Kebahagiaan Yang Hampir Ternodai Sebuah Tragedi.

5000 Words
Saat itu Zin terus saja memiliki perasaan buruk terhadap perkataan yang Zin nilai adalah Endi lah yang mengatakan hal itu, Zin berfikir tak penting itu adalah perkataan Endi atau bukan tapi yang terpenting sekarang adalah perkataan tersebut yang terus saja menghantui pikiran Zin, sehingga Zin terus saja memikirkan hal itu bahkan sampai tak bisa Zin lupakan sampai saat ini. Zin terus saja mencoba untuk menenangkan dirinya sendiri, dan berfikir agar Zin tak terlalu mengkhawatirkan Niaz dengan perkataan yang Zin dengar tadi, sekarang Zin harus fokus menenangkan dirinya agar bisa kembali membantu Syur menyelesaikan edukasi yang sedang di ajarkan kepada anak-anak saat ini. Zin terus saja berusaha menenangkan dirinya, dan menenangkan pikirannya saat itu, sampai akhirnya Zin bisa meredam ke khawatiran berlebihan yang di rasakan nya saat ini. Setelah Zin merasa tenang, tanpa memiliki pikiran khawatir berlebihan kepada hal yang belum pasti Zin langsung saja kembali ke ruang edukasi yang saat itu sedang berlangsung. " Zin aku bisa tahu apa yang kau rasakan Zin, sepertinya aku harus tahu apa itu Zin. Tapi tak apa, kau tak perlu menceritakannya sekarang, kita selesaikan dulu edukasi kepada anak-anak sekarang, lalu kita bicarakan itu nanti Zin. Sekarang aku pikir kau sudah tak apa-apa kan Zin?"ujar Syur langsung saja bicara seperti itu kepada Zin saat Zin kembali ke ruang edukasi dan menghampiri Syur saat itu. " Oh soal itu. Ya baik pak, aku pikir kau tak akan tahu tentang apa yang terjadi pada ku. Baiklah pak nanti aku ceritakan. Ya tentu pak, aku sudah tak apa-apa, terima kasih,"ujar Zin menjawab perkataan Syur. " Baiklah ayo Zin, kita selesaikan tugas kita dulu disini,"ujar Zin. Lalu mereka pun langsung saja kembali melakukan tugas mereka saat itu, sampai beberapa saat Zin, dan Syur sudah selesai untuk tugasnya di ruang edukasi, mengajar anak-anak tersebut. " Zin sudah selesai, terima kasih. Sekarang ajak saja anak-anak pergi ke luar untuk bermain. Bubarkan saja mereka Zin setelah itu kau pergi lah ke ruangan ku kita bertemu disana. Oh ya Zin satu hal lagi, jangan terlalu memikirkan hal yang membuat mu berasa terbebani Zin,"ujar Syur menyuruh Zin untuk membubarkan anak-anak, dan bicara seperti itu. " Ya baiklah pak, setelah ini aku akan langsung pergi ke ruangan mu,"ujar Zin. Lalu Zin langsung saja pergi membubarkan anak-anak, dan mengajak mereka untuk pergi bermain ke ruang bermain, atau ke taman untuk bermain disana. Sampai tak lama Zin bisa menyelesaikan tugasnya yang terakhir itu, dan langsung saja pergi ke ruangan Syur untuk menemuinya disana. Saat itu Zin sedang berada di luar yaitu di taman, saat Zin berbalik tentu saja Zin melihat bangku dimana Endi selalu saja ada di sana. Tapi saat itu Zin tak berfikir aneh karena memang dari tadi Endi sudah mengalami perubahan yang biasanya selalu berada di bangku taman tersebut Endi mulai ingin ikut berkumpul dengan anak-anak lain untuk, setidaknya berbaur meskipun di dalam kumpulan anak-anak, Endi tetap saja memasang wajah dingin, tanpa melakukan apapun, tapi Zin berfikir jika itu adalah hal aneh Zin langsung saja pergi masuk ke dalam, dan akan menghampiri Syur di ruangan nya saat itu. Saat Zin mencoba menghampiri Syur di ruangannya Zin tentu saja melewati ruang bermain dimana anak-anak banyak menghabiskan waktu bermain mereka di sana, selain di taman. Dan saat itu juga tentu saja Zin melihat jika Endi berada di salah satu kumpulan anak-anak, yang sedang bermain bersama, lalu di sana Zin juga melihat Endi yang sedang ikut berkumpul disana, Endi terlihat sedang memandang sesuatu yang ada di sebuah pojok tempat itu saat itu, Endi terlihat dengan sangat fokus melihat ke arah benda tersebut, tapi Zin pun tak terlalu memperhatikan itu karena Endi sudah biasa menatap kosong, dengan sikapnya yang dingin tanpa melakukan apapun sehingga Zin langsung saja melanjutkan niatnya saat itu yang ingin pergi ke ruangan Syur. " Pak ini aku Zin, kau ada di dalam?"Zin bertanya seperti itu sambil mengetuk pintu ruang tersebut. " Ya Zin masuk lah aku di dalam,"jawab Syur. Lalu Zin pun langsung saja membuka pintu ruangan Syur, dan langsung masuk karena sudah mendapat izin dari Syur. " Bagus lah Zin kau sudah ada disini, sekarang ayo duduk lah Zin,"ujar Syur. " Baik pak,"jawab Zin sambil duduk. " Ada apa Zin? aku yakin ada hal yang membuat mu berfikir keras hingga bisa membuat mu melamun seperti itu Zin. Ada apa?"ujar Syur lalu bertanya seperti itu. " Masalah itu, sepertinya kau memang bisa membaca pikiran ku pak, atau wajahku memang sangat jelas memperlihatkan jika aku sedang memikirkan hal yang memang membuat ku berfikir keras pak. Dan apa yang kau pikirkan benar pak, aku memiliki pikiran yang cukup membuat ku berfikir keras pak, karena tadi saat aku memberitahukan anak-anak untuk berkumpul di ruang edukasi untuk belajar, dan bersenang-senang bersama memang tak ada hal aneh apapun saat itu, tapi entah kenapa aku merasa sangat tak ingin jika aku berpapasan dengan Endi pak, entah apa yang aku pikirkan tapi perasaan ku mengatakan jika aku sangat tak ingin berpapasan dengannya, tadi sebelum aku mengajak anak-anak untuk berkumpul aku sempat mengalami perdebatan dalam pikiran ku sendiri karena anak itu, tapi aku mencoba berfikir positif, dan profesional karena tak mungkin jika aku meminta bantuan kepada mu yang tadi sudah mengambil buku di perpustakaan lalu kau juga yang harus mengajak sebagian anak-anak tentu saja aku tak ingin kau seperti itu pak. Sehingga aku langsung saja menghampiri anak-anak, dan langsung saja memberitahu mereka untuk berkumpul di ruang edukasi bersama-sama, awalnya semua itu tak berjalan normal saja tak ada yang aneh tapi saat semua anak-anak melewati ku karena akan pergi ke ruang edukasi, saat giliran Endi yang pergi melewati ku Endi membuat ku sedikit tertekan dengan dirinya yang saat itu, tiba-tiba saja berhenti tepat di sebelah ku, dan yang lebih membuat aku merasa gugup, dan sedikit tertekan adalah dia berhenti lalu dengan sikap dinginnya dia melihat ke arah ku. Untuk sejenak Endi melihat ke arah ku sehingga itu membuat ku, dan tentu saja itu membuat wajah ku basah dengan keringat dingin, dan kembali terjadilah perdebatan dalam pikiran ku tentang apa yang harus aku lakukan, sampai aku bertanya sendiri apa aku harus melihat nya kembali atau tidak, tapi karena aku berniat tak ingin berpapasan langsung dengannya tentu saja aku tak melihat ke arahnya, lalu untunglah dia langsung pergi saat itu. Tapi bukan itu masalah utama yang alu maksud kan pak, tapi masalah utama yang membuat ku berfikir keras adalah kejadian saat tadi aku sudah berada di lorong dimana akan masuk ke ruang edukasi pak, sebelum aku sampai di pintu masuk ke ruang pembelajaran dari jauh aku sudah melihat jika Endi ada di sana, biasa sedang duduk dengan tatapan kosong, dan dingin sikapnya, tapi saat itu aku tak berfikir buruk tentang itu, aku langsung saja mencoba masuk ke ruang edukasi tanpa melihatnya, atau pun bicara sesuatu padanya. Tapi yang aku kagetkan adalah dimana saat aku akan masuk, tiba-tiba langkah ku terhenti karena dengan dinginnya aku mendengar jika Endi berkata tentang sebaiknya aku hati-hati terhadap club tersebut karena disana akan terjadi sebuah tragedi yang tidak kita sangka. Begitu yang aku dengar pak, lalu saat itu tiba-tiba aku sadar dari lamunan ku karena kau menepuk bahu ku sambil bicara pada ku pak, sehingga aku bisa sadar dari lamunan ku dan masuk ke ruang edukasi pak, tapi aneh nya saat aku menoleh ke bangku di luar ruang edukasi itu Endi sudah tak ada apak. Sampai aku masuk, dan membantu mu menerangkan sebuah edukasi kepada anak-anak, dan aku sempat izin ke toilet karena saat itu aku sangat memikirkan dengan sangat apa yang Endi katakan saat itu pak, sehingga aku di buat khawatir kepada Niaz dengan hal itu pak, tapi untungnya di dalam toilet tadi aku berusaha dengan sangat meredam, dan menenangkan diriku pak sehingga aku bisa kembali ke ruang edukasi membantu mu tadi dengan keadaan yang baik kembali pak. Ya itu lah apa yang aku alami tadi pak, entah kenapa setiap aku mendengar kata club itu aku selalu merasa khawatir bahkan rasa khawatir yang aku rasakan selalu saja berlebihan pak,"ujar Zin berkata seperti itu, menceritakan apa yang Zin alami tadi di ruang edukasi sehingga membuat Zin sangat dibuat berfikir keras tentang itu, bahkan sampai membuat Zin merasakan khawatirnya uang berlebihan, tapi untungnya Zin bisa meredam, dan menenangkan perasaannya yang merasakan khawatir yang berlebihan itu. " Ya Zin bagaimana orang tak bisa membaca pikiran mu, kau dengan sangat jelas memperlihatkan isi pikiran dan hatimu di wajah mu yang langsung saja berubah drastis Zin, dari yang awalnya biasa saja menjadi seorang Endi yang dengan tatapan kosong nya menatap ke depan, itu sebabnya aku bisa tahu jika kau sedang memikirkan hal yang luar biasa berat Zin. Baiklah tentang apa yang kau alami dan dengarkan tentang perkataan yang menurut mu kau dengar dari Endi saat itu, maaf harus membicarakan ini Zin tapi saat tadi aku melihat mu berdiam diri dengan tatapan kosong di depan pintu ruang edukasi, aku langsung menghampiri mu karena kau cukup lama berdiam diri dengan pandangan kosong mu disana Zin, dan dari awal kau disana dengan tatapan konyol mu aku tak melihat ada seorang anak yang masuk keluar atau pun masuk ke dalam ruangan Zin, apa lagi melihat Endi yang kau pikir jika perkataan yang kau dengar adalah dari Endi Zin maaf mengecewakan mu tapi saat kau berdiam diri seperti itu dan aku mengejutkan mu saat itu aku tak melihat jika Endi tak ada di bangku itu Zin, maaf Zin sepertinya itu adalah imajinasi mu Zin, entah apa hal yang dapat membuat mu berimajinasi seperti ini tapi dengan sangat menyesal aku harus mengatakan jika itu adalah imajinasi mu Zin. Alasan ku berkata jika itu adalah imajinasi mu adalah saat kau berdiam diri di depan pintu, dan kami sudah mulai mengajarkan sebuah edukasi aku melihat jika Endi ada di salah satu sudut dalam ruang itu Zin dia ada bersama dengan anak-anak lain Zin. Baiklah Zin kau coba untuk lebih ceritakan apa yang sebenarnya kau alami sehingga kau bisa mengalami halusinasi yang liar biasa jauh dari kenyataan ini Zin?"ujar Syur berkata seperti itu kepada Zin saat itu, lalu menjelaskan dengan rinci dengan yang sebenarnya yang terjadi pada Zin adalah halusinasi dari diri Zin, semua itu tak benar bahkan Syur mengatakan jika saat Zin berdiam diri di depan pintu saat itu Endi tak ada di bangku sana, dan yang lebih penting adalah Syur mengatakan jika Endi berada di salah satu sudut ruang edukasi bersama anak-anak lainnya. " Seperti itu pak? maaf pak sepertinya aku memang sangat merasakan khawatir yang berlebihan kembali sampai aku bisa mengalami hal seperti itu lagi pak. Maaf pak jika, terima kasih sudah menyadarkan ku pak maaf aku kembali melakukan salah pak. Aku akan menceritakan lagi apa yang sepertinya membuat ku bisa berhalusinasi seperti ini pak, jadi seperti yang aku katakan tadi pak aku merasa tak ingin berpapasan dengan Endi langsung pak sehingga aku dengan sangat, mencoba untuk menghindari dia pak, berpapasan pun aku tak ingin. Mungkin aku terlalu berfikir untuk menghindari dia pak sampai aku mengalami hal seperti ini, intinya mungkin aku salah karena terlalu ingin menghindar dari Endi pak. Maaf,"ujar Zin mengatakan apa yang Zin lakukan sehingga mungkin saja itu membuat Zin mengalami halusinasi seperti ini tentang Endi. " Jadi itu Zin yang kau lakukan, ya itu masuk akal Zin apa yang kau lakukan dan kau alami masuk akal Zin, maaf aku berkata seperti ini tapi apa yang kau katakan barusan itu benar Zin. Katakanlah kau terlalu takut, atau seperti yang kau katakan jika kau memang terlalu mencoba menghindar darinya Zin sehingga itu malah membuat mu mengalami halusinasi seperti ini Zin. Baiklah sudah Zin, sekarang tak apa-apa, kau tenangkan saja dirimu agar halusinasi, dan kejadian yang kau alami tadi bisa kau lupakan. Lupakan itu Zin itu semua hanya halusinasi pikiran mu yang negatif Zin lupakan itu, dan sekarang tenangkan lah dirimu Zin, tenang perkataan dalam halusinasi mu tadi tak benar Zin lupakan itu, itu hanya akan mengganggu pikiran, dan mental mu terganggu Zin. Sudah tenangkan lah dirimu Zin, kau tak boleh terlihat dalam kondisi tak baik oleh Niaz Zin. Aku lihat jika Niaz sebentar lagi harusnya sudah pulang Zin karena ini sudah siang,"ujar Syur seperti itu kepada Zin, menasehatinya agar Zin melupakan halusinasi yang Zin alami tadi agar halusinasi tersebut tak mengganggu pikiran, dan mental Zin yang tentu saja tak boleh sampai drop kembali. " Oh ya pak baiklah, maafkan aku pak sepertinya apa yang kau katakan benar pak, maaf pak gara-gara aku mengalami halusinasi seperti itu kegiatan edukasi yang kita adakan tadi menjadi kurang efektif pak maaf. Baik pak aku akan menenangkan diriku karena seperti apa yang kau bilang jika Niaz sebentar lagi akan pulang, jadi aku harus segera menenangkan diriku agar aku tak terlihat buruk di hadapan Niaz pak. Baik pak ala ada pekerjaan yang bisa aku bantu, sebelum aku pergi ke kamar ku?"ujar Zin berkata seperti itu kepada Syur saat itu, membenarkan apa yang Syur katakan kepada Zin saat itu. Lalu Zin bertanya seperti itu sebelum Zin pergi ke kamarnya untuk menenangkan dirinya. " Ya bagus Zin, ingat perkataan ku Zin lupakan apa yang kau dengar tadi, karena itu hanya halusinasi mu Zin. Sepertinya untuk saat ini tak ada lagi pekerjaan di panti ini yang harus kita lakukan Zin, sudah selesai jadi kau bisa beristirahat saja dulu di kamar mu Zin, lagi pula sebentar lagi kau akan bekerja lagi kan Zin? jadi lebih baik kau tenangkan dirimu sambil kau beristirahat untuk menyiapkan dirimu yang akan kembali bekerja saja Zin,"ujar Syur kembali berkata agar Zin melupakan apa yang Zin dengarkan karena hanya halusinasinya saja. Lalu menjawab seperti itu, dan menyuruh agar Zin beristirahat saja untuk hari ini karena pekerjaan di panti sudah selesai di bereskan. " Ya tentu pak aku akan melupakannya karena itu hanya akan memperburuk pikiran ku saja, jika aku terus memikirkannya. Terima kasih pak, ya tentu, tentu saja aku akan kembali bekerja keluar bersama Exlin pak. Terima kasih karena kau sudah sangat paham dan terus saja paham dengan apa yang anak didik mu butuhkan pak. Terima kasih, aku ke kamar ku pak,"ujar Zin seperti itu, dan berkali-kali berterima kasih kepada Syur karena Syur sangat mengerti dengan apa yang di butuhkan Zin, dan terus memberikan nasihat yang selalu berguna untuk Zin. " Ya Zin tentu, itu sudah tugas ku Zin, kalian bagian dari panti ini, kalian berarti juga adalah anak-anak ku jadi aku harus dengan sangat, sangat baik menjaga kalian, nasihat tentu saja adalah hal yang harus terus aku sampaikan kepada kalian Zin. Baik Zin beristirahat lah,"ujar Syur berkata seperti itu kepada Zin saat itu, dan menyuruhnya untuk beristirahat. Lalu saat itu Zin langsung saja keluar ruangan Syur, dan langsung saja menuju ke kamarnya untuk beristirahat sebelum nantinya Zin akan kembali membantu Syur menyiapkan makan siang untuk anak-anak panti, dan bekerja keluar dengan Exlin sesudah membantu Syur menyiapkan makan siang untuk anak-anak di panti ini tentunya. Beberapa saat Zin sudah sampai di kamar, dan langsung saja membaringkan dirinya di kasur untuk beristirahat. Sampai tiba-tiba Zin di kaget kan dengan Niaz yang saat itu sepertinya sudah pulang dari sekolahnya, tapi terdengar jika keras suara barang yang Niaz lempar ke sebuah meja, sepertinya Niaz melemparkan tasnya. Zin pun langsung saja tersadar akan hal itu, melihat ke arah Niaz, tapi saat itu Niaz terlihat membuka pintu dan langsung saja pergi ke luar kamar dengan seperti terburu-buru. Sontak hal itu membuat Zin merasa kaget, dan penasaran dengan kemana Niaz akan pergi, dan apa yang akan Niaz lakukan sehingga Zin langsung saja beranjak dari tidurnya, tapi setelah itu Zin tak langsung pergi karena Zin merasa sedikit pusing. " Sepertinya tadi aku sedikit lelah sehingga baru saja sebentar aku merebahkan diri ku di kasur, aku langsung saja terlelap tidur, tapi sekarang aku merasa sedikit pusing karena mungkin aku langsung terbangun karena kaget, yang membuat ku jadi terbangun dengan terburu-buru dan imbasnya aku jadi pusing seperti ini,"ujar Zin berkata seperti itu dalam hatinya sendiri dengan dirinya yang terduduk melamun, karena masih merasa sedikit pusing karena terbangun dengan kaget saat itu, sampai akhirnya pusing di kepala Zin sudah tak terasa lagi, sehingga Zin langsung saja berdiri dari tempat tidurnya dan langsung saja berjalan keluar kamar, berniat menyusul Niaz yang tadi keluar kamar dengan terburu-buru. Sampai akhirnya Zin tak terasa sudah berada di ruang bermain anak-anak, saat itu Zin langsung saja melihat satu per satu anak disana barangkali saja Niaz ikut bermain dengan mereka, tapi Zin tak melihat jika Niaz ada disana sampai akhirnya Zin langsung saja pergi ke taman melihat apakah ada Niaz disana, tapi saat Zin melihat semua anak-anak disana tetap saja Niaz tak ada disana. Saat Zin melihat ke seorang anak yang sedang bermain berdua dengan temannya tiba-tiba Zin melihat jika salah satu anak tersebut menangis seperti bertengkar dengan temannya itu, sampai anak kedua itu pun malah ikut menangis, bahkan saat menangis salah satu anak tersebut terlihat mengambil sebuah balok kayu yang kecil yang akan di pukul kan ke anak yang menangis tersebut. " Hey nak, jang,"teriak Zin tapi suara Zin terpotong karena terlihat ada salah satu perawat yang menghampiri mereka dan melerainya. Meskipun perawat itu sudah melerai nya tetap saja mereka sedang menangis, sampai tiba-tiba Zin melihat keanehan dimana perawat itu juga malah seperti menangis, perawat itu seperti mengusap air mata di pipinya yang jatuh dari matanya. " Kenapa dengan perawat itu? oh mungkin saja dia memiliki pengalaman yang bersangkutan dengan anak-anak seperti itu sehingga membuatnya menangis,"ujar Zin dalam hati berfikir positif saat itu. Lalu saat itu Zin kira keadaan disana bisa di urus oleh perawat itu, karena hanya ada 2 anak yang menangis, dan bertengkar saat itu sehingga Zin langsung saja meninggalkan mereka dan berniat untuk mencari kemana Niaz yang pergi dengan tergesa-gesa dari kamarnya tadi. Sampai Zin berbalik saat itu yang saat itu berada di pintu taman yang mengarah masuk ke ruang bermain tiba-tiba saat Zin melihat, anak-anak di ruang bermain yang tadinya santai saja, bersenang-senang, dan bermain bersama sekarang menjadi banyak anak-anak yang menangis, ada anak yang menangis dengan sambil matanya, ada yang memeluk kedua kakinya, ada juga yang menempelkan wajahnya ke lantai sambil menangis. Melihat kejadian seperti itu Zin langsung saja mencoba untuk menghampiri anak-anak tersebut dan mencoba untuk menenangkan mereka sehingga mereka tak menangis lagi, tapi belum Zin sampai di salah satu anak Zin melihat jika sudah ada perawat kembali yang menghampiri anak tersebut dengan tujuan untuk menenangkannya. " Syukurlah jika ternyata semua perawat disini sigap mencoba menenangkan anak-anak yang menangis disini,"ujar Zin dalam hatinya. Sampai Zin melihat jika ternyata semua anak-anak yang menangis tersebut sudah di hampiri oleh masing-masih perawat, tapi Zin dibuat sangat aneh, dan heran saat Zin melihat jika perawat yang menghampiri anak-anak yang menangis tersebut malah terlihat seperti ikut menangis. Lalu saat itu Zin melihat jika Syur ada di sebelah sana dekat dengan koridor yang menuju ke ruangannya, yang membuat Zin sangat aneh adalah Zin melihat jika Syur juga terlihat seperti mengusap air mata di pipinya. " Kenapa dengan semua anak-anak, da perawat disini? mereka semua menangis termasuk dengan perawat disini, dan bahkan Syur pun ikut menangis. Apa ini hari terharu sedunia? hehehe. Ah apa jangan-jangan ada salah satu anak di panti ini mengalami kemalangan sehingga membuat anak-anak dan perawat disini menangis, termasuk Syur. Aku harus menanyakan nya kepada Syur,"dengan bergurau dan sedikit senyum Zin berkata seperti itu dalam hatinya sendiri, lalu langsung saja berlari kecil menghampiri Syur yang saat itu terlihat masuk ke koridor yang mengarah ke ruangan nya. Beberapa saat Zin sudah sampai dekat dengan Syur. " Pak tunggu. Maaf pak apa kau tak merasa aneh dengan anak-anak, dan perawat di panti ini pak? semua anak-anak tiba-tiba menangis, dan ada juga yang bertengkar, lalu aku memang melihat jika perawat disini menghampiri anak yang menangis tersebut, tapi setelah mereka menghampiri anak tersebut mereka malah ikut menangis. Termasuk dengan dirimu yang aku lihat tadi memperhatikan mereka lalu kau juga malah ikut menangis ( dengan suara Zin mengecil, sedikit ragu ), sebenarnya ada apa ini pak?"ujar Zin memanggil Syur untuk berhenti berjalan karena Zin ingin bertanya, lalu Zin berkata seperti itu, bahkan Zin juga mengatakan jika Zin Zin aneh dengan semua anak, dan perawat di panti ini termasuk Syur yang saat itu juga seperti menangis. " Biarkan Zin biarkan, mereka hanya sedang mengenang apa yang mereka lihat, dan alami sebelum masuk ke panti ini Zin,"singkat, dan tanpa melihat ke arah Zin Syur dengan dinginnya menjawab seperti itu. " Maksudnya pak? maaf aku tak mengerti, tapi yang pasti mereka butuh bantuan,"Zin seketika berhenti bicara karena melihat Niaz yang saat itu jauh di hadapannya, berlari ke sebelah kiri dari koridor dimana Zin sedang berada disana, hanya saja Niaz di ujung koridor itu. " Niaz. ( teriak Zin ) Maaf pak, aku harus pergi menyusul Niaz, tadi aku lihat jika Niaz meninggalkan kamar seperti tergesa-gesa pak, aku harus menanyakan hal ini kepada Niaz. Maaf pak permisi,"ujar Zin berkata seperti itu kepada Syur yang saat itu terus saja melihat ke depan tanpa melihat, atau menjawab kembali perkataan Zin. Lalu Zin langsung saja pergi dengan berlari kecil, melewati Syur yang saat itu berdiri di hadapannya untuk mengejar Niaz yang saat itu terlihat melewati koridor ini, dan berbelok ke sebelah kiri. Yang Zin sadar jika arah yang di ambil Niaz menuju ke kamar nomor 2 dimana itu adalah kamar Endi. " Ada apa ini? Niaz malah terlihat menuju ke arah kamar nomor 2 dimana itu adalah kamar Endi. Apa rencana Niaz yang sebenarnya?"ujar Zin sambil sedikit berlari berkata seperti itu dalam hatinya. Lalu sampai lah Zin di pintu kamar tersebut, Zin tak melihat jika Niaz berada di kamar ini, tapi saat Zin lihat pintu kamar ini sedikit terbuka. " Pintu kamar ini sedikit terbuka, sepertinya, Niaz tadi memang menuju kemari, dan sekarang ada di dalam. Aku sebaiknya masuk, tapi dengan perlahan saja, berharap tak mereka ketahui jika aku kemari,",ujar Zin berkata seperti itu dalam hatinya sendiri sambil melihat ke arah pintu kamar nomor 2 tersebut yang terlihat sudah sedikit terbuka. Zin sudah memutuskan jika dirinya akan masuk ke dalam kamar tersebut. Tapi saat tangan Zin sudah akan memegang gagang pintu kamar tersebut, tiba-tiba pintu tersebut langsung saja terbuka sendiri dengan lebar sampai Zin dapat melihat jika ternyata benar apa yang di pikirkan Zin, Niaz ada di kamar ini bersama dengan Endi saat itu, bahkan Niaz saat itu sedang memeluk Endi yang terlihat menangis, dengan Niaz yang sepertinya juga terlihat seperti sedang menangis. Entah suara mereka yang keras, atau tiba-tiba pendengaran Zin yang jadi sangat peka sehingga Zin saat itu bisa mendengar percakapan mereka. Zin tanpa bicara, atau melakukan apa-apa terus saja berdiam diri disana. " Kau tak mengerti dengan apa yang aku rasakan, tak sedikit pun ada orang yang tahu isi hatiku. Bahkan Syur sekali pun, dia tak tahu apa yang ada dalam hatiku, tidak Niaz, tidak,"ujar Endi yang saat itu sambil menangis berkata seperti itu kepada Niaz yang memeluknya. Niaz tak bicara apa-apa saat itu, Niaz terlihat hanya terus saja memeluk Endi mencoba menenangkan Endi. " Sebaiknya kau pergi Niaz, pergi saja. Kau tak akan bisa membuat ku melupakan apa yang aku rasakan, kau tak akan mengerti rasa sakit yang aku rasakan Niaz. Kau tak tahu bagaimana rasanya melihat orang yang sangat aku sayang di hantam dengan sebuah balok kayu sehingga dia tak sadarkan diri, lalu di culik dan sampai sekarang aku tak tahu apa yang terjadi kepada mereka, mereka masih hidup atau tidak, mereka selamat atau tidak. Kau tak mengerti apa yang aku rasakan Niaz, jadi sebelum kau melangkah lebih jauh, yang membuat mu kecewa dengan kegagalan mu untuk membuat ku sembuh lebih baik kau pergi Niaz,"ujar Endi yang berkata seperti itu, menyuruh agar Niaz menghentikan usahanya membantu Endi bisa sembuh dari traumanya, dan langsung saja melepaskan pelukan Niaz darinya. Endi yang saat itu melepaskan pelukan Niaz, dan langsung saja berdiri tiba-tiba dengan mudahnya mendapatkan sebuah balok kayu yang besar. Sampai balok kayu tersebut diangkat Endi seperti akan di hantamkan ke Niaz, sampai Endi sudah mengangkat balok kayu tersebut, akan memukulkan nya kepada Niaz. Zin saat itu langsung saja mencoba untuk berteriak agar Niaz pergi dari sana karena Endi yang saat itu terlihat ingin memukul Niaz saat itu. Tapi tak tahu kenapa saat itu suara Zin tak keluar, sehingga Zin tak bisa berkata apapun kepada Niaz sampai kejadian itu terjadi begitu cepat sehingga tanpa Zin sadari, Niaz sudah tergeletak di lantai saat itu dengan balok kayu yang di tangan Endi sudah berlumuran darah. Sampai saat itu Zin tak bisa melakukan apa-apa dan hanya bisa berdiam diri dengan tatapannya yang tajam, sangat ketakutan dengan kejadian yang Zin saksikan itu. Dengan wajah yang luar biasa takut Zin langsung saja berniat untuk lari karena saat itu terlihat jika Endi yang masih memegang balok kayu yang sudah berlumuran darah tersebut perlahan menghampiri Zin. Tapi entah kenapa Zin tak bisa menggerakan tubuhnya saat itu, sehingga Zin terus saja melihat Endi yang masih dengan balok kayu tersebut berjalan menghampiri Zin saat itu, sampai Endi sudah sangat dekat dengan Zin, bahkan sudah tepat di hadapan Zin saat itu Dengan tatapan yang ketakutan, dan wajah yang di basahi dengan keringat Zin melihat ke arah Endi saat itu. Tapi aneh, saat itu Zin tak dapat melihat wajah Endi karena Endi mengenakan jaket yang memiliki kupluk di kepalanya sehingga wajahnya hanya terlihat gelap saja, sampai tiba-tiba Endi membuka kupluk dari kepalanya dengan sangat cepat, lalu secepat kilat wajah Endi tepat berada di hadapan wajah Zin. Tapi saat Zin bisa melihat wajahnya saat itu, ternyata itu bukan Endi tapi orang lain lalu dengan suaranya yang mengerikan. " Semuanya akan mati di tangan ku, termasuk kau. Aku akan membuat kalian sengsara dengan hidup kalian yang sekarang dan akan menghabisi kalian semua,"ujar pria tersebut seperti itu, lalu dengan secepat kilat orang itu memukul Zin saat itu. " Tunggu,"dengan berteriak, sambil bangkit Zin berkata seperti itu. Dan ternyata saat itu Zin mengalami mimpi buruk, lalu tiba-tiba dengan sangat cepat Niaz langsung saja membuka kamar dan masuk ke dalam. " Kak ada apa?"dengan wajah yang kaget dan khawatir Niaz langsung saja menghampiri Zin, dan bertanya. " Oh Zin kau sudah pulang? maaf Zin kau sepertinya sangat kaget, alu mengagetkan mu? maaf Niaz, tadi aku hanya mimpi buruk saja,"ujar Zin berkata seperti itu kepada Niaz saat itu. Saat itu Zin berfikir jika Niaz pasti akan bertanya mimpi apa yang Zin alami barusan, dan Zin berfikir untuk tidak memberitahu Niaz terlebih dahulu. " Ya kak ini sudah siang, dan tentu saja aku sudah pulang sari sekolah ku. Kau sampai berteriak, dan berkeringat seperti itu, mimpi apa yang kau alami kak?"Niaz menjawab, dan seperti yang di pikirkan Zin, Niaz benar saja bertanya tentang mimpi apa yang Zin alami tadi. " Apa ini sudah siang? Niaz maaf bisa kita tunda jawaban dari pertanyaan mu tadi, ini sudah waktunya kita menyiapkan makanan untuk anak-anak panti disini. Ayo lebih baik kita bergegas menghampiri Syur yang sepertinya sudah berada di dapur menyiapkan makanan untuk anak-anak disini Niaz,"ujar Zin berkata seperti itu, mengalihkan pertanyaan Niaz agar Zin bisa tak menjawabnya saat itu, dan langsung saja mengajak Niaz untuk pergi membantu Syur menyiapkan makanan untuk anak-anak di panti. " Oh ya tentu kak. Tadi aku dari luar berniat untuk ke dapur membantu Syur kak, baru beberapa langkah aku pergi aku mendengar kau berteriak bicara ' tunggu ' tadi jadi aku kaget dan tentu saja aku langsung masuk untuk memastikan keadaan mu kak. Baiklah jika seperti itu kak, ayo kita bantu Syur sekarang,"ujar Niaz menjelaskan apa yang sempat Niaz akan lakukan tadi, dan kembali ke kamar karena mendengar Zin berteriak sehingga Niaz tak jadi ke dapur karena khawatir dengan keadaan Zin saat itu. " Oh ya maaf Niaz. Yasudah sekarang aku sudah bangun tadi aku sedikit lelah jadi aku dengan mudah tertidur, tapi sekarang aku sudah tak apa-apa, ayo sebaiknya kita cepat ke dapur untuk membantu Syur, kasihan Syur pasti akan kewalahan jika kita tak membantunya,"ujar Zin berkata seperti itu, lalu langsung saja mengajak Niaz pergi ke dapur untuk membantu Syur. " Ya ayo kak,"jawab Niaz. Lalu mereka langsung saja keluar kamar, dan langsung saja pergi menuju ke dapur untuk membantu Syur yang sepertinya sudah mulai menyiapkan makanan untuk anak-anak di panti ini. " Pak, ini aku. Bisa aku masuk?"ujar Zin sambil mengetuk pintu. " Masuk kemana Zin? kau tak perlu masuk dulu,"jawab Syur berkata seperti itu. " Oh ya tapi," " Darrrrr. Hahaha maaf Zin mengagetkan mu, kalian rajin sekali ini kan belum pas waktunya untuk menyiapkan makanan anak-anak,"bercanda mengagetkan Zin, dan Niaz dengan bicara seperti itu dan menepuk pundak Zin, Syur lalu bertanya seperti itu. " Huuh pak kau benar-benar mengagetkan ku. Oh ya apa itu benar? karena tadi kita melihat jam aku kira ini sudah waktunya untuk menyiapkan makanan untuk anak-anak pak,"ujar Zin menjawab, dan berkata seperti itu. " Haha maaf Zin, Niaz. Ya baiklah jika menurut mu seperti itu, ayo kita masuk dan kita menyiapkan makanan untuk anak-anak disini,"ujar Syur saat itu. Lalu mereka pun masuk. " Em Niaz wajah mu terlihat kurang segar ada apa?"tanya Zin. " Oh ya? kau bisa melihatnya kak? ya jujur saja aku merasa sedikit terganggu di bagian mataku seperti ada yang masuk kak,"jawab Niaz. " Jika seperti itu, kau lebih baik ke toilet saja dulu Niaz, aku akan membantu Syur disini. Jika sudah kemari lah,"ujar Zin berkata seperti itu berharap Niaz akan pergi dulu karena Zin ingin mengatakan tentang mimpinya kepada Syur saat itu. " Oh ya sepertinya aku membutuhkan itu kak. Baiklah kak, pak maaf aku ke toilet dulu sebentar,"ujar Niaz langsung saja keluar dapur, menuju ke toilet dulu saat itu. " Pak maaf menggangu mu sebentar, aku ingin bicara sesuatu tapi tidak di ketahui Niaz makannya aku menyuruhnya dulu ke toilet,"ujar Zin kepada Syur saat Niaz sudah pergi ke toilet. " Ya Zin apa itu? katakanlah,"ujar Syur. " Aku bermimpi buruk tadi, dan isi dalam mimpi ku itu, Niaz sedang mencari Endi tapi setelah Niaz menemukan Endi Niaz malah di hantam Endi menggunakan balok kayu," " Baiklah Zin cukup untuk sekarang kita akan bicarakan ini nanti sepertinya Niaz sudah kembali,"Memotong pembicaraan Zin, ujar Syur seperti itu. " Kak, pak aku sudah kembali,"ujar Niaz.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD