabean.” Bahkan hampir dua jam mereka berkeliling dari satu toko ke toko lain. Mencoba hampir ratusan baju dan puluhan merek. Setelah disaring- saring dan dipilah- pilah, mereka akhirnya sepakat dengan membawa pulang 5 kantong tas, mulai baju santai dan gaun serta tak lupa juga alat make up keluaran terbaru. Ada yang tanya kenapa Kalina tidak beli baju kerja, karena disini dia hanyalah karyawan produksi wajib memakai seragam yang telah diberi oleh perusahaan, ah tunggu dulu apa perlu Kalina mengecilkan seragam miliknya supaya terlihat seksi?! “ Jangan aneh- aneh!” Eka menatapnya sewot.  Dan masalah Kantong, jangan ditanya lagi, kering seketika. Kalina harus sangat berhemat untuk makan! Kalau perlu setiap ada lembur dia akan ikut, kan lumayan dapat makan malam nantinya! Taksi yang mereka tumpangipun berhenti tepat di depan rumah Eka yang sepi. Eka membukakan pintu kamarnya dan ambruk seketika. Sumpah badan ini remuk rasanya. Bahkan  mata ini tak sanggup untuk membuka. Kalau dihitung- hitung hampir 10 jam mereka diluar dan itu sama lelahnya dengan  bekerja seharian. “ Kenapa tidur? Tugas kamu masih banyak ?” omel Eka dengan berkacak pinggang. “ Capek…” Kalina merengek kecil dengan mata hampir tertutup sempurna saat Eka dengan kurang ajarnya menyeret tubuhnya jatuh ke lantai. “ Sakit Eka! “ Makanya, Ayo bangun..! Katanya mau mengalahkan Nyi Blorong?! Kamu harus belajar makeup dulu, sampai mahir!” dengan cekatan ia membuka paper bag yang berisi alat make up lengkap diatas meja rias. “ Ayo.” Baiklah, biar berers sekalian.   “ Ini aku cariin tutorial make up di youtube.” Ucapnya menyodorkan tabletnya. “ Hai kita telat nggak?” suara dua orang wanita super bising memenuhi ruangan. “ Super telat.” Kalina dan Eka memandang dua orang itu malas. “ Ye make up Na..? Kubantuin ya..” ucap Nindya semangat, ia langsung menyambar entah alat yang mana. Segera saja Kalina melindungi wajah yang cantik itu dengan menendang mereka berdua.                                                                                   *   Kalina benar-benar siap menjalani hari ini dan bertemu dengan Nyi Blorong. Dia sangat  yakin Mbak Dena bakalan syok berat melihat penampilan barunya kali ini. Akan Kalina tunjukan padanya, bukan cuma Eko si OB yang bakalan klepek-klepek, bahkan kalau perlu semua makhluk berjenis kelamin laki- laki bakalan cengo dan mengejar ngejar Kalina nanti. Ya benar, lihat saja nanti! Sebelum keluar kamar Kalina memastikan lagi wajahnya terpoles dengan sempurna, mengingat baru kali ini memakai make up dan itupun hasil tutorial dari para youtuber. Tak buruk juga. Dia terlihat dewasa dan sedikit manis( itu kata Kalina sendiri) dengan rambut tersampir di pundak, mungkin Kalina akan semakin cantik seiring dengan bertambah cerah kulitnya (mungkin butuh beberapa minggu agar body care yang dia pakai meresap secara sempurna dikulit). Lalu mau tahu tatapan semua orang ketika melihat Kalina. Sudah bisa ditebak, mereka semua cengo, menatap gadis tak percaya. Huh padahalkan Kalina sudah pernah bilang kalau dia ini cantik. Apalagi wajahnya ini seperti artis-artis korea yang imut dan cantik itu. Tapi tidak  ada yang percaya. Ya sudahlah. “ Pagi pak Amin.” Seperti biasa, gadis itu selalu menyapa setiap orang yang berpapasan dengannya dan kali ini pada Pak Amin, maintenance senior yang katanya menduda hampir lebih dari 10 tahun. “ Pagi…” Pak Amin sedikit tergagap. Sebenarnya Pak Amin ini lumayan dari segi fisik tapi dari segi materi maaf  bukannya Kalina sombong tapi beliau ini tidak akan bisa mengalahkan si Stefan anaknya Pak Mentri itu serta usianya yang terlampau jauh sekali dari Kalina.. Jadi dia di blacklist. “ Oh tadi kupikir siapa. Nyatanya...” suara Dena datang bertepatan dengan berlalunya pak Amin. Berdiri dengan angkuh selayaknya bos besar yang sering Kalina temui disetiap novel yang dia baca. “ Tapi lumayan lah..” ejeknya. “ Ya sih. Lumayan lebih cantik Kalina daripada mbak.” Sahut Eka yang disusul masuknya Mbak Amita serta Nindya. Nah loh 4 lawan 1. Masih berani? Ayo mbak kita tawuran! “ Tapi tetap saja..tidak laku.” Ucapnya sengit dan langsung masuk kedalam lift. “ Mungkin dia syok ngeliat kamu yang lebih cantik dari dia. Kalina, aku juga mau tampil cantik seperti kamu. Nanti temani aku ke salon, ya?” ucap Nindya cengengesan. Kalina menghembuskan nafas pelan, maklum Nindya itu latah, apa-apa diikuti. “ Tapi setelah taruhan dengan Dena selesai.”  Nindya cemberut ditempat tapi sejurus kemudian dia tersenyum dan menganggukan kepalanya. “ Ok!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD