Sebuah Kejadian Yang Menyayat Hati.

4857 Words
Hari itu Zin, dan Niaz lali terus membereskan ruangan yang menjadi kamar mereka itu, sehingga ruangan itu terlihat sangat bersih dan bukan lagi ruangan yang lama tak ditinggali seperti sebuah gudang. " Niaz kita beruntung karena kita dapat rumah yang bisa menjadi tempat tinggal kita dengan nyaman, dan tak perlu membayar. Syur orang yang sangat baik, dia memberikan kita tempat tinggal dan kita tak perlu membayar, dia bilang aku hanya harus membantu tugasnya saja merawat tempat, dan melakukan kegiatan di panti ini saja, anggap saja jika itu adalah cara aku membayar Syur untuk tinggal disini, karena Syur bilang jika aku canggung menerima bantuan nya, aku ikut saja bekerja dengan nya sebagai cara ku membayar sewa tempat ini kepadanya, sehingga aku pun setuju, lalu sekarang disinilah kita. Niaz semoga kau betah ya disini, tapi maaf memang sekarang kau harus menempuh jarak yang lebih jauh untuk pergi ke sekolah Niaz,"ujar Zin menjelaskan bagaimana Syur menawarkan tempat tinggal ini kepada Zin. " Iya tak apa-apa kak, aku lagi pula aku sudah biasa berjalan jika hanya bertambah beberapa kilo meter saja aku tak keberatan kak. Terima kasih, kau tepat mengambil keputusan kak, sampai sekarang kita mendapatkan tempat yang lebih layak seperti ini untuk tempat kita tinggal kak,"jawab Niaz seperti itu. " Ya tentu saja. Baiklah kau sudah beres bersih-bersih tempat ini? sebaiknya kita tidur besok kau harus sekolah kan Niaz?"tanya Zin berkata seperti itu kepada Niaz. " Oh ya kak tapi apa kita tak melakukan pengenalan terhadap orang lain terlebih dahulu jika kita mulai tinggal disini?"tanya Niaz seperti itu. " Oh ya soal itu, Syur bilang ini kan sudah malam jadi kita lakukan itu besok saja, lagi pula anak-anak panti disini sudah beristirahat, dan penjaga panti disini juga sudah mulai beristirahat, jadi esok hari saja kita melakukan pengenalan terhadap mereka,"jawab Zin. " Ya baiklah jika seperti itu. Tapi kak aku ingin pergi toilet, dimana toilet panti ini kak?"tanya Niaz. " Oh ya Niaz aku lupa bertanya tentang itu kepada Syur, tapi tak apa-apa ayo kita cari saja Niaz. Pasti tak jauh dari kamar ini,"ujar Zin sambil mengajak Niaz pergi. Lalu saat itu pun mereka langsung saja pergi mencari kemana toilet di tempat ini. Saat mereka melewati sebuah lorong-lorong mereka menemukan sebuah tanda yang menunjukan arah ke toilet di panti, mereka melewati beberapa lorong sampai di salah satu lorong, mereka melewati sebuah kamar anak-anak panti tersebut. Niaz saat itu bisa melihat ke dalam kamar tersebut karena hanya di tutupi kaca, dan gorden untuk menutup kamar tersebut, tapi gorden itu pun sedikit tembus pandang sehingga Nina dapat melihat ke dalam kamar tersebut dari kaca tersebut. Saat Niaz terus saja dituntun oleh Zin, Niaz terus saja berjalan, tapi dengan pandangan Niaz yang melihat ke arah kamar tersebut. Niaz melepaskan genggaman tangan Zin saat itu karena Niaz melihat seorang anak yang tersedu-sedu menangis, dengan memeluk kedua kakinya, entah kenapa anak itu tapi dengan memeluk kakinya anak itu menangis. Sampai tiba-tiba. " Niaz ayo, itu toiletnya,"ujar Zin dengan langsung saja menarik tangan Niaz. Lalu Niaz pun langsung saja kembali berjalan untuk pergi ke toilet. Beberapa saat kemudian Niaz selesai dari toilet, dan langsung saja mengajak Zin untuk kembali ke kamar. Saat Zin, dan Niaz akan kembali ke kamarnya tentu mereka melewati lorong dimana Niaz melihat seorang anak kecil yang menangis di kamar tersebut, Niaz mencoba untuk melihat kembali anak tersebut, tapi saat Niaz melihatnya anak tersebut sudah tertidur dengan wajahnya yang terlihat lusuh, seperti sangat kelelahan karena tadi sudah menangis. Lalu Niaz, dan Zin pun langsung saja pergi masuk ke kamar mereka untuk beristirahat malam ini. Saat Zin sudah berbaring dan tertidur Niaz tak langsung bisa tidur, Niaz memikirkan tentang anak yang tadi Niaz lihat. " Apa yang anak tadi pikirkan ya, sehingga dia menangis dan tertidur dengan kelelahan karena menangis. Seberat itu kah permasalahan anak itu?"tanya Niaz dalam hatinya sendiri. Entah kenapa saat itu Niaz merasa sangat penasaran dengan anak tersebut sehingga terlintas di pikirannya untuk mencari tahu tentang apa yang sudah anak tersebut alami sehingga anak tersebut, merasa sangat sedih seperti itu. Lalu malam itu Niaz langsung saja mencoba untuk tidur. Keesokan harinya Niaz bangun dengan Zin yang sudah tak ada di sampingnya, padahal Niaz bangun ketika jam masih menunjukan pukul 05 : 30. Niaz baru ingat jika ini kan bukan di rumahnya, ini hari pertama dia tinggal di panti, tentu saja Zin tak ada di kamar, dan mungkin saja Zin bangun lebih awal karena tentu saja membantu Syur untuk melakukan pekerjaan nya di panti ini. Untuk itu Niaz langsung saja pergi ke liar kamarnya, dan tiba-tiba saat Niaz sudah berada di kamarnya beberapa orang petugas di panti ini sudah terlihat membersihkan panti tersebut. Niaz tak tahu harus kemana mencari Zin saat itu, Niaz langsung berniat akan menanyakan nya saja kepada petugas lain di panti ini, tapi saat Niaz akan menanyakannya terlihat dari arah dimana Niaz lewati saat akan ke toilet, Zin keluar dari sana terlihat berjalan ke arah Niaz. " Kak darimana kau? aku kaget karena saat aku bangun kau sudah tak ada, kenapa kau bangun sangat pagi sekali kak?"langsung menghampiri Zin, tanya Niaz seperti itu. " Oh ya? tenanglah Niaz, aku juga baru bangun tadi lalu aku langsung saja mencari Syur, lalu dia mengajak ku untuk membantunya di dapur, tapi saat sudah di dapur Syur lihat kau tak ada bersama ku, sehingga dia bicara agar aku kembali ke kamarnya dan mengajak mu. Dia bilang kau akan kaget karena melihat aki sudah tak ada di samping mu, dan sepertinya Syur benar tentang itu. Baiklah jika sudah seperti ini, ayo ikut aku Niaz kita bantu Syur mengerjakan pekerjaan nya di dapur sekarang, lalu setelah itu kau bersiap lah untuk bersekolah,"ujar Zin saat itu menjelaskan apa yang Syur bicarakan terhadapnya, dan langsung saja mengajak Niaz untuk menghampiri Zin di dapur. " Ya seperti itu lah kak, aku tadi memang agak kaget karena melihat mu yang sudah tak ada di samping ku, tapi aku berfikir kau langsung membantu Syur untuk mengerjakan tugas nya disini, dan ternyata benar saja untuk itu lah aku langsung saja keluar dan mencoba untuk mencari mu kak. Tapi aku bingung harus mencari mu kemana aku belum tahu ruangan-ruangan disini, sampai aku berniat untuk bertanya saja kepada petugas lain yang mungkin saja melihat mu kak, tapi belum sempat aku bertanya kau sudah terlihat muncul, jadi sekarang ya seperti ini lah,"ujar Niaz sambil berjalan ke dapur bercerita jika memang benar dia merasa kaget karena Zin sudah tak ada di samping Niaz, tapi sekarang semuanya sudah jelas. " Ya baiklah sekarang kau tak usah bingung lagi karena sekarang kau akan tahu sedikit tentang ruangan di panti ini, seharusnya kita berkeliling dulu di panti ini Niaz, Syur pun bicara seperti itu, tapi karena kau harus bersekolah tentu saja kita berkeliling mengunjungi ruang-ruang, dan anak-anak disini nanti saja saat kau pulang dari sekolah atau saat kau libur sekolah. Begitu pikirku,"ujar Zin seperti itu. " Ya ka, sepertinya memang seperti itu. Untuk itu nanti saja saat aku sudah pulang sekolah kak, aku punya banyak waktu juga kan setelah pulang sekolah kak, kita bisa berkeliling mengunjungi ruang, dan anak-anak di panti tersebut saat aku sudah pulang sekolah,"jawab Niaz. Dengan seperti itu Niaz berfikir akan bisa tahu dimana, di ruang apa anak yang Niaz lihat menangis kemarin tidur. Lalu Niaz bisa berbincang dengan nya tentang masalah apa yang anak itu alami sehingga anak itu menangis sampai seperti itu. " Hey Niaz, kau tak mendengarkan ku? kita sudah sampai,"ujar Zin kejutkan Niaz yang saat itu melamun apa yang Niaz pikirkan, sampai Niaz tak mendengarkan apa yang Zin katakan. " Oh ya maaf ka, tadi aku melamun melihat jalan yang aku lalui agar nanti aku tak lupa jika harus bolak-balik sendiri kak,"ujar Niaz seperti itu pada Zin. " Oh ya baiklah. Sudah ayo masuk,"ajak Zin sambil membuka pintu dapur. " Nah kalian sudah sampai. Niaz kau sekarang sudah tahu kan jalan menuju kemari, jika lain kali kakak mu bangun lebih dulu, kau tak usah kaget, dan khawatir Zin pergi kemana, karena mulai sekarang setiap pagi Zin akan membantu ku disini,"ujar Syur seperti itu pada Niaz. " Oh ya pak. Tadi aku memang kaget karena kakak yang sudah tak ada, karena aku bingung. jika harus mencarinya kemana, aku belum tahu kamar-kamar disini jadi aku kaget karena takut harus kemana tadi hehe,"Niaz menjawab sambil sedikit cengengesan, karena malu. " Ya makannya saat tadi Zin menghampiri ku, tanpa kau bersama nya aku langsung saja menyuruhnya untuk kembali, dan benar saja kan apa yang aku khawatirkan. Tapi sekarang tak ada yang harus di khawatirkan, karena kau sudah tahu kan dimana dapur. Oh ya kalian tentu harus memperkenalkan diri kepada perawat, petugas disini, beserta anak-anak disini, tapi karena kau harus sekolah tentu saja bukan saat kau sekolah Niaz tapi nanti saja jika kau sudah memiliki waktu luang, pulang sekolah atau saat kau libur sekolah. Ayo kita berbincang sambil membawa ini ke meja makan karena ini sudah waktunya mereka menyantap makanan pembuka,"ujar Syur seperti itu, dan mengajak kami untuk membantu menyiapkan makanan pembuka ini untuk anak-anak di panti ini. Lalu kami pun langsung saja mengantarkan makanan-makanan yang disiapkan untuk mereka, pagi itu. Tak terasa jika. waktu sudah menunjukan waktunya untuk Niaz sekolah bahkan Niaz hampir saja kesiangan. " Kak, pak aku bersiap dulu untuk pergi sekolah ini sudah waktunya,"ujar Niaz izin kepada Syur, dan Zin. " Oh ya ayo Niaz ini sudah siang maaf karena tadi kita sambil berbincang jadi tak terasa waktu sudah semakin siang, ayo pergi lah,"ujar Syur kepada Niaz saat itu. " Iya tak apa pak. Ini masih jauh dari terlambat pak, yasudah aku bersiap dulu pak, kak,"jawab Niaz. Lalu Niaz langsung saja kembali ke kamarnya, mempersiapkan dirinya untuk pergi sekolah. Singkat carita Niaz sudah siap untuk pergi sekolah, Niaz berencana untuk izin pergi terlebih dahulu kepada Zin, dan Syur. Jalan menuju ke dapur tak jauh berbeda saat Niaz pergi ke toilet malam itu hanya saja lebih jauh toilet, tapi intinya Niaz melewati kembali kamar dimana Niaz melihat seorang anak menangis di salah satu kasur, tapi sekarang tak ada satu anak pun yang ada disana. " Oh iya aku lupa tentu saja disini tak ada siapa-siapa karena sedang menyantap makanan pembuka saat ini,"ujar Niaz dalam hati. Lalu Niaz langsung saja ke dapur dimana tadi Zin, dan Syur membuat makanan untuk anak-anak di panti tersebut. Saat Niaz akan membuka pintu dapur, tiba-tiba. " Niaz tak usah masuk pintu itu, aku di sebelah sini,"ujar Zin sedikit teriak kepada Niaz. Lalu Niaz melihat jika Zin, dan Syur sedang berada di tempat makan yang Niaz bisa masuk lewat pintu yang ada di sebelah pintu dapur tersebut. Niaz pun langsung saja masuk ke ruang makan tersebut, dan langsung saja izin pergi ke sekolah kepada Zin, dan Syur. Niaz sudah pergi ke sekolah, sementara Zin membantu Syur untuk kembali menyiapkan makanan untuk anak-anak panti. Singkat cerita Zin sudah menyiapkan makanan untuk mereka, dan membereskan bekas makan mereka. Hari sudah mulai siang, pekerjaan Syur, dan Zin pun sudah selesai untuk pagi ini, sekarang anak-anak di biarkan bermain di pekarangan, taman, dan tempat lainnya sehingga tak ada yang harus mereka lakukan, hanya memperhatikan mereka saja, tak ada yang lain lagi. Di waktu ini lah Zin bisa memanfaatkan waktu untuk mengais rezeki dari cara lain. Cara lain itu tentu saja maksudnya adalah memulung barang bekas bersama Exlin. " Pak apa masih ads pekerjaan yang harus kita kerjakan lagi sekarang?"tanya Zin. " Untuk sekarang pekerjaan kita sudah selesai Zin, ada apa? kau ingin mengerjakan hal lain dulu?"jawab Syur, sambil bertanya. " Ya pak, aku akan memulung bersama teman ku dulu jika pekerjaan disini selesai untuk sekarang pak,"jawab Zin. " Kau anak yang giat, dan rajin Zin. Ya tentu, tentu saja kau bisa memanfaatkan waktu ini untuk mengerjakan hal lain dulu Zin,"ujar Syur, sambil memuji Zin saat itu. " Baik pak terima kasih. Jam berapa aku harus kembali, untuk membantu pekerjaan disini pak?"tanya Zin saat itu. " Ya kau kembali saja saat tengah hari, tapi aku pikir kembali lah kemari sebelum tengah hari Zin, agar kau bisa beristirahat terlebih dahulu karena sudah bekerja lalu bisa langsung membantu pekerjaan ku kembali disini,"jawab Syur. " Ya baik pak. Terima kasih aku pergi dulu,"ujar Zin. Lalu Zin langsung saja membawa barang nya yang selalu dibawa untuk bekerja memulung. Tapi Zin kebingungan saat itu, bagaimana jika Exlin datang kemari dan memanggil Zin sementara Zin sudah berangkat terlebih dahulu. Maka dari itu Zin memutuskan untuk menunggu dulu saja Exlin, depan dari panti ini saja. Beberapa saat menunggu Zin tak melihat jika Exlin tak datang kemari untuk mengajak Zin bekerja, Zin bingung harus pergi atau tidak karena ini sudah semakin siang, jika Zin belum juga berangkat Zin bisa terlambat untuk pulang ke panti ini saat sudah bekerja. Maka saat itu Zin langsung saja memutuskan untuk pergi saja, karena Exlin pun tak jelas akan mengajak Zin atau tidak. Saat itu Zin pun langsung saja pergi untuk bekerja, Zin akan mencari peruntungan nya di kantor sekarang. Saat Zin sudah agak jauh dari panti tiba-tiba. " Zin tunggu,"dari jauh seseorang berteriak. Dan saat Zin lihat ternyata itu adalah Exlin. Dengan berlari Exlin langsung saja menghampiri Zin saat itu. " Hah, hah, hah. Kau yakin akan pergi sendirian untuk bekerja?"sambil nafas terengah-engah kelelahan karena berlari, Exlin bertanya. " Kau ini, aku tadi menunggu mu di depan panti Exlin, tapi kau tak ada, sementara ini sudah semakin siang. Jika aku semakin siang pergi bekerja, aku tak akan bisa membantu pekerjaan panti Exlin, karena sebelum tengah hari aku harus sudah berada di panti untuk kembali membantu di panti Exlin,"ujar Zin memberi tahu kondisinya di panti saat itu. " Oh ini berarti aku yang terlambat Zin, maaf ya Zin. Yasudah ayo kita berangkat sekarang Zin, tak apa kan. Kau masih sempat bekerja kan Zin,"tanya Exlin saat itu. " Yasudah tak apa-apa tenang saja Exlin, ayo sebaiknya kita cepat, ini sudah semakin siang. Aku pikir kita pergi ke kantor saja Exlin, aku lihat di sana ramai dan kau bisa menghasilkan uang lebih, sementara disana juga banyak barang yang bisa aku kutip,"ujar Zin merekomendasikan tempat yang sebaiknya di datangi hari ini. " Oh ya Zin tentu, kau benar, itu ide bagus Zin,"jawan Exlin. Lalu mereka pun langsung saja berangkat kemana mereka akan mencari barang bekas, sementara Exlin mengamen di perempatan jalan di dekat kantor tersebut. Beberapa saat kemudian mereka sampai di kantor dimana Zin biasa mengutip barang bekas, lalu dengan cepat Zin selesai bekerja disana, dan mengajak Exlin untuk pergi, karena sudah cukup Zin mengutip barang disini. " Bagaimana hasilnya? aku sudah selesai dengan pekerjaan ku, dan ini sudah semakin siang Exlin sepertinya sudah waktunya untuk aku pulang ke panti. Kau akan pergi kemana sekarang?"ujar Zin kepada Exlin saat itu. " Lumayan Zin, ini memuaskan hehe. Sekarang aku sepertinya akan pergi ke rumah mu yang duku saja Zin, karena ayah ku sedang berada disana melakukan sedikit pekerjaan jadi aku akan membantunya saja disana,"jawab Exlin. " Oh yasudah jika seperti itu, ayo kita pergi tentu aku akan melewati jalan yang sama dengan mu Exlin. Ayo,"ujar Zin langsung mengajak Exlin pergi. " Ya baiklah Zin ayo,"kami pun langsung pergi. " Zin aku tahu ini baru hari pertama kau tinggal di panti, tapi bagaimana keadaan disana Zin? kau betah tinggal disana?"tanya Exlin sambil berjalan saat itu. " Oh ya seperti biasa layaknya sebuah panti, tapi disana panti yang membuat nyaman, maksud ku disana terasa sangat tenang saat malam Exlin. Kau tau kan bagaimana tempat tinggal ku yang sebelum nya tentu saja panti tersebut membuat ku sangat betah di bandingkan rumah ku yang dulu Exlin,"jawab Zin seperti itu. " Ya bagus lah jika kau merasa seperti itu Zin. Tapi bagaimana dengan Niaz? maksud ku, itu kan panti Zin tentu saja panti adalah tempat anak-anak yang tidak mempunyai orang tua Zin, apa Nia tak apa-apa?"tanya Exlin kembali seperti khawatir tentang Niaz. " Tentang itu Niaz seperti biasa saja, tak ada yang membuat Niaz berfikir keras, atau teringat sesuatu yang membuatnya mengalami rasa sedih, atau mengeluh. Tapi kemarin malam saat kami mencari sebuah toilet, dan melewati sebuah kamar tak tahu apa yang Niaz lihat, dia sampai berhenti, tapi saat aku tanya dia bilang, tak ada apa-apa,"jawab Zin seperti itu. " Ya bagus lah jika seperti itu Zin aku hanya khawatir jika ada yang mengguncang perasaan Niaz, karena bagaimana pun itu panti, dan mirisnya kau, dan Niaz mengalami hal buruk yang erat kaitannya dengan panti Zin,"ujar Exlin khawatir dengan keadaan Niaz. " Terima kasih Exlin karena sudah khawatir tentang Niaz, tapi tak ada apa-apa,"ujar Zin. Saat mereka berjalan, dan akan melewati sebuah club dimana Niaz pernah berkata, jika setiap melewati club tersebut selalu ada seorang pria yang dengan tajam memperhatikan Niaz sehingga membuat Niaz sedikit takut. Tapi saat Zin lihat ke area sekitar tak ada satu orang pun disana, bahkan penjaga di pintu club pun tak ada. Saat itu Zin langsung saja melanjutkan jalannya, sampai tiba-tiba. " Zin, kau tak mendengar apa yang aku katakan?"tanya Niaz sambil menepuk bahu Zin. " Oh maaf Exlin tadi aku melamun jadi aku tak mendengar kau bicara," " Bukkk," " Ah apa itu,"Zin, dan Exlin kaget karena tiba-tiba terjatuh sebuah karung besar yang entah apa isinya. Sehingga saat itu Zin tak bicara lagi lalu tatapan mereka pun terfokus kepada karung yang terjatuh tersebut, dan saat melihat ke sebelah, dan keatas ternyata karung besar ini berasal dari truk yang sedang Zin, dan Niaz lewati saat itu. " Niaz pun penasaran dengan isi dari karung tersebut, sampai Niaz langsung saja menendang karung tersebut," " Hey, apa yang kalian lakukan dengan barang ku. Pergi,"teriak seorang pria dari atas truk tersebut sepertinya yang melempar karung tersebut ke bawah. " Ma, maaf pak, kami tak melakukan apa-apa. Maaf,"ujar Zin sambil pergi berlari menarik tangan Exlin saat itu. Setelah Zin, dan Exlin berlari sehingga berada cukup jauh dari club tersebut, mereka pun rehat sebentar karena kelelahan. " Exlin apa yang kau pikirkan? kenapa kau menendang barang tadi,"tanya Zin sambil sedikit menyentak Exlin. Tapi saat Zin bertanya seperti itu Exlin hanya terdiam dengan tatapan kosong, entah apa yang membuatnya seperti itu. " Exlin, kau tak mendengar ku? Exlin,"tanya Zin sambil mengguncang bahu Exlin karena Exlin tak merespon pertanyaan Zin. " Oh ya maaf Zin aku melamun sampai tak mendengar perkataan mu, maaf apa yang kau tanyakan tadi? oh ya soal tadi aku menendang barang yang di jatuhkan tersebut. Itu, aku, aku, aku kaget Zin, dan sangat penasaran dengan isi dari karung tersebut. Aku merasa jika apa yang aku tendang tadi adalah badan, seseorang Zin, entah bagian apa yang aku tendang tapi terasa jika aku menendang sebuah kulit Zin,"dengan sedikit terbata-bata Zin berkata seperti itu, membuat Zin sedikit merasa aneh dengan apa yang Zin katakan itu. " Apa? badan? kulit? Exlin yang kau tendang tadi di bungkus dengan karung, jadi bagaimana kau bisa merasakan benda yang ada di dalamnya itu Exlin. Mungkin itu hanya perasaan mu saja Exlin, tak apa sudahlah jangan kau pikirkan itu Exlin. Ini sudah semakin siang ayo kita harus pergi, kau akan membantu ayah mu kan, aku harus secepatnya pergi pulang ke panti Exlin,"ujar Zin saat itu kepada Exlin. " Ya tentu ayo Zin, kau tak perlu mengantar ku sampai ke rumah mu yang dulu Zin, cukup sampai sini saja, dan sekarang kau lewat jalan situ saja, agar lebih cepat, lagi pula aku juga sudah dekat dengan tempat bekerja ayah ku kan Zin,"ujar Exlin kepada Zin saat itu. " Oh ya baiklah jika seperti itu Exlin, oh ya untuk besok jika kau akan bekerja dengan ku lagi, kau lebih baik ke panti setelah tengah hari saja Exlin agar aku bisa lebih lama bekerja dengan mu,"ujar Zin saat itu. " Ya baiklah Zin aku mengerti. Baik Zin hati-hati, kita berpisah disini,"ujar Exlin. Lalu Zin langsung saja pergi akan pulang ke panti, sementara Exlin yang akan pergi ke rumah Zin yang dulu dimana ayah Exlin bekerja. Beberapa saat Zin berjalan, akhirnya Zin bisa sampai di panti sebelum tengah hari, sehingga Zin bisa beristirahat sebentar sebelum Zin membantu pekerjaan Syur untuk anak-anak di panti ini. Lalu Zin langsung saja menyimpan peralatan nya dan langsung saja membersihkan dirinya, lalu masuk ke dalam kamarnya untuk beristirahat sebelum membantu pekerjaan Syur di panti ini. Sudah agak lama Zin beristirahat tapi Syur belum ada menghampirinya untuk mengajak Zin mambantu pekerjaannya. Zin memiliki inisiatif untuk langsung saja mencari Syur dan membantu pekerjaan Syur. Tapi saat Zin akan keluar pintu sudah terlebih dahulu terbuka karena Niaz membuka pintu itu, Niaz pulang agak cepat hari ini dibandingkan hari biasanya. " Kau sudah pulang Niaz, tak seperti biasanya hari ini kau pulang awal,"ujar Zin kepada Niaz. " Ya kak. Kau mau pergi kak?"tanya Niaz. " Ya tadi Syur bilang jika tengah hari ini ada tugas, pekerjaannya di panti ini, tapi dari tadi kakak tunggu Syur belum juga kemari, mungkin Syur sudah ada di dapur menyiapkan makan siang untuk anak-anak disini, jadi kakak akan langsung saja ke dapur untuk membantu Syur disana. Baiklah kau sebaiknya beristirahat karena kau pasti lelah baru pulang dari sekolah, aku akan membantu Syur jika nanti kau akan menghampiri ku kau tahu kan jalan ke dapur,"ujar Zin menjawab pertanyaan Niaz saat itu. " Tidak kak, aku ikut sekarang saja kak, aku tidak kelelahan ko,"ujar Niaz. " Baiklah ayo,"ujar Zin sambil langsung saja keluar kamar dan akan menuju dapur. Zin, dan Niaz langsung saja pergi menuju dapur, saat akan sampai di dapur tiba-tiba dari belakang Syur memanggil mereka. " Zin, Niaz mau kemana kalian?"tanya Syur di belakang kami. " Oh pak, kau tidak ada di dapur? pekerjaan di tengah hari ini bukan menyiapkan makanan untuk mereka pak?"tanya Zin bingung karena Syur malah berada jauh dari dapur bukan ada di dapur. " Ya memang itu, tapi ini baru saja lewat sedikit dari tengah hari, mereka baru saja pada masuk dari taman bermain, dan sekarang aku baru akan menyiapkan makanan untuk mereka. Niaz kau sudah pulang?"ujar Syur dan bertanya seperti itu. " Ya pak aku baru saja pulang,"jawab Niaz. " Oh baiklah pak jika seperti itu aku tak terlambat untuk membantu mu kan pak?"tanya Zin seperti itu. " tentu, tentu kau tak terlambat Zin. Dan untuk mu Niaz apa tak sebaiknya kau beristirahat saja dulu kau baru saja pulang sekolah kan?"tanya Syur. " Tak apa pak, aku tidak lelah jadi aku lebih baik membantu saja,"jawab Niaz. " Baiklah kau anak yang rajin seperti kakakmu, jika seperti itu, ayo kita siapkan makanan untuk mereka,"ujar Syur mengajak kami masuk ke dapur. Saat Syur membuat makanan di bantu oleh, Zin, dan Niaz Syur berkata. " Niaz boleh kau membantuku?"tanya Syur. " Ya tentu, ada apa pak?"jawab Niaz dengan bertanya. " Diluar sana, anak-anak suka masih ada yang bermain bisa kau rapikan mereka sehingga mereka duduk di tempat mereka masing-masing?"ujar Syur seperti itu. " Oh ya baik pak, aku lakukan,"jawab Niaz. " Terima kasih,"jawab Syur dengan tersenyum kepada Niaz. Niaz langsung saja masuk ke ruangan makan yang sudah berkumpul, duduk dengan rapi para anak-anak di panti ini. Meskipun ya memang ada anak-anak yang masih berlarian, atau tidak duduk di kursinya, malahan ada anak yang berdiam diri di pojok sana melihat keluar dari kaca. Niaz langsung saja mengajak mereka untuk duduk di tempatnya masing-masing, dan Niaz menghampiri anak yang ada di pojok melihat ke luar jendela itu juga. Niaz menghampiri anak tersebut, dan langsung mengajak nya untuk duduk di tempatnya untuk makan, tanpa menolak anak itu langsung saja berlari kecil pergi ke meja makan. Niaz pikir semua anak-anak sudah masuk ke dalam dan duduk rapi, tapi saat Niaz melihat keluar, Niaz melihat jika ada satu anak yang duduk di bangku, dengan syal dan boneka tedi bear coklat di peluknya, dan ternyata itu adalah anak yang kemarin Niaz lihat menangis di kamar. Niaz sedikit demi sedikit melihat ke arah anak tersebut, Niaz pun sudah semakin dekat dengan anak tersebut tapi anak tersebut seperti tak melihat Niaz, pandangan anak tersebut dingin fokus ke depan entah apa yang dia lihat. " Hey kau ayo kita berkumpul di dalam, untuk makan bersama-sama,"ujar Niaz sambil melihat bingung ke arahnya. Lalu tanpa melihat Niaz apa lagi menjawab pertanyaan Niaz dia langsung saja turun dari bangku, dan langsung masuk ke ruang makan dan duduk bersama anak lain. Saat itu Niaz melihat jika Zin, dan Syur sudah selesai membuat makanan, dan membagikannya ke anak-anak. Singkat cerita pekerjaan kami sudah selesai, anak-anak sudah makan dan sekarang kami tak terlalu sibuk dengan tugas yang lain. " Baiklah kalian juga lebih baik makan dulu, ayo,"ujar Syur. " Ya pak tak apa, nanti saja sekarang aku akan mencuci piring saja dulu,"ujar Zin. " Zin tak apa nanti saja," Pak boleh aku bertanya sesuatu,"memotong pembicaraan Syur, Niaz bertanya. " Ya tentu saja, ada apa Niaz?"tanya Syur. " Kemarin malam saat aku ke toilet dan melewati sebuah kamar, aku melihat salah satu anak menangis dengan memeluk kakinya dia terlihat begitu sedih, sampai saat aku selesai dari toilet dia sudah tidur dengan wajah yang lusuh seperti lelah karena menangis. Lalu saat tadi aku mengajak semua anak untuk makan bersama, aku melihat jika anak itu masih berada di luar, duduk di sebuah bangku, dengan tatapan kosong yang dingin dia terus saja menatap ke depan. Aku tak membiarkannya tapi aku juga menghampirinya dan mengajaknya untuk masuk, dan makan bersama tapi jangankan menjawab, melihat ku saja dia tidak. Dia langsung saja pergi ke dalam, maaf aku penasaran apa yang dia alami sehingga dia seperti ini? dia begitu terlihat sangat sedih,"ujar Niaz bertanya seperti itu kepada Syur, tanpa Zin tahu karena Zin mencuci piring di pinggir dapur. " Kau anak yang baik Niaz, jika kau bertanya tentu saja tak ada salahnya jika aku menceritakan hal ini kepada mu. Ayo sini, duduklah Niaz,"ujar Syur. Kami pun duduk di bangku yang ada di sisi pintu dapur. " Dia bisa kemari karena ada yang menemukannya di pinggir danau pertambangan, saat itu dia dalam kondisi yang sangat lusuh seperti gembel yang sudah beberapa hari tidak mandi. Awalnya dia bisa di ajak bicara, bahkan aku pun sedikitnya tahu jika dia bisa seperti itu karena orangtuanya mengalami tragedi yang mengerikan, saat menambang dia, ayah, dan ibunya sama-sama, tiba-tiba ada mobil yang berhenti dan dengan cepat memaksa ayah, dan ibunya masuk kuat dugaan jika mereka adalah penculik. Ayah nya saat itu melawan, karena ibunya sudah di masukan ke dalam mobil tapi perlawanan ayahnya tak berarti apa-apa karena salah satu dari penculik itu mengeluarkan sebuah balok kayu, yang cukup besar lalu langsung saja memukulkan dengan keras balok kayu tersebut ke kepala ayahnya tersebut sampai ayahnya langsung saja tak sadarkan diri, lalu ayahnya dengan keadaan yang tak sadarkan diri juga langsung saja di masukan ke dalam mobil. Aku tahu tentang ini karena aku bilang kan jika awalnya dia bisa diajak bicara tapi semakin kemari dia semakin angkuh. Dulu saat aku bertanya kepadanya dia menceritakan bahkan hampir semuanya dia bilang ' mamah, papah, mamah, papah, kepala papah di pukul kayu besar, mamah, dan papah dimasukan ke dalam mobil, mereka dibawa pergi dan tak kembali. Mamah, papah, mamah, papah'. Dengan menangis sejadi-jadinya dia bercerita seperti itu kepada ku, tapi kita bisa apa, karena itu sudah terjadi dan orang tuanya sudah dibawa pergi aku, dan warga pun tak bisa berbuat apa-apa, karena kejadian itu terjadi saat pertambangan sedang sepi, sehingga mereka bisa dengan mudah menculik orang tua anak itu. Awalnya dia terus saja menangis, bahkan berteriak, sekarang dia menangis sendiri, tanpa mengeluarkan suara tapi saat pertama dia di bawa sepertinya dia begitu trauma dengan kejadian itu sehingga beberapa hari, bahkan minggu dia tinggal disini dia menangis, berteriak sehingga membuat anak lain terbangun dari tidurnya. Aku dan perawat yang lainnya tak bisa berbuat banyak sampai akhirnya dia lupa sendiri dengan tragedi yang menimpa ayah, dan ibunya tapi saat dia sudah tak menangis dengan berteriak, dia jadi tak pernah bicara, satu kata pun tidak seperti tadi saja saat kau mengajaknya, seperti itu lah jika dia di ajak anak lain bicara, begitu pun kami, aku pikir dia begitu trauma dengan apa yang menimpa ayahnya tepat di hadapannya,"Syur menceritakan dengan begitu detail tentang kejadian yang membuat anak itu menjadi seperti ini. " Aku pikir aku bisa mengerti dengan sikapnya yang sekarang ini karena tragedi yang menimpanya itu pak. Aku tak menyalahkannya kenapa dia seperti ini, begitu sadis mereka melakukan itu kepada orangtuanya. Terima kasih sudah menceritakan hal yang sebenarnya padaku pak,"ujar Niaz kepada Syur. " Kau itu masih kecil Syur belum saatnya berfikir yang berat untuk usiamu. Jangan berfikir hal buruk tentang ini Niaz kau cukup belajar saja yang benar sehingga kau bisa menjadi anak yang pintar,"ujar Syur menasehati Niaz saat itu. " Iya pak terima kasih,"jawab Niaz. " Kau belum makan, dari tadi pulang sekolah, ayo sekarang kau makan dulu Niaz. Ajak kakak mu dia juga belum makan dari tadi pulang memungut barang bekas. Ayo,"ujar Syur. " Iya pak terima kasih,"ujar Niaz. Niaz langsung saja menghampiri Zin, tapi kebetulan Zin sudah selesai mencuci piring dan keluar. " Kak kata Syur kita lebih baik makan dulu, ini sudah siang sudah waktunya kita makan kak,"ujar Niaz dengan lembut kepada Zin. " Iya yasudah ayo kita makan dulu Niaz,"jawab Zin. Lalu mereka pun makan bersama saat itu. Singkat cerita mereka sudah selesai makan, lalu menghampiri Syur yang ada di ruang makan anak-anak tadi seperti sedang melihat ke sekitar ruangan di sana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD