Dinginnya harapan

1120 Words

Sesuai janji mereka pada Zahra, Khairan berhasil membawa Ayunda pulang tepat lima belas menit sebelum azan Magrib berkumandang. Ketepatan waktu itu seharusnya membawa kelegaan, namun setibanya mereka di ambang pintu rumah Ayunda, udara dingin mencekam menyambut mereka. Bukan hanya dari mendung yang menggantung, bahkan kehangatan lampu-lampu ruang tamu yang menyala terang benderang pun serasa redup oleh keberadaan Zahra. Wanita itu duduk tegak di sofa, Al-Qur’an tergeletak di pangkuannya, halaman-halaman suci yang menjadi saksi bisu berapa lama ia telah menunggu. "Syukurlah, kami tiba tepat waktu." Khairan berusaha memecah keheningan. Sayang, suaranya terdengar terlalu keras di tengah kebisuan yang ada. Zahra hanya melirik, sorot matanya sedingin es. Tanpa senyum, tanpa anggukan. "Masuk

Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD