PC ~ Bantuan Pria Asing

1557 Words
A SWEET ENCOUNTER ACCIDENTALLY. -----• --• Starla menapaki jalanan beraspal dengan santai. Menyusuri jalanan Bali dengan bibir mengembang. Meski hatinya terasa sakit, tapi.. tidak ada alasan untuk tidak tersenyum. Resepsi pernikahan Mama akan di gelar malam ini di salah satu hotel ternama di Bali. Jadi.. setidaknya dia harus berpura pura bahagia semalaman penuh di depan banyak orang. Starla tidak bisa membayangkan reaksi murka Mama saat menyadari jika dia tidak ada di kamarnya. Jadi.. dia harus pergi sejauh mungkin sebelum bodyguard suruhan Mama datang dan menyeretnya kembali. Starla tiba di bibir pantai. Hotel pilihan Mama benar benar berkelas. Hanya berjalan kaki selama beberapa menit, dia sudah bisa melihat keindahan pantai. Benar benar kaya raya suami baru Mama yang mengaku bernama Prasojo Suryadiningrat. Orang asli Yogyakarta yang merajai industri perfilman Indonesia. Konon kabarnya, Mama adalah artis yang dulu pernah naik daun. Namun, karena faktor usia, Mama tidak bisa mempertahankan ketenaran hingga dia hanya bisa menggunakan bibir manis serta tubuh seksi untuk menggoda pria pria kaya. Dan.. begitulah Mama. Bersikeras menikahi seorang tua bangka karena di balik wajah yang peot, terdapat uang yang berlimpah ruah. Itu pula yang mendasari Starla sangat membenci Mama lebih dari siapapun dan lebih dari apapun di dunia ini. Cukup!! Starla tidak ingin merusak mood baiknya dengan memikirkan kelakuan b***t Mamanya sendiri. Baginya.. Mama seperti limbah yang hanya menganggu, merusak dan mengotori. Jadi.. tidak perlu lagi membahasnya. Starla mendudukkan diri di atas pasir pantai. Memandangi ombak yang bergulung dari ujung ke ujung. Ombak malam ini sangat tenang. Benar benar indah saat di padukan dengan cahaya bulan yang menerangi kegelapan malam. Starla menutupi wajah dengan telapak tangannya. Terpancar sebuah luka dari pusaran hitam yang membelenggu. Mengikat seperti tali yang tidak bisa di lepas. Dia ingin bahagia, tapi.. tidak bisa. Dia ingin melupakan, tapi.. tidak mampu. Semua seakan tertahan saat keberuntungannya membeku. Starla mengerjap saat menyadari suara riuh mulai mendekat. Mungkin, itu adalah bodyguard suruhan Mama seperti yang dia ucapkan sebelumnya. Dia tersenyum. Tidak seperti dugaannya, ternyata Mama lebih cepat menyadari kepergiannya. Sungguh di sayangkan. Dia tidak bisa menikmati keindahan ini lebih lama lagi jika dia sampai tertangkap. Starla mengendap, berjalan dengan pelan dalam kegelapan. Menuju ke satu satunya mobil yang terparkir di pantai. Sebuah mobil Pajero berwarna silver dengan pengemudi yang tengah menjatuhkan kepalanya pada stir. Mungkin pengemudi itu bisa membantunya. Semoga saja. Starla mengetuk kaca mobil hingga beberapa kali. Berharap pengemudi itu tidak mengacuhkannya. Dia menghela nafas lega setelah si pengemudi menurunkan kaca mobilnya. "Apa kamu bisa menolongku?" Starla memohon dengan sangat. Dia ingin menghilang dalam kedamaian untuk sementara. Tidak ingin berurusan dengan pesta atau apapun itu meski harus meminta bantuan kepada orang asing sekalipun. ------• --• Aero menjatuhkan kepala pada stir mobil sebelum seorang gadis asing mengetuk kaca mobilnya hingga berulang kali. Itu membuatnya pusing. Tidak tau apa motif gadis itu sampai mengganggunya. Tapi dia tetap menurunkan kaca mobil pada akhirnya. Alasannya tentu saja karena dia ingin mengusir gadis itu jauh jauh. "Apa kamu bisa menolongku?" Aero menaikan sebelah alisnya kala mendengar ucapan gadis itu saat dia menurunkan kaca mobilnya. Menolong? Dia terkekeh dalam hati. Apa dia tampak seperti seorang yang bisa mengulurkan tangan untuk membantu orang lain? Sayangnya, dia terlalu angkuh untuk peduli kepada orang lain sekalipun keadaan orang itu terdesak dalam kesulitan. Dia tidak sebaik itu, okey? "Ku mohon." Melihat keengganan yang pria itu tunjukan, Starla menyatukan kedua tangannya, memohon agar pria itu bersedia membantunya. "Aku akan membayarmu." Tambahnya kemudian. Starla bukanlah gadis yang tidak tau untung. Tentu saja dia akan membalas kebaikan pria ini dengan membayar sejumlah uang sebagai imbalan. Mata Aero menggelap. Dia menatap Starla dengan tatapan tajam. "Apa aku terlihat seperti orang yang kekurangan uang?" Suara dingin Aero mampu membekukan apapun yang ada di sekitar mereka. Membuat Starla yang pada awalnya sudah kedinginan, semakin menggigil. Dia memutar bola matanya, lalu dia mengawasi pria itu lekat. Penampilan pria ini sangat sederhana. Jadi.. apa mungkin jika pria ini benar benar tidak membutuhkan uang? Pembohong! Manusia macam apa yang tidak membutuhkan uang? Aish.. pria ini tampak sangat naif. "Baiklah, karena kamu tidak kekurangan uang, maka aku akan memberikan imbalan lain." Starla menengok ke belakang, hiruk pikuk orang orang suruhan Mama semakin dekat. Tidak ada waktu untuk berdiskusi atau tawar menawar lagi. "Tapi.. aku harus cepat! Kita bisa membicarakan ini nanti, menunggu waktu yang lebih baik." Ucapnya dengan nada panik. Dia tidak ingin tertangkap, okey? Dia masih sangat menyayangi nyawanya. Starla bergegas membuka pintu mobil, namun pria itu.. ah.. dia tidak bisa membuka pintunya karena masih terkunci. Benar benar pria yang sangat menyebalkan dan pelit. Melihat gadis itu bersikeras masuk dan hampir saja menghancurkan pintu mobilnya, Aero hanya menghembuskan nafas panjang. Dia tidak berdaya. "Masuklah!!" Aero mengizinkan gadis itu untuk masuk pada akhirnya, menyanggupi saat si gadis bersikeras untuk naik ke dalam mobil atas kemauan gadis itu sendiri. Starla mengulas senyum. Senyum hangat yang jarang dia tampilkan di depan orang lain. "Terimakasih, apa kamu bisa bawa aku pergi dari sini sekarang?" Starla berucap dengan pelan dan hati hati. Meski pria ini tampak tidak berbahaya, namun dia tidak ingin menanggung resiko di turunkan setelah dia bersusah payah untuk naik. Tentu saja dia melakukan ini karena tidak mempunyai pilihan. Tidak ada celah lagi untuknya melarikan diri di situasi ini selain meminta orang asing untuk membawanya pergi. Aero menoleh, "apa harus??" Suara yang terucap dari bibir manis pria itu benar benar dingin. Untuk sesaat mampu membuat jantung Starla berhenti berdetak. Namun, sedetik kemudian kenyataan kembali menyadarkannya. Starla mengangguk, "tentu. Aku dalam bahaya saat ini. Lihat!!" Dia menunjuk para bodyguard yang semakin mendekat. "Mereka mengejar ku. Mereka mau membunuhku, mencincang tubuhku dan akan melemparkan daging ku ke laut." Tambahnya mendramatisir keadaan. Nyatanya tentu tidak seperti itu, hanya hampir mirip. Aero tersenyum simpul, "Lalu apa hubungannya denganku? Itu bukan urusanku, lagi pula, kenapa aku harus membantumu? Kamu urus sendiri masalahmu!!" Ucapnya dengan ekspresi biasa dan suara datar. Dia adalah tipe pria yang hidup untuk dirinya sendiri. Sebenarnya tidak perlu di pertimbangkan, karena jawabannya akan tetap.. dia tidak peduli. "Tolong pertimbangkan dulu!" Starla menampilkan wajah yang memelas. Jurus maut untuk meluluhkan hati pria adalah dengan menunjukan tampang yang menggemaskan. Semoga cara itu juga berlaku untuk pria yang satu ini. Aero menghela nafas panjang. Jika sudah seperti ini, tidak ada lagi alasan untuk menolak. Mau tidak mau, dia tetap harus menyanggupi permintaan gadis ini meski dia sendiri enggan. "Baiklah, siapa namamu?" "Star." Aero menaikan sebelah alisnya. "Bintang?" Starla menggeleng, "no, but ST-AR. Yang benar menggunakan bahasa Inggris." Aero mengangguk, kemudian mulai mengemudikan mobilnya meninggalkan pantai sesuai keinginan gadis itu. Melaju pada jalanan ramai dengan kecepatan sedang. Aero fokus mengemudi, sementara Starla justru sibuk mencuri curi pandang pria di sebelahnya. Memindai pria itu dengan seksama. Penampilan apa adanya, kemeja merk biasa, jam tangan bermerk namun sudah ketinggalan zaman, sepatu kulit yang lusuh, juga mobil kelas standar membuatnya yakin jika pria ini tidak berbahaya. Setidaknya pria itu adalah tipe yang santai dan tidak perhitungan. Wajah pria itu memang sangat tampan, namun terasa sangat dingin di permukaan. Membuatnya was was. Tapi entah kenapa dia percaya jika pria ini akan menolongnya. "Kenapa orang orang itu mengejarmu?" Suara itu membangunkan Starla dari lamunannya. Pertanyaan itu, membuat dadanya sesak. "Mereka orang orang suruhan Mama." Starla mengalihkan pandangan ke luar jendela. Menikmati udara Bali dengan pikiran terbuka. Mencoba membuang kesialan karena telah terlahir dari rahim serta keluarga yang salah. Aero diam. Mungkin gadis itu tidak ingin masalah pribadinya di ketahui orang. Jadi dia mengurungkan niat untuk mengetahui lebih jauh. Lagi pula, ini juga bukan urusannya. Ikut campurpun tidak akan membuat semua lebih baik. Sudah cukup lama berkendara namun suasana di dalam mobil masih sangat canggung. Tidak ada pembicaraan, tidak ada perbincangan. Semua seakan larut dengan pemikiran serta permasalahan mereka masing masing. Starla juga bungkam. Dia tidak peduli kemana pria itu membawanya. Dia terlalu malas untuk mencari tau. ------• --• Beberapa saat berkendara, Aero menghentikan mobilnya. Membuat Starla mengedarkan pandangan, mengawasi sekeliling dengan tatapan penuh tanya. Pantai?? Starla mengerjapkan mata. Jadi, pria itu membawanya ke pantai? "Hei pria tampan, kenapa kamu membawaku ke sini?" Sekarang Starla merasa perlu untuk mencari tau karena masalah ini mendadak menjadi sangat penting. Sejujurnya dia takut pria itu akan melakukan sesuatu kepadanya. Meski pemikiran itu cukup berlebihan, namun.. tidak ada salahnya untuk berhati hati. Takutnya.. pria itu adalah seorang pembunuh berdarah dingin, psikopat, buronan polisi, pelaku tindak kriminal, teroris, dan itu membuat bulu tengkuknya meremang. Apakah sudah terlambat untuknya menyesal sekarang? Aero segera turun dari mobil tanpa menjawab pertanyaan Starla. Dia membuka pintu belakang mobil dan mengambil sebotol wine. Kemudian melangkah menuju pantai. Bagaimanapun, kedamaiannya di pantai sebelumnya telah terganggu dengan kedatangan Starla. Jadi dia kembali mendatangi pantai yang berbeda untuk melepas penat. "Hei..." Starla berteriak nyaring saat melihat Aero meninggalkannya begitu saja. Tidak tau bagaimana nasibnya sekarang. Aero menoleh setelah mendengar teriakan Starla. "Kalau mau ikut, silahkan! Kalau tidak, silahkan pergi dengan menggunakan taksi atau apapun itu. Aku tidak peduli!" Dia melenggang pergi begitu saja dan kembali melangkahkan kakinya ke bibir pantai. Kemudian mendudukkan diri di atas pasir. "Aish.." Starla mendesis. Pria ini benar benar menyulut emosinya. Dia mengawasi ke sekeliling, namun tidak ada orang ataupun kendaraan milik orang lain selain milik Aero. Lagi lagi.. Starla tidak mempunyai pilihan. Mau tidak mau, suka tidak suka, setuju tidak setuju dia turun dan mengejar Aero. Lalu mendudukan diri begitu tiba di samping Aero. Starla menatap pria itu kala meminum wine langsung dari botolnya. Kemudian merebutnya, "aku juga mau minum."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD