Planning 2

1600 Words
  “ Girls, siap cari mangsa?” teriak Eka lantang dengan tangan terangkat diudara. “ Siap, boss!” jawab dua orang lainnya lantang. “ Tapi kita mau kemana?” Kalina mulai bertanya, pasalnya sekarang mereka masih berada diperjalanan di hari yang bisa dibilang mulai malam dengan pakaian yang sedikit minim. Untung tadi pagi dia sudah pamit mau menginap di rumah Eka, coba kalau tidak pasti Pak Lukman sudah telepon karena aduan mbak Zaskia ini. “Ada deh.” Ucap Eka jahil dengan mengedipkan sebelah matanya. Hingga mobil yang entah milik siapa, yang tentu saja dikemudikan Eka, berhenti di sebuah parkiran luas dengan deretan mobil apik yang juga berjejer rapi disana. Mereka bertiga minus mbak Amita, langsung turun dari dalam mobil setelah mobil terparkir dengan mulus. Dan mulut Kalina membeo melihat gedung yang berdiri di dengan kokohnya. Club?! “ Seriusan ini?” tanya Nindya. “ Yakin kamu?” Kalina sedikit bergidik. Harusnya Kalina sadar diantara semua teman yang dia miliki, Ekalah yang paling tidak beres. “ Yup. Come on. Asal kalian tahu Club ini club mahal, jadi yang datang juga bukan orang sembarangan, orang-orang berduit. Siapa tahu di dalam ada pangeran berkuda putih.” Ucap Eka semangat dan berlalu terlebih dulu masuk ke dalam. Dasar! Mana ada pangeran berkuda putih di Club yang ada malah buaya buntung. Tapi mungkin juga ada sih kalau melihat deretan mobil yang terparkir disini. Mau tak mau mereka berdua akhirnya ikut masuk ke dalam mengikuti bocah satu itu. Tapi sumpah Kalina baru tahu sisi terpendam dari seorang Eka Calista Aditama. Dan dalam hati ini berdoa semoga mbak Zaskia tidak tahu kelakuannya satu ini. Kalau tidak, Kalina bakalan diseret pulang ke Malang dan digunduli oleh Ayahnya. Mereka bertiga berhasil masuk setelah menunjukkan identitas pada security dan benar saja bayangan Club yang selalu ada diotak Kalina terpampang jelas di depan mata.  Bising dan Panas. Satu sama lain bergerak dengan liar mengikuti irama music yang keras menghentak. Tak ada yang merasa malu disini. Bahkan disana, di sofa paling pojok, sepasang laki-laki dan perempuan b******u mesra tak kenal tempat. Sama seperti yang sering digambarkan di novel- novel. Kalina bergidik ngeri. Jujur dia takut. Ini lebih dari sekedar lubang akhirat baginya. Tanpa terasa tangan Kalina dan Nindya mulai saling berpegangan satu sama lain dan berjalan membuntuti langkah Eka yang terlihat amat santai seakan- akan dia sudah terbiasa masuk ke dalam tempat seperti ini. Dan kini ketiganya telah duduk dibangku di depan bartender. Seorang bartender yang lumayan tampan menghampiri mereka. Menyapa dengan ramah dan menanyakan mau minum apa mereka. Kalina dan Nindya yang tak tahu apa-apa hanya saling melirik satu sama lain dengan tangan menggaruk kepala. “ Beri kami segelas Tequila.” Ucap Eka langsung. Keduanya melongo, saling menatap satu sama lain. Tequila itu minuman berakohol, kan? Itu yang sering Kalina baca di novel juga. “ Segera.” Ucap bartender itu ramah. “ Yakin kamu? Itu minuman keras!” Sentak Kalina keras. Ya meskipun Kalina bandel, tapi sumpah yang namanya minuman keras, zina, mencuri bahkan ngerebut pacar orang itu dosa! “ Kalian tenang saja. Kita ini hanya memesan. Tidak untuk diminum. Aku masih tahu apa itu minuman haram.” Bisik Eka membuat Kalina dan Nindya melongo. Oh. Paham, tapi tetep aja ini namanya buang-buang uang. Pokoknya Kalina tidak mau tahu, ini bayar sendiri-sendiri pokoknya! “ Silahkan ladies, minuman kalian.” Ucap bartender tadi meletakkan minuman mereka di atas meja.  “ Thank’s.” Balas Eka terlalu ramah disertai kedipan nakal. “ Jadi gimana? Menurut prespektif kamu, ada tidak yang potensial disini?” bisik Eka. Kalina menyerngit kerena tadi sempat lupa akan tujuan mereka kesini gara- gara ketakutan tadi. Benar pencarian harus segera dimulai. Mata bulatnya mulai menyipit, memasang mata ini tajam- tajam dan mulai mengintai ditengah keremangan. Dimulai dari pojok sofa, tempat yang paling strategis dari tempat ini, ada segerombolan pria-pria matang dan terlihat sekali kalau mereka itu kaya, duduk ditemani beberapa orang gadis-gadis belia, Kalina yakin seyakin-yakinnya kalau usia mereka tak jauh-jauh dari usia anak SMA. Kalina penasaran mereka ini emang cabe-cabean apa suka sama om-om ya? Dan bahkan dalam keremangan seperti ini sekalipun, dia bisa melihat sebagian besar dari para gadis itu bergelayut manja dikanan dan kiri para pria- pria yang bisa jadi sudah beranak cicit.  Kalina bergidik ngeri. Dia tidak mau cari pasangan yang seperti itu meskipun pura-pura. Bergeser sedikit, tetap saja hanya pemandangan itu saja yang kulihat. Beralih ke tengah area club, hanya lautan manusia yang menggila bergoyang kanan kiri yang bisa dilihatnya.   Bergeser ke meja bartender tak jauh dari tempatnya, ada beberapa pria dan wanita yang saling berpelukan mesra. Kembali beralih beberapa meter dari segerombolan orang tadi. Sontak mata bulatnya membelalak ngeri, ini bagaimana bisa, seorang pria duduk dikelilingi 3 orang wanita berpakaian compang-camping, bahkan salah satu dari wanita itu nekat naik ke pangkuan pria itu, menciumi sang pria tak tahu malu. Kalina eneg. Mau muntah! Kenapa setiap sudut dari ruangan ini nggak ada yang bener sih? “ Bagaimana?” tanya Eka lagi. Kalina menggelengkan kepalaku kuat-kuat dan bergidik ngeri. “ Kamu tidak lihat banyak pria- pria tampan?” tanyanya dengan dahi mengerut. “ Sumpah deh, Ka. Memang tidak  ada tempat lain ya?” Kalina protes keras. Sedangkan Nindya, dia mulai mengoyangkan kepalanya kanan kiri. Terlihat sekali ia mulai menikmati musik yang menghentak ini. “ Please deh, ini tempat anak gaul ibu kota, pasti adalah!” jawab Eka tidak mau kalah. “ Malam Ladies..Boleh kami bergabung?” sapa beberapa orang pria ramah. Lumayan tampan dan Kalina yakin mereka baru masuk tadi. “ Malam. Silahkan!” jawab Eka manis. Kalina menatatap mata Eka mengancam tajam yang dibalas dengan kedipan mata. “ Apa kalian tidak bosan? Bagaimana kalau kita turun saja.” Ucap salah satu diantara 3 orang itu ramah dengan mengulurkan tangannya pada ketiga gadis itu. Dan ketiganya saling melirik satu sama lain. “ Ayo. Let’s dance.” Bujuk salah satu yang punya lesung pipit saat tersenyum. “ Ok.” Ucap Eka terlihat semangat dan meraih tangan pria yang terulur di depannya. “ Tapi tidak macam-macamkan?”  tanya Nindya dengan dahi mengkerut serius. “ Iya. Janji.” Ucap Pria di depannya dengan yakin. Cukup lama untuk meyakinkan Nindya hingga kata, “ Ok.” terucap dari bibirnya dan mereka melenggang pergi. Akhirnya tinggal Kalina yang duduk disini, sedangkan pria yang ada di depannya terlihat menunggu penuh harap. Ganteng sih terlihat kaya juga kalau dilihat dari pakaian yang ia kenakan, tapi Kalina tidak yakin ini orang lebih kaya dari anaknya Bapak Mentri itu. Tapi apa salahnya kalau  dicoba, diterima tawaran lelaki itu dan ikut berbaur dengan lautan manusia yang makin menggila mengikuti hentakan yang diciptakan sang DJ. Sedangkan Kalina sendiri, melirik kanan-kiri, tak tahu mau harus bergoyang model apa. Mana mungkinkan dia dangdutan sendiri disini. Jadi dia menggerakkan tubuh ini sebisanya. Dan dari jarak sedekat ini, Kalina bisa mencium aroma parfumnya .. menyengat sekali. Dia tadi mandi parfum atau tayamum parfum?! “ Nama kamu siapa?” teriaknya di telinga Kalina. “ Ha?!” “ Nama kamu siapa?” ulangnya lagi lebih keras, bersaingan dengan musik yang menghentak keras. “ Oh. Iva.” Jawabnya tak kalah kerasnya. Satu pelajaran kilat yang kalina dapat disini, jangan sembarangan menyebutkan nama disini. Namamu bisa tercemar! “ Kalau kamu siapa?” “ Aku Dodi.” “ Oh.” Kalina yakin itu bukan nama aslinya. Mereka terus menghentakkan tubuh mengikuti irama, tapi lama-lama orang ini minta digampar juga. Tangannya ngelayap kemana-mana! Dengan gerakan halus tak ketara Kalina menyingkirkan tangan  yang hinggap dipinggangnya tapi dasar pria bodoh, dianya tidak ngeh. Kalina terus mencari dua orang temannya lewat pandangan mata, namun sayang, keduanya hilang dari pandangan. Kalina hembuskan nafas panjang dan menatap Dodi dengan senyum manis. “ Sorry, aku mau ke toilet bentar, ya.” Kalina mau kabur. “ Toilet? Ayo!” Ucapnya semangat, dengan pandangan mata mengamati tubuh Kalina dari atas bawah sedikit bernafsu. Sialan! Kalau menonjok orang orang tidak termasuk penganiayaan, mungkin dia sudah babak belur sedari tadi. “ Tidak perlu. Cuma sebentar kok.” “ Sudahlah ayo! Saya antar.” Bisiknya diiringi suara mendesah. Apaan?! Dia pikir Kalina memberi kode sama dia untuk macam-macam? “ Tidak perlu!” ucap Kalina ketus langsung berlalu ah jangan lupa bonus tendangan maut pada tulang kering pria tak tahu diri itu. “ Iva..Iva..Iva.!” teriaknya tak tahu malu yang sama sekali tak digubris. Biar dah dia teriak-teriak kayak orang hutan memanggil nama Iva. Dasar Edan! Kalina kembali duduk di meja bartender tadi dan menelungkupkan kepala diatas meja. Tempat ini benar- benar… Kalina janji ini pertama dan terakhir kalinya gadis manis seperti dirinya memasuki tempat ini meskipun ada yang mau membayar dengan secontainer emas berlian! Rasa panas mulai menjalar dalam tubuh, bahkan kerongkongannya kini terasa kering karena terus berteriak tadi. Kenapa tempat ini begitu panas, sih?! Apa tidak ada AC ? Langsung saja tangannya menyambar segelas minuman yang ada di atas meja, menghabiskannya dalam sekali tegukan. Rasanya aneh, pahit dan tenggorokannya rasanya terbakar! Huek! Kalina butuh air lagi! Sampai entah berapa gelas alcohol berhasil masuk ke lambungnya! “ Hiks..Apa sih salahku...! Akukan bukan orang jahat ya. Kenapa ini semua harus terjadi sama aku?! Aku ini kembarannya Kajol! Kemarin saja aku syuting sama Shahrukh Khan! Kenapa tidak ada yang percaya?!” “ Hei, aku cantikkan?!” gadis itu menunjuk pada pria yang entah sejak kapan duduk disebelahnya dengan tatapan mata tajam tak lepas dari gadis itu. “ Sangat.” “ Ya aku tahu. Tapi kenapa aku dikata jelek, anak kucing?!” “ Anak kucing itu menggemaskan.” “ Oh ya? Seperti ini?” mata bulat itu berkedip- kedip berulang kali, ya ampun apa Kalina ini lucu sekali sampai pria itu tertawa. Ah apa Kalina jadi pelawak saja?! “ Sudah cukup!” tangannya yang keras menyentuh kedua pipi Kalina dan membawa mendekat pada wajah tegas pria itu. Kalina menganggukkan pelan dengan senyum manis bertengger di bibirnya yang berwarna cerry. “ Kenapa bisa sampai di tempat seperti ini?” elusan lembutnya membuatnya memejamkan mata, dia serasa anak kucing sekarang, apa Kalina harus mengeong? “ Mau cari pria tampan dan kaya.” “ Tidak semua yang datang ke tempat ini kaya.” Ucapnya. Iya Kalina setuju, buktinya tadi. “ Sebaiknya kita pulang, tempat ini sama sekali tidak cocok untukmu.” “ Iya, aku mau pulang!” Gadis itu mengangkat tangannya tinggi diudara, “ Gendong!” kakinya lemas, jangankan untuk berjalan, untuk angkat badan dari bangku saja tidak sanggup. “ Ah, tunggu sebentar, jangan kemana- mana!” “ Ehm.” Sepertinya telepon penting, karena pria langsung pergi karena disini sangat bising! Sebaiknya Kalina tidur sebentar sambil menunggunya kembali. “ Kalina!” Pria tampan itu kembali. “ Ehm Gendong!”
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD