Akses Jalan Keluar Atau Ruangan Rahasia.

5000 Words
Karena Exlin sudah melihat apa yang ingin Exlin ketahui dalam kamar ibu, dan ayah Endi saat itu, Exlin langsung saja memeriksa sebuah pintu besi yang ada di bawah tempat tidur tersebut dan hasilnya seperti yang Exlin pikirkan, pintu itu bisa menjadi sebuah akses bawah tanah yang tentu saja bisa Exlin lewati untuk kabur dari tempat tersebut. Bahkan dengan menceritakan apa yang sebenarnya direncanakan Exlin, dan Zin ibu Endi ikut akan membantu dan mendukung apa yang direncanakan Exlin, dan Zin untuk bisa kabur dari tempat ini. Setelah perbincangan yang cukup panjang Exlin sambil memeriksa pintu tersebut yang terlihat jika pintu tersebut memang memiliki beberapa mir yang mungkin saja bisa Exlin buka dengan sebuah kunci yang sudah Zin berikan kepadanya saat itu. " Bu sekarang aku sudah seperti ini melihat apa yang ada disini, dan berpikir sepertinya ini memang bisa kita gunakan sebagai akses jalan kabur dari tempat ini. Tapi bu ada hal yang aku pikirkan sekarang bu. ( Exlin terdiam, melamun ),"ujar Exlin. " Bagus lah jika seperti itu nak, jika kalian membutuhkan akses ke kamar ini lagi kalian tak usah sungkan untuk masuk saja, tak apa-apa. Dan untuk itu, apa yang kalian pikirkan nak?"tanya ibu Endi. " Ya bu terimakasih. Itu berkaitan dengan Zin bu, aku khawatir dengannya bu yang saat ini dibawa oleh anak buah Jhat bu, apa Zin tak akan apa-apa, dan apakah Zin akan kembali kemari, aku takut memikirkan hal itu bu. Aku memang dari tadi seperti tak memikirkan apa-apa tapi dalam hatiku aku sangat khawatir bu, sampai sebelum aku melakukan hal ini aku sempat tak ingin melakukan apa-apa dan hanya ingin menunggu Zin saja, karena aku takut, dan sangat cemas dengan Zin bu. Tapi untungnya apa yang sudah pernah aku bicarakan dengan Zin membuat ku sadar jika aku yang hanya berdiam diri tak akan berguna apa-apa, sampai aku akhirnya mau melakukan hal ini agar nanti saat Zin pulang kemari aku langsung bisa menunjukan hal ini kepada Zin bu. Tapi jujur saja aku sangat cemas, dan khawatir terhadap Zin bu, apa tak akan ada hal buruk yang terjadi kepada Zin bu,"ujar Exlin menceritakan apa yang menjadi pikirannya saat ini, sehingga hampir saja memiliki pikiran tak mau melakukan apa-apa lagi karena khawatir dan sangat cemas kepada Zin saat itu. " Tentang itu? apakah Zin ikut dibawa dengan para wanita itu ke club lain nak? jika seperti itu aku pikir tak ada yang harus di khawatirkan atau membuat mu sangat cemas nak, karena seperti biasanya banyak wanita yang dibawa ke club lain tapi sebelum pagi mereka sudah kembali kemari kan nak? itu berarti Zin juga sepertinya seperti itu, Zin akan kembali seperti wanita yang biasanya mereka bawa untuk bekerja si club lain nak, aku pikir kau tak perlu memikirkan hal itu terlalu berlebihan nak, tak apa-apa,"ujar ibu Endi. " Tapi sebelum Zin di bawa, Zin bilang jika saat Zin dibawa menghadap Jhat, dia mengatakan memang akan mempekerjakan Zin tapi tak dibawa ke club lain bu hanya akan di pekerjakan paksa di club ini. Itu yang sempat Zin katakan padaku sebelum Zin di baba oleh anak buah Jhat tadi bu,"ujar Exlin menjelaskan apa yang Zin sempat katakan sebelum pergi. " Oh ya? jika seperti itu, tentu saja kau sangat tak perlu berlebihan memikirkan Zin nak, karena tadi kau bilang Zin hanya akan di pekerjakan di club ini kan, bukan dibawa ke club lain seperto para wanita yang memang setiap malam dibawa pergi, karena adanya pertukaran pekerja dengan club lain nak,"ujar ibu Endi menjelaskan jika apa yang dikatakan Zin benar tentu saja Exlin tak perlu khawatir berlebihan karena Zin tak dibawa pergi, Zin hanya di pekerjakan di club tersebut. " Ya bu sebelum Zin dibawa, Zin sempat berkata seperti itu. Ya baiklah bu setelah berpikir lagi sepertinya apa yang ibu katakan benar, Zin bilang dia tak ikut dibawa dengan para wanita yang seperti biasa di tukar untuk bekerja, tapi Zin hanya pekerjakan di club ini. Baik bu terima kasih. Apa yang di katakan Zin selalu benar, termasuk saat Zin bilang jika dengan menceritakan apa yang sedang aku rasakan bisa membuat perasaan ku menjadi lebih tenang, karena bisa melepaskan sebuah pikiran yang menjadi beban dalam otak ku. Terima kasih bu, sepertinya sekarang aku lebih baik keluar saja dulu dari sini, aku sudah tahu tentang sebuah akses yang sepertinya bisa aku gunakan untuk kabur dari sini, yang harus aku lakukan sekarang hanya tinggal menunggu Zin kembali dan menunjukan hal ini kepada Zin bu,"ujar Exlin dengan wajah, dan perasaan saat itu lebih tenang karena bisa melepaskan sebuah pikiran yang membebani nya saat itu. " Ya itu adalah hal yang sangat benar nak, kau bisa menceritakan apa yang menjadi beban dalam pikiran mu agar kau bisa merasa lebih baik karena tak ada yang membebani pikiran mu dengan rasa khawatir, dan cemas yang kau pendam sendiri nak. Ya baiklah jika kau bilang seperti itu, jika Zin sudah kembali dan kau ingin masuk ke dalam sini kau tinggal bilang saja Exlin, jangan sungkan. Jika melihat keadaan Zin yang di pekerjakan di club ini, tak dibawa ke club lain seperti beberapa wanita tersebut aku pikir Zin akan di kembalikan ke ruangan ini saat hari sudah melewati pagi Exlin, jadi lebih baik saat ini kau istirahat saja dulu, kau juga harus beristirahat Exlin, kau tak bisa seperti ini. Kau tak akan berguna, dan tak akan bisa membantu Zin jika kau dalam keadaan kurang baik apa lagi kau sampai sakit Exlin, jadi aku pikir sebaiknya kau beristirahat saja dulu sekarang Exlin, saat hari sudah pagi kau bisa bangun dan tentu saja aku pikir Zin akan sudah ada Exlin,"ujar ibu Endi bicara seperti itu menyarankan agar lebih baik Exlin menjaga kondisi tubuhnya dan beristirahat untuk malam ini agar esok hari saat Zin sudah kembali Exlin dengan keadaan yang baik bisa menunjukan hal ini kepada Zin. " Oh ya bu aku pikir kau benar, aku tak boleh sampai sakit karena jika aku sakit tentu saja aku tak akan berguna, dan sedihnya tentu saja aku tak akan bisa membantu Zin dalam hal ini. Terima kasih untuk waktunya bu, dan nasehat mu itu sangat berguna untuk ku, aku akan beristirahat saja dulu, dan bangun disaat Zin sudah pulang, dan untuk alat-alat dalam tas ini apa kau bisa menjaganya untuk ku bu?"ujar Exlin menerima apa yang disarankan ibu Endi, lalu berniat untuk menitipkan alat-alat yang Zin berikan kepadanya untuk di jaga oleh ibu Endi saat itu. " Oh alat-alat itu, tentu, tentu kau bisa menyimpannya disini Exlin, tenang ini akan aman disini,"ujar ibu Endi. Exlin langsung saja keluar kamar tersebut saat itu, dan berniat untuk beristirahat malam itu sehingga keesokan harinya Exlin dalam keadaan yang baik untuk menunjukan apa yang sudah Exlin ketahui tentang pintu yang ada di kamar ibu, dan ayah Endi tersebut. Tanpa berpikir hal lain Exlin langsung saja mencari tempat untuk nya beristirahat malam ini. Keesokan harinya Exlin dikagetkan dengan tarikan seseorang terhadap nya yang tentu saja langsung membuat Exlin terbangun, bingung saat itu. " Enak sekali kau tidur seperti seorang tuan heh, ayo jalan hari ini kau dan orang tua itu harus bisa lebih banyak menghasilkan uang untuk kami disini. Ayo cepat, hey kau orang tua minggir suami mu akan kembali bekerja menjadi seorang pengemis bersama anak ini sekarang. Ayo jalan,"ujar anak buah Jhat saat itu sambil menarik Exlin, dan ayah Endi saat itu. Membawa mereka keluar club, dan kembali masuk ke dalam mobil lalu pergi. Sebelum Exlin keluar dari club tersebut Exlin mencoba melihat ke sekitar, mencari dimana Zin saat itu, tapi anak buah Jhat terlalu kasar menarik Exlin keluar sehingga Exlin hanya bisa melihat Zin yang sedang ada di dekat toilet tersebut dengan kondisi yang masih terkapar tak sadarkan diri. " Zin aku harap kau tak apa-apa, aku kan menceritakan apa yang sudah aku lihat di kamar ibu Endi kepada mu nanti saat aku sudah kembali Zin, tunggu aku,"ujar Exlin dalam hatinya seperti itu. Lalu Exlin langsung saja dibawa pergi menggunakan mobil saat itu bersama dengan ayah Endi, dipaksa kembali untuk mengemis di jalanan. Sementara itu beberapa jam kemudian setelah Exlin sudah pergi, Zin terbangun dengan suara sapaan dari seorang wanita. " Nak bangunlah kau tak apa-apa? Zin?"ujar seseorang sambil menepuk bahu Zin. Lalu perlahan Zin bangun, terduduk dan langsung saja menatap ke arah seseorang yang sedang menepuk bahunya yang membuat Zin terbangun. " Oh bu maaf aku tak biasanya tidur sampai sangat larut, bahkan bukan larut aku tidur saat hari sudah menjelang pagi bu sampai sudah siang seperti ini aku baru bisa bangun, itu pun dengan bantuan mu yang membangunkan ku bu. Kemana anak yang kemarin berbincang dengan ku bu?"ujar Zin seperti itu, dan bertanya tentang Exlin. " Anak yang kemarin? maksud mu Exlin nak? kau bisa menyebut namanya sekarang kau tak perlu menyembunyikan sesuatu lagi dari ku tentang Exlin na, Exlin sudah menceritakan semuanya. Tenang kau tak usah cemas, kau percaya kan aku bukan orang jahat, aku tak akan membuka mulut kepada siapapun disini dengan apa yang kau rencanakan Zin, harus nya aku berterima kasih kepada mu Zin karena tentu saja apa yang menjadi rencana mu adalah hal yang sangat baik untuk kami semua disini itu berarti tentu saja aku harus mendukung keberhasilan rencana mu Zin. Exlin sudah mengatakan semuanya kepada ku, aku juga sudah bilang jika tujuan mu juga adalah hal yang kami harapkan sampai tentu saja kamar ku akan sangat terbuka untuk mu Zin, kemarin malam saat kau di pekerjakan oleh anak buah Jhat Exlin sudah terlebih dahulu mencari tahu apa hal yang menjadi rasa penasarannya saat itu. Sebenarnya Exlin sudah terbiasa masuk ke kamar ku karena dia dengan sangat baik, membantu ku memasukan suami ku beristirahat di dalam kamar, tapi kemarin saat Exlin sudah selesai membantu ku, Exlin melamun seperti memiliki sebuah pertanyaan tapi dia ragu untuk menanyakannya sampai akhirnya aku saja yang bertanya padanya, dan kami pun berlanjut membicarakan apa yang sebenarnya Exlin inginkan sehingga Exlin langsung saja melakukan apa yang ingin Exlin lakukan, untuk ketahui mengenai sebuah pintu gorong-gorong bawah tanah yang bisa saja menjadi akses jalan kalian melarikan diri kalian. Tapi sebelum aku melanjutkan cerita ku alu pikir kau membutuhkan waktu untuk ke toilet terlebih dahulu Zin, kemari,"ujar ibu Endi seperti itu menjelaskan jika Exlin sudah menceritakan apa yang menjadi rencananya masuk ke dalam club ini dan keberhasilannya mengetahui sedikit tentang pintu yang akan bisa menjadi akses mereka kabur dari club ini, tapi dengan langsung menarik Zin ibu Endi membawa Zin masuk ke dalam toilet saat itu. Lalu dengan cepat Zin langsung saja di buat ibu Endi masuk ke dalam toilet lalu menghadap ke sebuah cermin yang ada di toilet tersebut. Betapa terkejutnya Zin saat melihat dirinya di hadapan cermin karena di leher, dahi, dan pipinya dipenuhi dengan warna merah yang entah apa itu, saat Zin bingung, dan kaget melihat itu ibu Endi seperti yang sudah tahu, dan biasa dengan tenang mengambil sebuah lap yang langsung saja ibu Endi berikan kepada Zin saat itu. " Tenang lah Zin, aku pikir kau tak apa-apa semalam hanya saja kau sepertinya dengan tak sadarkan diri menjadi seorang pria pemuas nafsu para wanita yang bermain ke club ini Zin. Maaf nak ibu tak bisa memberitahu mu di awal apa yang akan terjadi padamu karena percuma ibu memberitahu mu juga anak buah Jhat akan tetap memaksamu melakukan pekerjaan yang sangat mereka inginkan agar mereka mendapatkan uang dari hasil kau kerja Zin. Kau harus sabar Zin,"ujar ibu Endi menasehati Zin sambil tangannya yang mengelus kepala Zin, dan bahunya menenangkan Zin yang hanya bisa terdiam tak percaya dengan kejadian yang telah menimpanya malam itu. " Aku, jadi aku tadi," " Sudahlah nak lupakan itu, ibu tak berpikir buruk tentang mu karena kau adalah anak yang baik nak, sudah jangan pikirkan hal yang terjadi padamu malam tadi nak karena kau dipaksa dan di beri obat sehingga kau tak sadarkan diri saat itu sehingga tentu saja kau tak bisa disalahkan untuk hal itu nak, sudah tak apa-apa, tenangkan lah dirimu,"ujar ibu Endi dengan terus mengelus kepala Zin menenangkan perasaan Zin yang saat itu terus saja berdiam diri dengan wajah yang hanya bisa menatap kosong ke depan tanpa berbuat atau bicara apapun. Meskipun ibu Endi bicara seperti itu tapi Zin hanya terus saja berdiam diri dengan tatapan kosongnya yang terlihat dengan jelas wajah tak percayanya, lalu perlahan Zin terduduk dengan lap di tangannya, terus saja menunjukan dengan jelas wajah tak percayanya dengan terus saja menatap ke depan dengan tatapan kosongnya. " Aku? wanita-wanita itu, anak buah Jhat. Sialan, aku berjanji aku akan menangkap kalian semua, kalian akan mendekam di penjara karena perbuatan kalian selama ini, aki berjanji dengan itu,"ujar Zin dalam hatinya terlihat sangat marah sambil mengepalkan tangannya, yang sontak dengan wajahnya yang menyeringai berpikir seperti itu. " Zin kau tak apa-apa? kau sudah membersihkan dirimu Zin?"ibu Endi bertanya seperti itu kepada Zin yang saat itu terlihat jadi memeluk kedua kakinya, seperti menyesali apa yang sudah Zin alami malam itu. Tapi tak lama setelah ibu Endi bicara seperti itu, Zin mengangkat kepalanya.." Aku tak apa-apa bu, aku hanya masih merasa sedikit pusing karena aku tadi sangat kekurangan istirahat yang menyebabkan lemas, dan pusing bu. Aku tak apa-apa. Oh ya aku belum membersihkan diriku, aku akan membersihkan diriku sekarang bu maaf aku masuk ke kamar mandi dulu,"dengan wajah yang memancarkan senyuman, ujar Zin berkata seperti itu yang tentu saja mengundang rasa penasaran ibu Endi saat itu, tapi Zin langsung saja masuk ke dalam kamar mandi toilet tersebut sehingga membuat ibu Endi tak jadi bertanya kepadanya. Sementara Zin yang membersihkan bekas lipstik dan lain-lain yang menempel di leher sampai dahi nya terlihat jika ibu Endi meninggalkan toilet dan membiarkan Zin membersihkan dirinya sendiri. Sampai beberapa saat kemudian Zin sudah selesai membersihkan dirinya sehingga langsung saja keluar dari toilet dengan keadaan yang lebih segar meskipun dengan bekas merah tadi masih ada di bagian leher Zin saat itu, lalu tiba-tiba ibu Endi kembali menghampiri Zin saat itu memberikan Endi sebuah lap seperti syal yang bisa Zin gunakan untuk menutupi ruam merah yang ada di leher Zin saat itu. " Terima kasih bu, ini yang aku butuhkan kau begitu mengerti, terima kasih. Tapi darimana kau mendapatkan syal ini bu?"ujar Zin lalu bertanya. " Itu adalah syal yang dimiliki keluarga kami Zin, aku, Endi, ayah Endi masing-masing dari kita memegang 1 syal ini, sampai sekarang syal ini masih kami simpan bahkan ayah Endi pun masih menyimpan syal tersebut, tapi entahlah dengan Endi. Dengan keadaan Endi yang mengalami trauma, dan stress seperti itu pastinya Endi tak akan ingat dengan syal ini betapa berartinya syal ini di keluarga kami nak,"ujar ibu Endi sambil menangis menceritakan tentang berartinya syal ini di keluarganya termasuk Endi. " Jika syal ini begitu berarti kenapa ibu memberikannya padaku bu? aku tak apa-apa tak usah kau berikan aku syal ini bu, tak apa-apa. Dan untuk syal ini kau tak perlu khawatir karena saat aku pertama kali melihat Endi alu selalu melihatnya dengan sebuah boneka di tangan, dan syal seperti ini yang selalu menempel di kerah bajunya bu, meskipun Endi mengalami trauma, dan stress yang berkepanjangan tapi untuk hal sepenting ini sepertinya Endi ingat dengan sangat, dan menjaga dengan sangat tradisi, atau sebuah tanda keluarga seperti ini bu. Aku dengan jelas melihat jika Endi selalu mengenakan, dan membawa syal tersebut kemana pun dia pergi bu, tenang saja. Menurut ku kau patut bangga kepada Endi karena meskipun Endi mengalami trauma Endi masih sangat menjaga sebuah tradisi yang ada dalam keluarganya bu,"ujar Zin berkata seperti berharap ibu Endi akan senang mendengarkan Endi yang sampai saat ini terus menjaga syal tersebut, dan selalu mengenakannya. " Benarkah itu Zin? kau yakin? kau tak bohong kan Zin? ini bukan hanya alasan mu agar membuat ku senang kan Zin?"tanya ibu Endi dengan tak sabar sehingga melontarkan beberapa pertanyaan. " Ya bu tentu aku tak bohong, aku tak tak mengarang cerita. Aku bicara seperti ini karena memang itu lah yang aku lihat dari Endi bu, jika kau tak percaya tunggu saatnya kau keluar dari sini sehingga kita bisa langsung menghampiri Endi, dan kau bisa langsung melihat apa perkataan ku benar atau hanya sebuah omong kosong yang hanya ingin membuat mu tersenyum saja dengan berbohong mengatakan apa yang ingin kau katakan mengenai Endi bu. Kau bisa melihatnya sendiri nanti saat waktunya sudah tiba bu,"ujar Zin meyakinkan ibu Endi jika Zin tak berbohong bicara tentang Endi yang seperti ini sampain saat ini. " Baiklah nak terima kasih, aku percaya padamu Zin, aku yakin dan percaya padamu, terima kasih Zin. Kau jangan bicara seperti itu seolah kau kecewa dengan ku yang seperti tak percaya padamu nak, alu percaya padamu terima kasih. Aku sangat merasa tak sabar ingin bertemu dengan Endi aku sangat merindukan Endi nak. Aku harap secepatnya aku bisa bertemu dengan Endi,"ujar ibu Endi bicara seperti itu, lalu bicara tentang dirinya yang sangat rindu ingin bertemu dengan Endi. " Ya terima kasih bu karena kau sudah percaya padaku. Sabar bu aku yakin kita akan segera bisa keluar dari sini bu, karena aku secepatnya melakukan percobaan pelarian dari sini bu. Apa aku bisa melihat ke kamar mu sekarang bu?"ujar Zin berkata seperti itu, lalu bertanya. " Ya nak tentu. Kau ingin melihatnya sekarang tentu saja Zin, kau, dan Exlin tentu saja bisa masuk dan menggunakan kamar ku untuk hal yang tentu saja baik Zin,"ujar ibu Endi. " Ya baik bu terima kasih,"jawab Zin sambil berdiri. Lalu dengan memegang tangan Zin tiba-tiba ibu Endi langsung saja memakaikan syal miliknya di leher Zin, menutupi ruam yang berbekas di leher Endi saat itu. " Tapi bu ini," " Jangan di lepaskan Zin, kau adalah bagian dari keluarga ku. Maaf jika aku sembarangan tapi Zin kau sangat baik, bahkan kau sudah menjaga Endi, tentu saja kau sudah sangat membantu ku, kami sudah sangat berhutang budi padamu Zin. Jika hal seperti ini saja aku masih berpikir memberikan mu atau tidak syal ini sepertinya aku dari orang yang bersyukur Zin. Jadi aku mohon padamu jangan lepaskan syal ini Zin, biarkan aku yang berhutang budi ini sedikit bisa membalas kebaikan mu yang luar biasa, sangat lebih baik dari ini Zin. Kau bisa mengerti ini kan Zin?"ujar ibu Endi dengan sangat yakin seperti itu sambil memegang Endi yang sudah di pasangkannya syal sebagai penutup ruam di lehernya yang cukup mengganggu dan sepertinya aku membuat Zin malu jika ada orang yang melihatnya. " Baik bu tapi kau tak usah merasa berhutang budi seperti itu karena sudah tugas ku di panti menjadi seorang perawat menjaga anak-anak termasuk Endi bu. Lalu karena melihat Endi yang seperti itu tentu saja hatiku merasa tersentuh dan ingin berusaha membantu Endi agar bisa sembuh dari trauma yang dia rasakan bu,"ujar Zin mengatakan jika semua itu adalah hal yang wajib Zin lakukan sebagai seorang perawat yang tentu saja ingin bertanggung jawab dengan tugasnya termasuk bertanggung jawab kepada Enda salah satu anak yang menghuni panti tersebut sampai tentu saja ibu Endi tak usah merasa berhutang budi kepada Zin karena hal tersebut. " Ya tapi tetap saja nak jika tak ada perawat seperti kau yang mau menampung Endi entah bagaimana kondisi Endi sekarang, aku tak dapat membayangkan itu. Terima kasih,"ujar ibu Endi kembali berterima kasih kepada Zin. " Ya sudah bu tak usah di bahas lagi yang terpenting sekarang adalah kita harus kembali memikirkan cara agar kita bisa secepatnya lari dari tempat terkutuk ini bu agar kita bisa bahagia berkumpul bersama dengan keluarga kita termasuk kau yang tentu saja ingin berkumpul bersama Endi bu, itu yang menjadi tujuan utama kita bu,"ujar Zin berkata seperti itu menegaskan kembali tujuannya yang sangat ingin kabur, dan membebaskan semua orang yang menjadi korban penculikan ini agar bisa bebas dan hidup kembali ke kehidupan awal mereka. " Ya nak, aku sangat mengerti maksud mu, terima kasih. Ayo nak kemari lah,"ujar ibu Endi. " Tunggu sebentar bu, apa tak akan ada yang curiga dengan ku yang tentu saja baru di sini tapi sudah bisa dengan mudah mengajak ku masuk ke dalam kamar mu bu, apa urusan ku dengan mu sampai bisa dengan mudah masuk ikut dengan mu,"ujar Zin bertanya hal seperti itu karena tentu saja takut akan ada orang yang curiga dengan Zin yang tentu saja baru tapi dengan mudah akrab dan bisa masuk begitu saja ke kamar ibu Endi. " Tentang itu aku tak memikirkannya, maaf nak kau benar jika kau dengan mudah masuk seperti orang yang sudah akrab saja dengan ku akan ada orang yang curiga dengan kau Zin. Kita harus menyusun rencana agar bisa mengelabui mereka sehingga mereka tak curiga terhadap mu Zin. Dan apa itu bisa kau pikirkan? aku sudah tua cara berpikir ku menjadi lambat Zin,"ujar ibu Endi dengan seperti sedikit bercanda mengatakan jika dirinya sudah begitu tua untuk bisa berpikir suatu rencana dengan cepat. " Sepertinya hal itu yang harus kita pikirkan sekarang bu," " Kau tunggu disini Zin, saat aku berteriak kau tahu kan apa yang harus kau lakukan,"dengan langsung berdiri dan pergi ibu Endi langsung saja menuju ke kamarnya saat itu, tanpa Zin bisa lagi bertanya terlebih dahulu. Beberapa saat kemudian Zin menunggu si tempatnya yang berdekatan dengan toilet, tiba-tiba. " Blug aw,"suara dari kamar ibu Endi berasal. Zin lantas kaget dengan suara yang sekeras itu sehingga Zin langsung saja berlari menghampiri ibu Endi saat itu. " Jadi ini maksud ibu Endi tadi, oh ya aku harus pura-pura kaget dan khawatir dengan keadaannya. ( Dalam hati Zin berkata seperti itu ). Bu, bu kau tak apa-apa, apa yang membuat mu bisa jatuh seperti ini, kalian maaf apa ada yang mungkin bisa membantu ibu ini?"ujar Zin dengan wajah yang khawatir saat itu dengan memegang ibu Endi yang terjatuh saat itu. " Tak apa-apa nak, dan kalian semua tenang saja kalian tak usah melakukan apa-apa, nak kau adalah satu-satunya pria disini bisa kau bantu aku duduk di tempat tidur agar aku bisa beristirahat disana nak,"ujar ibu Endi saat itu dengan nada yang merintih kesakitan. " Oh ya bu baiklah jika seperti itu, ayo bu aku bantu kau naik ke tempat tidur,"ujar Zin sambil mengangkat ibu Endi agar bisa naik ke tempat tidur saat itu. " Terima kasih nak kau baik sekali, semuanya terima kasih tapi aku tak apa-apa, ada anak ini yang bisa membantu ku, terima kasih,"ujar ibu Endi. Beberapa saat kemudian semua orang yang tadi sempat ramai menghampiri ibu Endi yang pura-pura terjatuh sudah mulai pergi ke tempat mereka masing-masing, sampai akhirnya tak ada orang selain ibu Endi, dan Zin di kamar tersebut. " Bu apa tak akan ada orang yang datang kemari lagi?"tanya Zin. " Sepertinya tak akan ada lagi orang yang berani kemari nak, karena pengalaman ku selama berada disini, orang-orang disini, tak ramah seperti kau atau Exlin nak. Jadi setelah mereka pergi tentu saja mereka tak akan kembali lagi untuk melihat ku apa lagi mengkhawatirkan ku nak. Sudah tak apa-apa tenangkan lah dirimu dulu tunggu sebentar lalu jika memang tak ada orang kembali yang menghampiri ku, tentu saja tak akan ada lagi orang nak, kau bisa melihat ke bagian bawah tempat tidur ini, untuk mengetahui lebih jauh apakah pintu tersebut memang bisa kau jadikan akses mu untuk melarikan siri dari sini nak,"ujar ibu Endi bicara seperti itu kepada Zin, agar menunggu dulu sebentar untuk sekilas melihat situasi. " Ya baiklah bu aku pikir kau benar mengenai itu, sebaiknya aku tak terburu-buru jika ada kesalahan sedikit saja aku pasti akan sangat dalam bahaya bu, maka dari itu aku harus bisa tenang dan mengontrol diriku untuk bisa menjalankan rencana ini sebaik mungkin tanpa ada orang yang mengetahui rencana kita bu,"ujar Zin menenangkan dirinya terlebih dahulu sebelum benar-benar melakukan sebuah rencana yang berhubungan dengan kamar ibu Endi saat itu. Lalu Zin, dan ibu Endi menunggu beberapa saat tentu saja untuk mengawasi situasi di sana saat itu sampai karena tak terlihat ada orang yang kembali menghampiri ibu Endi, atau Zin saat itu, tentu Zin langsung saja melakukan apa yang dari awal sudah Zin niatkan yaitu mencari tahu lebih tentang sebuah pintu besi yang ada telat di bawah tempat tidur ayah, dan ibu Endi seperti yang di bilang oleh Exlin saat itu. " Zin tadi sebelum Exlin pergi dia menitipkan ini kepada ku, dia bilang ini adalah sebuah benda yang kau siapkan yang tentu saja bisa berguna untuk mu disini Zin,"ujar ibu Endi dengan langsung saja mengeluarkan tas kecil yang berisi beberapa kunci, dan peralatan yang sepertinya akan berguna untuk membantu Zin mencoba melarikan diri dari tempat tersebut. " Oh barang-barang ku terima kasih bu, ini tadi aku," " Kau tadi memberikannya kepada Exlin kan nak, tapi saat Exlin dibawa pergi untuk kerja kembali menjadi pengemis Exlin menitipkan peralatan ini kepada ku, karena jika sampa alat-alat ini sampai di ketahui oleh anak buah Jhat tentu saja mereka akan curiga dan mengambil alat-alat ini Zin, maka dari itu Exlin langsung saja menitipkannya kepada ku. Karena sekarang kau akan melakukan hal yang sama dengan Exlin, tentu saja kau akan membutuhkan alat-alat ini Zin, benarkan? jadi ini ambillah Zin, tenang saja aku menjaganya dengan benar-benar, aku tak membuka tas tersebut jadi tentu saja tak akan ada yang hilang apa lagi berkurang disitu Zin,"ujar ibu Endi sambil memberikan tas yang berisi alat-alat seperti sebuah kunci yang bisa membuka sebuah mur yang tentu saja akan sangat dibutuhkan dalam percobaan Zin melarikan diri. " Terima kasih bu karena sudah menjaga ini dengan sangat baik, tentu saja anak buah Jhat tak boleh sampai tahu mengenai hal ini jika sampai mereka tahu tentu saja mereka akan merampas semua ini, dan harapan kita untuk bisa kabur dari sini akan sirna bu. Baiklah aku ambil ini bu, dan bisakah aku melihat ke bawah tempat tidur mu sekarang bu?"ujar Zin, lalu bertanya seperti itu kepada ibu Endi. " Ya tentu Zin ayo lakukanlah apa yang ingin kau lakukan sepertinya keadaan disini sudah aman, jadi kau bisa leluasa mencari tahu segala hal yang membuat mu penasaran Zin termasuk dengan sebuah pintu besi yang ada di bawah tempat tidur ku Zin,"ujar ibu Endi sambil langsung saja memindahkan letak tempat tidurnya tersebut seperti tadi saat Exlin yang memeriksa kamarnya tersebut, karena jika tempat tidur tersebut tak di pindahkan tentu saja kejadian yang sama dengan Exlin akan terjadi pada Zin sekarang, yaitu Zin tak akan bisa melihat pintu tersebut karena gelap tertutupi dengan tempat tidur tersebut. " Terima kasih bu, tak apa-apa biarkan aku yang menggeserkan tempat tidur itu bu. Tapi apa memang kita harus menggeserkan tempat tidur ini bu? kenapa kita tak biarkan saja tempat tidur tersebut ada disana bu, biar aku yang masuk ke kolong tempat tidur tersebut, itu tak akan apa-apa kan?"ujar Zin dan bertanya. " Tadi Exlin juga mencoba seperti itu nak, tapi tentu saja dia tak bisa melihatnya karena tak ada sebuah lampu atau apapun yang bisa dia gunakan untuk melihat pintu yang ada di bawah tempat tidur ini nak, lalu jika kau tak memindahkan tempat tidur ini apa kau bisa melihat di bawah sana Zin?"ujar ibu Endi. " Oh ya bu kau benar aku tak memiliki sesuatu yang bisa aku gunakan untuk bisa melihat dalam kegelapan. Baik bu terima kasih, aku akan mulai melihat pintu yang ada di bawah tempat tidur ini bu, maaf aku sedikit cemas, bisa kau kendalikan kondisi diluar agar tak ada yang masuk ke dalam sini bu?"ujar Zin seperti itu. " Ya tentu saja nak, aku akan berdiam diri di depan sana dekat pintu agar jika ada yang mendekat atau pun mencoba masuk kemari aku bisa langsung menyampaikannya padamu nak,"ujar ibu Endi, sambil pergi ke dekat pintu saat itu. Disaat ibu Endi sudah siap melihat situasi di dekat pintu, tentu saja Zin tak membuang waktu untuk melakukan hal lain, dan langsung saja mencoba mencari tahu apa yang ingin Zin ketahui dari sebuah pintu tersebut. " Bu maaf, aku ingin bertanya padamu. Apa Exlin bicara sesuatu padamu yang mungkin ingin Exlin sampaikan padaku? atau mungkin dia bicara sesuatu mengenai pintu ini?"tanya Zin. " Exlin tak bicara apapun untuk disampaikan padamu nak, tapi aku sempat mendengar jika Exlin bilang pintu tersebut memang bisa dibuka tapi harus menggunakan sebuah kunci. Karena Exlin melihat beberapa mur yang ada di sudut-sudut pintu tersebut Zin. Aku tak tahu kenapa Exlin tak sampai mencoba langsung membuka pintu tersebut dengan menggunakan kunci-kunci tersebut, tapi hanya itu yang Endi katakan nak,"ujar ibu Endi menceritakan apa yang sempat Endi bilang tentang pintu tersebut tapi tanpa bicara ada hal yang ingin disampaikannya untuk Zin melalui ibu Endi saat itu. Sampai saat itu Zin langsung saja kembali memeriksa pintu tersebut, dan benar saja apa yang di katakan ibu Endi mengenai beberapa mur yang sepertinya memang bisa dibuka dengan menggunakan sebuah kunci, yang Zin langsung saja mencoba untuk lebih memeriksa pintu tersebut dengan berniat untuk langsung mencoba membuka mur yang ada di sudut-sudut pintu tersebut. " Sebenarnya aku tak asing dengan mur yang mengunci sudut-sudut pintu ini tapi aku tak tahu apa dalam tas ini ada kunci yang pas dengan mur tersebut sehingga aku bisa membukanya. Ah lebih baik aku langsung saja membuka tasnya dan mencocokan mur yang ada di pintu ini dengan yang aku bawa, semoga saja ada sebuah kunci yang pas agar aku bisa membuka pintu ini,"ujar Zin dalam hatinya sambil mengelus, mengelap sudut-sudut pintu tersebut membersihkan beberapa mur yang ada di pintu tersebut sehingga jika mur tersebut sudah bersih dan jelas terlihat Zin langsung saja mengambil beberapa kunci yang semoga saja kunci yang Zin bawa ada yang cocok dengan mur yang ada di pintu tersebut. Sampai Zin melihat, dan mencoba satu per satu sebuah kunci yang Zin bawa dalam tas kecilnya tersebut. Setelah mencoba semua kunci yang Zin bawa, Zin tak menemukan ada kunci yang cocok dengan mur yang ada dalam pintu tersebut, kunci yang Zin bawa malah ada yang lebih kecil, dan ada juga yang lebih besar dari mur yang ada di tas Zin sampai saat itu Zin bingung, dan sempat sudah merasa tegang karena tak ada satu kunci pun yang cocok sehingga bisa membuka mur yang ada di sudut-sudut pintu tersebut. Zin hanya bisa berdiam diri terduduk dengan wajah yang sudah di basahi oleh keringat, dan pikirannya yang sudah merasa bingung, memikirkan bagaimana jika semua kunci yang Zin bawa tak ada gunanya karena tak ada satupun kunci yang cocok dengan pintu tersebut.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD