Demi Sahabat Tentu Ku Siap.

5000 Words
Saat itu Niaz hanya terdiam dengan pikirannya yang entah kemana, melamun tentang perkataan Endi yang dengan sangat yakin, jika apa yang di katakan Endi adalah hal yang benar akan terjadi, sehingga tak dapat di pungkiri jika saat itu Niaz sampai dengan pikiran yang serius terus saja memikirkan hal tersebut. " Niaz kau tak apa-apa? Niaz?"tanya Endi berulang-ulang karena Niaz yang saat itu terus saja menatap kosong dengan melamun saat itu. " Oh, ya Endi kenapa? maaf aku tadi jadi agak melamun, aku melihat hal yang sedikit aneh sehingga aku malah memikirkan nya Endi. Tentang apa yang kau katakan, tenang saja Endi aku disini sekarang, itu berarti apa yang kau katakan mengenai aku tak benar Endi. Aku baik-baik saja, tenang kau tak usah menangis,"ujar Niaz berkata seperti itu, sadar jika Niaz sedang bersama Endi saat itu, dan Endi berkata sesuatu padanya, sesuatu yang membuat Niaz melamun saat itu. " Ya baik Niaz aku sangat bersyukur dengan itu Niaz, kau ternyata tak apa-apa dan kau sekarang ada disini. Aku harap kau tak pergi lagi Niaz meskipun hanya untuk lewat ke club tersebut, aku tak inginkan hal itu Niaz, karena aku tak bisa melupakan pikiran jika akan ada bahaya yang mengancam, dan sekarang orang-orang tersebut lah yang membuat ancaman ini Niaz, bahkan seorang anak yang hilang itu sebenarnya di culik oleh orang-orang jahat yang ada di club tersebut Niaz. Aku tak ingin kau dalam bahaya, aku tak ingin jika sampai kau di culik oleh orang jahat yang ada di club tersebut Niaz,"ujar Endi kembali dengan sangat yakin bicara jika jika orang-orang jahat tersebut berasal dari club tersebut yang lebih penting adalah orang jahat yang menculik seorang anak di dekat club tersebut adalah penjahat yang ada di club tersebut. " Tenang Endi, kau harus tenang karena aku sepertinya tak akan pergi kemana-mana lagi beberapa hari ini, karena kebetulan sekolah libur tentu saja aku tak akan punya alasan, atau pekerjaan untuk pergi dari sini Endi. Kenapa kau begitu yakin dengan hal itu Endi? apa kau pernah melihat orang yang ada di club tersebut jika orang yang ada di club tersebut memang melakukan kejahatan Endi? apa yang membuat mu sangat yakin dengan hal itu sampai kau terus saja bicara jika orang dalam club tersebut adalah dalang dari penculikan anak itu Endi?"ujar Niaz berkata seperti itu, lalu Niaz bertanya tentang kenapa Endi bisa sangat yakin dengan perkataan Endi tersebut. " Aku mengalaminya Niaz, aku mengalaminya. Bahkan setiap malam aku terus saja mengalami hal yang buruk yang di sebabkan oleh orang-orang dalam club tersebut Niaz. Aku tak bisa lupa apa yang terjadi terhadap ku, terhadap keluarga ku Niaz. ( Endi dengan tiba-tiba langsung saja menangis saat itu ), sampai sekarang aku sangat menderita dengan apa yang terjadi padaku saat itu Niaz, aku tak bisa melupakan apa yang di lakukan penculik orang tua ku saat itu Niaz, tepat di hadapan ku dengan sangat kejam, orang itu memukul kepala ayah ku dengan balok kayu sekencang mungkin sehingga balok kayu tersebut langsung berlumuran darah yang berasal dari kepala ayah ku, sampai membuat ayah ku tak sadarkan diri saat itu Niaz, aku takut sendirian merasakan hal yang mengerikan seperti ini Niaz. Setiap malam yang sepi aku terus saja dihantui oleh orang-orang jahat yang ada di club tersebut Niaz, oleh karena itu sekarang aku sangat mengkhawatirkan mu Niaz aku tak ingin jika sampai kau mengalami hal buruk yang di lakukan oleh orang-orang jahat yang ada di club tersebut, jadi aku mohon hati-hatilah Niaz. Sudah sangat sakit untuk ku merasakan kehilangan orang tua yang begitu aku cintai Niaz, aku tak ingin kembali kehilangan orang yang membuat rasa nyaman dalam hatiku meskipun itu bukan keluarga ku. Aku mohon jangan pernah tinggalkan aku, tak apa kan jika aku memanggilmu kakak?"ujar Endi dengan terus saja menangis seperti itu kepada Niaz saat itu, bahkan dengan memohon Endi meminta agar Niaz tak meninggalkan Endi yang sudah bisa merasakan sebuah kenyamanan dari Endi saat itu. Bahkan bertanya tentang Endi yang ingin memanggil Niaz kakak. " Sudah Endi cukup, tenang jika apa yang kau katakan benar, kau merasakan nyaman saat kau ada bersama ku, aku dengan senang hati akan terus ada untuk mu Endi, ditambah lagi tugas ku di panti ini tentu saja membuat anak-anak disini nyaman termasuk dengan mu Endi. Aku akan sangat senang dan sangat ingin terus melakukan ini karena ini bisa membuat mu nyaman dan menerima ku, itu berarti aku sudah berhasil menjadi orang yang berguna di panti ini Endi. Jika dengan menyebut ku kakak, kau merasakan hal yang baik, kenapa aku harus menolak itu Endi, tentu kau boleh memanggil ku kakak Endi, bahkan kau boleh menganggap ku benar-benar kakak mu Endi. Sudahlah jangan menangis lagi Endi, hapus air matamu Endi, tersenyum lah karena sepertinya kau akan mendapatkan hal yang baik Endi,"ujar Niaz berkata seperti itu kepada, jika Endi merasakan hal yang membuatnya nyaman itu berarti Niaz sudah berhasil menjadi orang yang pantas berada di panti ini untuk membantu, tentu saja Niaz tak keberatan dengan permintaan Endi saat itu. " Ya baiklah jika seperti itu kak, terima kasih aku sangat kehilangan keluarga ku, dan aku sudah cukup lama tak merasakan nyaman yang benar-benar orang lain berikan untuk ku kak, terima kasih. Aku membutuhkan mu Niaz, jika kau tak di izinkan ada disini karena tak ada yang membutuhkan mu, aku akan menjadi orang yang sangat membutuhkan mu agar kau selalu ada disini untuk ku Niaz, terima kasih,"ujar Endi saat itu dengan langsung saja mengusap mata, dan pipinya menghapus tangis yang sempat membasahi mata, dan pipi Endi karena merasakan sakit hati kembali mengingat kejadian Endi yang membuatnya kehilangan segala kebahagiaan Endi sampai sekarang. Niaz pun sedikit kaget dengan Endi yang saat itu memeluknya begitu saja, tapi tentu saja Niaz tak menolak, apa lagi melepaskan pelukan Endi saat itu yang memang sepertinya dibutuhkan Endi, agar dirinya merasa lebih nyaman lagi dengan keberadaan Niaz saat itu. " Aku akan sangat senang karena keberadaan mu disini sangat membuat ku nyaman kak. Aku harap aku bisa melupakan apa yang menjadi pikiran ku selama ini mengenai kejadian mengerikan itu kak,"ujar Endi saat itu bicara seperti itu sambil melepaskan pelukannya. " Aku pikir kau terus saja merasa tertekan seperti ini karena kau memendam sendiri masalah yang cukup berat kau hadapi Endi, sampai kau bisa merasa sangat tertekan dan trauma seperti ini Endi, yang harus kau lakukan sekarang tentu saja menceritakan apa yang menjadi masalah mu Endi, karena dengan menceritakan masalah mu tentu saja itu akan membuat perasaan mu lega Endi. Ceritakan saja apa yang menurut mu ingin kau ceritakan Endi tak usah sungkan aku akan menjadi pendengar setia mu,"ujar Niaz memberikan solusi agar Endi bisa merasa lebih baik, yang di sebabkan oleh dirinya yang sampai saat ini menyimpan begitu banyak uneg-uneg yang membuat hati, dan pikirannya tertekan. " Apa kau yakin Niaz? tapi sepertinya aku tak apa-apa untuk sekarang Niaz, aku tak ingin merubah rasa bahagia ku ini menjadi sebuah tangisan dulu yang di sebabkan oleh aku yang bercerita keluhan yang aku alami Niaz. Untuk sekarang tak apa-apa Niaz, lain kali saja aku akan ceritakan padamu, tentang apa yang aku rasakan Niaz. Terima kasih,"ujar Endi saat itu bicara kepada Niaz. " Baiklah Endi, lakukan apa yang menurut mu baik, tapi aku harap kau bisa melepaskan apa yang menjadi pikiran mu, apa lagi itu adalah hal yang membuat mu merasa terbebani atau tertekan, lepaskan semua itu agar kau bisa merasa lega, dan lebih baik Endi,"ujar Niaz berkata seperti itu. " Ya baik kak, aku akan lakukan itu, tapi aku butuh waktu untuk itu,"jawab Endi. " Baiklah Endi ini sudah siang sepertinya sudah waktunya aku masuk ke dapur membantu Syur, atau perawat lain untuk mengerjakan tugas menyiapkan makanan untuk kalian semua, aku pergi sekarang ya Endi. Kau lebih baik masuk ke dalam dan berbaur dengan anak-anak lain Endi, karena bermain bersama tentu saja lebih mengasikan daripada bermain sendiri, apa lagi hanya sekedar memandang hal kosong Endi,"ujar Niaz berkata seperti itu, dan tentu saja mengajak agar Endi masuk dan bermain bersama anak lain saat itu. " Ya kak, aku pikir kau benar, aku akan masuk saja sekarang,"jawab Endi. Lalu Endi, dan Niaz pun langsung saja masuk ke dalam panti. Saat itu Endi ikut berbaur dengan anak-anak lain, sementara Niaz langsung saja masuk ke dapur membantu menyiapkan makanan untuk anak-anak di panti makan. Beberapa saat kemudian Niaz sampai di dapur dan langsung saja masuk, tentu saja saat itu Niaz melihat jika Zin sudah ada disana membantu perawat menyiapkan bahan makanan untuk di masak, karena Niaz lihat jika Syur tak ada di sana lagi saat ini. " Kak, kemana lagi Syur? aku lihat tadi, dan sekarang dia tak ada, kau bilang jika Syur ada tapi kenapa sekarang tak ada disini kak?"tanya Niaz kepada Zin. " Oh ya Niaz perawat bilang kepada ku jika Syur tak ada kembali, perawat bilang ada hal yang harus Syur lakukan dengan partner yayasan ini sehingga Syur sepertinya sangat sibuk sekarang ini, tadi dan sekarang dia harus pergi terus Niaz. Tak apa disini kan kita di temani perawat lain kan Niaz, kita bisa membantu nya juga kan Niaz,"ujar Zin. " Ya tentu kak, kasihan Syur saat ini pasti dia sangat lelah kan, semoga saja dia cepat pulang kemari kak, aku berhutang terima kasih padanya,"ujar Niaz. " Ya Niaz tenang saja jika nanti dia sudah pulang tentu kita bisa langsung bicara dengannya, tentu kau juga bisa menyampaikan rasa terima kasih mu karena kau di berikan makanan itu kan Niaz?"ujar Zin berkata seperti itu kepada Niaz. " Ya kak aku ingin berterima kasih karena hal itu,"jawab Niaz. " Ya sudah Niaz sekarang ayo kita bantu perawat disini untuk menyiapkan makanan, seperti biasanya kita membantu Syur. Kita sudah harus bisa inisiatif sendiri Niaz, sekarang Syur menjadi suka ada pekerjaan diluar, tentunya kita sudah harus paham mengenai apa-apa saja yang harus kita lakukan untuk membantu disini Niaz,"ujar Zin berkata seperti itu kepada Niaz saat itu, bicara mengenai dirinya dan Niaz yang harus bisa melakukan semuanya tanpa harus di arahkan oleh Syur maupun perawat lain karena sudah seharusnya Zin, dan Niaz sudah bisa mandiri untuk membantu pekerjaan di panti ini. " Ya tentu kak, aku juga sudah seperti biasa dengan semua pekerjaan yang bisa aku bantu disini kak. Aku juga berusaha untuk bisa melakukan pekerjaan disini tanpa harus terus di arahkan kak,"ujar Niaz menjawab apa yang juga dipikirkan oleh Niaz saat itu. " Ya Niaz bagus. Ayo kita lanjutkan membantu menyiapkan makanan untuk anak-anak,"ajak Zin. Zin, dan Niaz langsung saja mengerjakan hal yang biasa mereka bantu saat bersama Zin saat itu, tanpa harus bertanya apa-apa lagi sekarang. " Niaz sepertinya sudah cukup, kau bisa mulai memberitahu anak-anak untuk berkumpul di ruang makan Niaz,"ujar Zin. " Ya baik kak,"jawab Niaz. Niaz langsung saja menghampiri anak-anak dan memberitahukan untuk berkumpul di ruang makan karena ini sudah waktunya makan siang. Tapi Niaz di kejutkan dengan Niaz yang melihat jika jika saat itu Endi terlihat sedang menangis di bangku luar taman tersebut lagi. " Endi ada apa dengan mu?"tanya Niaz. " Niaz. ( Endi sekejap terdiam ) aku, aku tak bisa menahan perasaan sakit yang aku rasakan Niaz, aku terus saja merasakan sakit yang sangat sakit di hatiku. Coba kau bayangkan Niaz dulu saat aku kehilangan keluarga ku karena di culik oleh para penjahat itu, tepat di hadapan ku mereka memukul kepala ayah ku sampai tidak sadarkan diri lalu mereka membawanya ke dalam mobil bersama ibu ku saat itu, lalu pergi. Apa kau bisa merasakan sakit nya perasaan ku saat itu Niaz? apa kau bisa," " Aku memang tak bisa mengerti bagaimana rasa sakit yang kau rasakan saat itu bahkan sampai sekarang Endi. Karena aku tak mempunyai orang tua, bukan karena orang tua ku mati, tapi orang tua ku meninggalkan kami begitu saja Endi, tanpa belas kasihan mereka meninggalkan kami begitu saja sampai saat ini aku tak tahu kenapa mereka bisa meninggalkan kami seperti ini, kemana mereka pergi, dan bagaimana keadaan mereka, aku tak tahu Endi. Aku memang tak merasakan se-sakit apa perasaan mu karena kejadian itu, tapi Endi jujur saja aku merasa sakit, sakit yang mungkin juga bisa membuat ku menangisinya. Tapi sampai sekarang aku tak pernah menangisi itu, aku tak tahu apa yang harus aku perbuat Endi karena dalam hatiku memang aku merasa sangat sakit, sampai aku berusaha saja untuk tak pernah mengingat, apa lagi memikirkan hal ini Endi aku tak memikirkannya apalagi menangisinya tidak Endi aku tak seperti itu, bahkan sekarang aku bicara seperti ini, menceritakan masa lalu ku seperti ini kepada mu, ini pertama kali aku menceritakannya kepada orang lain Endi. Jujur saja Endi aku bicara seperti ini dengan perasaan sakit Endi, aku tak tahu kenapa aku bisa merasakan sakit seperti ini, aku tak peduli dengan orang tua ku yang tega seperti ini Endi aku tak peduli, sehingga aku tak pernah menceritakannya kepada siapapun, ini pertama kali aku menceritakan masa lalu ku yang di tinggalkan oleh orang tua ku Endi. Aku pikir aku adalah orang yang paling menderita, paling merasakan sakit karena masa lalu ku, tapi Endi setelah aku mendengar cerita mu barusan, aku jadi sadar jika sebenarnya masalah ku ini tak lebih sakit dari masa lalu mu Endi, aku hanya di tinggalkan mereka yang memutuskan meninggalkan kami, tapi berbeda dengan mu yang di tinggalkan mereka dengan sebuah tragedi mengerikan yang menimpa keluarga mu, tapi Endi jujur saja aku tak bisa menahan rasa sakit ini, aku baru pertama kali menceritakan hal ini Endi, aku pikir aku tak akan seperti ini meneteskan air mata, karena aku tak peduli dengan orang tua ku yang begitu kejam meninggalkan ku. Tapi ternyata tak semudah itu Endi, aku tetap saja merasa sakit dan meneteskan air mata. ( Niaz menangis dengan menundukkan wajahnya saat itu, menceritakan masa lalunya yang ternyata bisa membuat Niaz meneteskan air mata, meskipun Niaz tak peduli lagi dengan masa lalunya itu ),"Niaz langsung memotong pembicaraan Endi yang saat itu menangis karena terus saja ingat dengan kejadian yang menimpanya sehingga kehilangan orang tua nya, karena terbawa suasana Niaz tak kuasa menahan air matanya sampai Niaz pun malah jadi menangis menceritakan masa lalunya. " Benarkah itu Niaz? jadi ternyata kau," " Sudah Endi tak apa, aku tak peduli dengan apa yang terjadi padaku di masa lalu, karena sekarang aku hidup untuk masa depan Endi, biarpun tak ada orang tua ku, tapi kakak ku sudah sangat lebih dari orang tua bagiku Endi, dengan begitu gigih dia terus merawat ku, dia banting tulang untuk ku, untuk apa aku terus saja memikirkan orang tua ku yang dengan mudah, tega meninggalkan ku. Mereka saja meninggalkan ku yang tentu saja mereka tak peduli dengan ku, lalu kenapa aku harus peduli dengan mereka. Aku ikhlaskan perlakuan mereka yang seperti itu Endi, dan sekarang aku akan terus hidup bersama kakak ku untuk masa depan ku yang lebih baik Endi. Tidak ada gunanya memikirkan masa lalu ku sehingga aku bertekad untuk hidup lebih baik untuk masa depan ku Endi. Tapi tentu saja masa lalu ku berbeda dengan masa lalu mu yang memiliki orang tua yang bertanggung jawab hanya saja kau harus kehilangan mereka karena suatu tragedi penculikan Endi, aku pikir kau wajar terus mengingat itu Endi, karena tentu tak mudah jika harus terpaksa ditinggalkan orang yang sangat kita sayangi Endi,"ujar Niaz berkata seperti itu kepada Endi, dan dengan tegas bicara jika tak ada gunanya terus mengingat tentang orang tua Niaz yang tak bertanggung jawab, tapi tentu berbeda dengan kasus Endi yang ditinggalkan orang tuanya karena suatu penculikan yang menimpa Endi. " Tapi Niaz apa kau yakin mereka meninggalkan mu dengan tega seperti itu? jika orang tua mu sama seperti orang tua ku yang bekerja menjadi seorang penambang di dekat pantai, bisa saja orang tua mu juga mengalami hal yang sama dengan apa yang terjadi padaku, dan orang tua ku Niaz? kau sudah mengetahui jelas mengenai orang tua mu Niaz? jika sampai kau salah mengira tentu saja itu akan menjadikan mu bersalah karena kau malah sembarangan mengira sesuatu Niaz,"ujar Endi saat itu bertanya apa Niaz yakin dengan apa yang Niaz pikirkan tentang orang tuanya, lalu Endi berkata hal yang jujur saja membuat Niaz memikirkan perkataan Endi, tentang orang tua Niaz bisa saja mengalami hal yang sama dengan kejadian yang menimpa keluarga Endi. " Tentang itu aku, aku, aku," " Niaz, Niaz, dimana kau?"terdengar jika Zin memanggil Niaz saat itu, sehingga Niaz berhenti bicara saat itu. " Endi kita sebaiknya masuk untuk makan siang, sepertinya semuanya sudah siap, dan mereka menunggu kita Endi. Ayo lebih baik kita juga masuk, jangan membuat mereka menunggu,"ujar Niaz saat itu langsung saja mengajak Endi masuk untuk makan siang saat itu. " Tunggu Niaz. ( diam lalu dengan perlahan Endi mengusap air mata di pipi ku ). Kau tak boleh terlihat sedih di hadapan kakak mu karena itu pasti akan menjadi pertanyaan kakak mu Niaz,"ujar Endi yang mengusap air mata Endi saat itu bicara. " Ya tentu Endi, terima kasih. Ayo pergi,"ujar Niaz. Mereka langsung saja masuk ke dalam panti, ke ruang makan saat itu. " Ya kak, aku disini, tadi aku ada sedikit hal yang membuat ku menjadi terlambat kemari kak, aku sudah bilang ke semua anak termasuk Endi kak. Sekarang ayo kita bagikan makanannya kepada anak-anak pak,"ujar Niaz seperti itu kepada Zin saat itu. " Niaz, kau tak apa-apa?"tanya Zin dengan langsung saja mengusap pipi Niaz saat itu. " Kenapa kak? aku tak apa-apa, ada yang aneh,"jawab Niaz. " Tidak aku pikir kau kenapa, wajah mu seperti sudah terkena air Niaz, sedikit basah,"ujar Zin. " Ya kak, kau bisa lihat di luar hujan gerimis, aku tadi menghampiri Endi yang berada di taman sedang duduk di kursi ayunan kak, jadi aku sedikit terkena air hujan itu yang membuat ku tentu saja sedikit basah kak,"ujar Niaz menjawab pertanyaan Zin seperti itu. " Oh ya, aku tak sadar jika di luar hujan. Ya sudah ayo Niaz kita bagikan makanan ini kepada anak-anak,"ujar Zin. Mereka langsung saja membagikan makanan kepada anak-anak saat itu. Saat Niaz membagikan makanan kepada anak-anak, Niaz menyenggol seorang anak saat itu, sehingga makanan yang Niaz akan berikan pada salah satu anak itu hampir saja jatuh. Kejadian itu tepat berada di dekat Endi duduk saat itu. " Niaz kau tak apa-apa? jelas di wajah mu jika kau sedang memikirkan sesuatu, ada apa? apa kau memikirkan apa yang sudah aku bicarakan tadi Niaz?"tanya Endi sambil memegang Niaz, lalu berkata seperti itu. " Oh untung saja, terima kasih Endi. Maaf aku sepertinya memang sedang memikirkan hal itu sampai aku bisa kurang fokus seperti ini, maaf Endi, kau lanjutkan lah makan. Aku tak apa-apa, aku akan membagikan makanan kepada anak lainnya,"ujar Niaz berkata seperti itu kepada Endi saat itu. " Maaf Niaz jika apa yang aku katakan tadi malah jadi membuat pikiran mu terbebani Niaz, kau tak usah memikirkan dengan sangat apa yang aku katakan Niaz karena itu hanya perkiraan ku saja kan Niaz, yang perlu kau lakukan sekarang hanya lepaskan apa yang menjadi uneg-uneg mu selama ini, yang membuat mu merasa terbebani dengan perasaan benci, kepada orang tua mu karena hal yang mereka lakukan Niaz. Aku pikir kau harus membicarakan ini dulu dengan kakak mu, apa yang sebenarnya terjadi dengan orang tua mu Niaz, kau jangan langsung menyimpulkan sendiri apa yang sebenarnya terjadi kepada orang tua mu tanpa ada buktinya Niaz,"ujar Endi saat itu menjadi seorang anak yang awalnya tak pernah bicara karena trauma yang di alaminya, tapi hari ini tiba-tiba Endi menjadi seorang anak yang luar biasa bijak berkata hal yang sebaiknya Niaz lakukan terhadap uneg-uneg yang Niaz rasakan selama ini. " Ya terima kasih Endi, aku tak menyangka ternyata kau adalah anak yang pintar seperti ini Endi. Baik terima kasih, kau lanjutkan lah makan mu Endi, aku tak apa-apa, aku akan membagikan kembali makanan kepada anak-anak lain Endi,"ujar Niaz memuji Endi yang seperti itu, lalu berkata demikian dan pergi. Singkat cerita Niaz, Zin, dan perawat lain sudah selesai memberikan makanan kepada semua anak-anak saat itu, tanpa Niaz yang mengalami sesuatu yang menghambatnya lagi saat itu, sehingga tentu saja tugas mereka sekarang hanya mengawasi anak-anak saja yang sedang bermain saat itu. Seperti biasa karena tugas mereka sudah selesai, Zin izin kepada perawat lain untuk pergi bekerja bersama Exlin keluar. " Niaz kau baik-baik disini, aku akan bekerja kembali bersama Exlin sekarang, aku akan pulang sebelum hari gelap Niaz. Aku akan pergi ke tempat yang tak terlalu jauh sekarang Niaz, semoga saja pendapatan ku dan Exlin bisa lebih dari yang biasa kami dapatkan. Baiklah aku pergi dulu Niaz,"ujar Zin seperti itu kepada Niaz. Tapi saat Zin berbalik baru saja akan pergi, seorang perawat memanggil Zin, dan menyuruh Zin untuk makan terlebih dahulu, lalu dengan tegas dia bilang jika Zin belum makan Zin tak di izinkan untuk pergi meninggalkan panti meskipun untuk bekerja seperti biasanya, dia juga bilang jika ini adalah perintah dari Syur sebelum Syur pergi tadi. Tentu saja Zin, dan Niaz tak bisa menolak hal ini sehingga tentu saja Zin makan siang bersama Niaz dulu saat itu. Beberapa menit berlalu Zin, dan Niaz sudah selesai makan. " Niaz aku berangkat sekarang ya, kau baik-baik disini,"ujar Zin. Lalu Zin bilang kepada perawat lain jika Zin sudah selesai makan, dan sekarang Zin akan pergi bekerja keluar. Tanpa ada hal lain lagi tentu saja Zin langsung pergi bekerja keluar saat itu. Tapi sebelum Zin pergi keluar saat itu Zin melihat jam terlebih dahulu. " Ini sudah lewat tengah hari, tapi kenapa Exlin tak seperti biasanya? hari ini Exlin belum sampai kemari, ada apa? ah tidak, aku lebih baik tak usah berpikir buruk dulu bisa saja Exlin terlambat datang kemari, dan Exlin sekarang sedang menunggu ku di jalan. Aku lebih baik cepat menghampirinya,"ujar Zin berkata seperti itu dalam hatinya, yang sambil langsung saja berjalan cepat, dengan perasaan senang tak sabar menghampiri Exlin saat itu. Saat Zin sudah keluar panti melewati gerbang, Zin tak melihat tanda-tanda jika Exlin ada menunggu Zin, tapi tentu saja Zin masih terus mencoba berpikir positif saat itu, sehingga Zin tak memikirkan itu dan terus saja berjalan barang kali saja Exlin menunggu di dekat tempat yang kita rencanakan akan mendatanginya saat itu. Zin terus saja berjalan tanpa memiliki pikiran buruk saat itu, sampai setelah sedikit lama Zin sudah berjalan, Zin sudah di dekat club yang biasa di lewati Zin saat itu. " Masih belum ada tanda dari Exlin, apa Exlin sakit? sampai Exlin hari ini jadi tak bisa bekerja bersama seperti biasanya. Aku lebih baik langsung saja ke rumahnya, tak apa biasanya Exlin yang mengajak ku sekarang giliran ku yang mengajak Exlin,"ujar Zin masih dengan pikiran yang mencoba positif saat itu. Sampai Zin langsung saja berbalik berniat untuk langsung saja mengajak Exlin ke rumahnya langsung, tapi alangkah kagetnya Zin saat itu karena Zin melihat sebuah ukulele yang tergeletak setengah retak, dengan tak percaya perlahan Zin mendekati benda tersebut. " Bukankah ini, ( terdiam sejenak ) ukulele yang selalu di pakai Exlin? tidak, tidak mungkin, di kota ini tentu saja bukan hanya Exlin yang memiliki ukulele, tapi gambar ini. ( dengan langsung saja menangis Zin berlari, berniat untuk ke rumah Exlin memastikan keadaan Exlin ). Exlin aku yakin tak ada apa-apa dengan mu seperti yang di katakan Syur, aku yakin itu Exlin ( dalam hati Zin berkata seperti itu, sambil air matanya yang mengalir deras turun membasahi pipinya ),"Zin masih mencoba untuk berpikir positif saat itu, tapi setelah Zin mencoba melihat ukulele itu lebih detail lagi, Zin melihat gambar yang memang ada di ukulele Exlin saat itu, sehingga Zin langsung saja berlari secepat mungkin berniat pergi ke rumah Exlin saat itu, dengan air mata yang tak bisa Zin tahan mengalir membasahi pipinya. Karena Exlin berlari tanpa pikiran apapun, tak terasa jika Zin saat itu sudah sampai di jalan kecil menuju rumah Exlin. Saat Zin sudah ada di sana Zin heran, dan tentu saja kaget karena ada sebuah mobil polisi yang terparkir disana. Tanpa berpikir lagi Zin langsung saja melewati jalan kecil tersebut melihat langsung ke rumah Exlin saat itu. Ketika Zin sudah bisa melihat halaman rumah Exlin, lari Zin terhenti karena melihat jika mobil polisi tersebut parkir di depan jalan tersebut karena mereka sedang ada di rumah Exlin saat itu, perlahan Zin melangkah melihat apa yang sebenarnya terjadi, sampai Zin sudah dekat dengan rumah Exlin yang saat itu terlihat jika ayah, dan ibu Exlin sedang menangis histeris di rumahnya di saksikan oleh beberapa anggota polisi yang saat itu membawa sebuah selebaran kertas di tangannya. " Polisi, lalu ayah, dan ibu Exlin. Kenapa ayah, dan ibu Exlin menangis? kemana Exlin,"dalam hati Zin bertanya seperti itu dengan wajah bingung, dan kaget. Lalu Zin mencoba menghampiri ayah, dan ibu Exlin yang saat itu menangis di teras rumah mereka, saat Zin perlahan mendekat, Zin melihat jika ada selebaran kertas yang tergeletak begitu banyak, berserakan di teras rumah Exlin. Dengan tangan yang gemetar, dan mata yang sudah berkaca-kaca menahan tangis Zin perlahan mengambil salah satu selebaran kertas tersebut, lalu Zin dengan sangat perlahan melihat tulisan yang ada di selebaran kertas tersebut. Meskipun saat itu Zin melihat beberapa polisi, ayah, dan ibu Exlin yang menangis histeris yang menandakan jika keadaan Exlin tak baik-baik saja Zin tetap ingin melihat apa isi di kertas tersebut. Sampai Zin langsung saja membalikan kertas tersebut melihatnya dengan jelas, Zin melihat jika disana terlihat foto Exlin dan tulisan " dicari, anak hilang ". Dengan sangat terpukul Zin saat itu langsung saja menundukkan kepalanya menangis pilu melihat seorang sahabatnya yang saat itu ternyata mengalami sebuah penculikan. Zin langsung saja berbalik tanpa bertanya apa-apa kepada orang tua Exlin, karena dengan melihat ayah, dan ibu Exlin menangis, bersama poster yang Zin lihat saat itu sudah menjawab pertanyaan yang ada dalam pikiran Zin saat itu. Untuk itu Zin langsung saja berbalik, pergi meninggalkan rumah Exlin yang saat itu sedang dalam keadaan berduka karena ternyata benar saja firasat Zin mengenai perasaannya yang selalu merasakan tak enak dalam hatinya, itu mengenai Exlin yang menjadi korban penculikan. Dengan perasaan yang sangat pilu, dan tangis dengan air mata yang deras, Zin pergi meninggalkan rumah Exlin saat itu. Begitu besar amarah, dan rasa bersalah Zin saat itu melihat dengan mata kepalanya sendiri, jika Exlin menjadi korban dari penculikan tersebut. Sampai Zin hanya bisa terduduk lemas di salah satu trotoar yang tak jauh dari rumah Exlin, dan club tersebut saat itu, sampai Zin melihat jika Zin memegang benda yabg tentu saja adalah benda yang selalu Exlin bawa, yaitu ukulele nya. Dengan sangat kuat Zin menduga jika orang-orang dalam club tersebut adalah dalang dari penculikan Exlin, karena Zin menemukan ukulele Exlin berada sangat dekat dengan club tersebut saat itu, sehingga tentu saja itu menjadi alasan kuat kenapa Zin mengira jika penculikan Exlin ini adalah ulah dari orang-orang dalam club tersebut. Sehingga saat itu Zin terus saja berdiam diri, dengan dirinya yang terus tunduk, dan terduduk di trotoar dekat rumah Exlin tadi. Tak sadar Zin saat itu begitu berat memikirkan sebuah permasalah, tentu saja permasalahan Zin menyangkut Exlin yang saat itu sudah jelas Zin ketahui jika Exlin memang menjadi korban dari penculikan tersebut. Beberapa menit, lalu beberapa jam Zin terus saja terduduk disana, sampai mobil polisi yang tadi ada untuk mendatangi rumah Exlin pun sudah tak ada. Saat itu tinggal Zin sendiri, dengan perasaan marahnya yang sangat besar karena Exlin yang saat itu menjadi korban dari penculikan. Tiba-tiba hari itu turun hujan. " Hujan?"ujar Zin lemas. Perlahan Zin bangkit, berjalan tanpa arah, tanpa tahu harus kemana Zin pergi saat itu. Sampai saat itu sudah dekat dengan tempat yang menjadi tujuan Zin, dan Exlin kemarin sore, tapi semuanya hancur karena Exlin yang malah menjadi korban dari penculikan. Hari sudah mulai gelap di barengi dengan hujan yang turun membasahi Zin karena Zin hanya berjalan tanpa tahu arah kemana dia melangkah saat itu. Tiba-tiba saat itu Zin tergeletak tak sadarkan diri, di pinggir jalan. Di sisi lain Niaz yang saat itu seperti biasa menjalani aktifitasnya mengawasi anak-anak di panti tiba-tiba mengalami sebuah tragedi. " Aw, aduh,"ujar Niaz kesakitan terjatuh. " Niaz kenapa kau? ayo bangun,"ujar Syur sambil membangunkan Niaz yang saat itu sudah kembali ke panti. " Maaf pak aku tak sengaja menendang kaki kursi ini sampai aku malah jatuh tersungkur. Terima kasih,"jawab Niaz saat itu, sambil bangun. Dengan tiba-tiba Niaz melamun, karena merasakan tiba-tiba perasaan tak enak masuk ke dalam hatinya saat itu. " Kau tak apa-apa Niaz?"tanya Syur kembali. " Ya pak aku tak apa-apa. ( Niaz terdiam saat itu ), pak ini sudah semakin sore, matahari pun juga sebentar lagi terbenam, dan semakin gelap, tak seperti biasanya kakak belum pulang. Apa dia tak apa-apa,"tanya Niaz. " Oh ya kau benar Niaz, aneh kenapa Zin belum pulang sampai hari sudah akan malam, tak seperti biasanya. Tak apa-apa Niaz mungkin saja Zin sedang di jalan, atau berteduh karena hari ini hujan turun Niaz. Tak apa-apa mungkin sebentar lagi Zin akan pulang Niaz,"ujar Syur menjawab seperti itu kepada Niaz, dan kebetulan hari ini turun hujan sehingga tentu saja Syur berpikir jika Zin berteduh terlebih dahulu. " Ya aku pikir apa yang kau katakan benar pak, baik aku akan menunggu. Oh ya ini tentu sudah akan masuk waktunya anak-anak makan malam kan pak? kenapa kita tidak siapkan makanan untuk anak-anak pak, sambil aku menunggu kepulangan kakak,"ujar Niaz. " Oh ya kau benar Niaz, ayo kita masuk ke dapur siapkan makanan untuk anak-anak. ( Zin kemana kau hari ini ),"jawab Syur, lalu bertanya dalam hatinya sendiri saat itu. Syur, dan Niaz langsung saja pergi ke dapur saat itu menyiapkan makanan untuk anak-anak. Kembali ke Zin yang tadi malah tergeletak di jalanan tak sadarkan diri, yang saat ini Zin akhirnya bisa sadar, tapi saat Zin membuka mata Zin tak bisa melihat apa-apa, semuanya gelap saat itu sampai Zin mendengar seseorang berbincang. " Hey ayo cepat masukkan saja dulu dia ke dalam mobil, kita akan membawanya ke club saat nanti keadaan sudah aman, ini masih terlalu siang, dan tentu di luar masih ramai, jika kita membawanya sekarang mereka akan curiga dengan yang kita bawa ini. Cepat buka pintunya,"ujar seseorang berkata seperti itu. Zin tak dapat melihatnya karena ternyata saat itu Zin dimasukan ke dalam karung. " Sialan, ternyata mereka memang dalang di balik penculikan ini. Tapi aku tak peduli, Exlin tunggu aku, aku akan menyelamatkan mu,"ujar Zin dalam hatinya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD