Pertemuan Mengharukan Yang Harus Di Tunda.

4997 Words
Zin sudah sadar saat itu dengan dirinya yang pura-pura pusing saat itu, menjawab pertanyaan orang yang sudah lebih dulu menghuni tempat tawanan tersebut, yang kaget dan tentu saja penasaran dengan dari mana Zin, dan kenapa bisa sampai di culik seperti mereka. Tapi karena untuk Zin yang tentu saja baik, Zin tak menjawab dengan benar pertanyaan mereka tentang dari mana Zin, dan kenapa bisa tertangkap, karena jujur saja Zin sengaja membuat dirinya tertangkap penjahat ini agar bisa membuktikan benar atau tidaknya jika ini adalah club yang selalu di lewati Zin bekerja, dan yang paling utama adalah benar atau tidaknya orang-orang jahat tersebut adalah orang-orang dalam club tersebut. Dengan sudah menyiapkan beberapa barang yang tentu saja berguna untuk kelancaran Zin melarikan diri dari tempat tersebut, Zin siap dan akan mencari dulu hal yang ingin Zin ketahui sebelum Zin kabur dan melaporkan tindakan jahat ini kepada pihak yang lebih berwenang dan tentu bisa membereskan masalah ini. " Maaf pak, bu aku ingin tahu, dimana ini? apa tempat tersembunyi di suatu kota atau desa, karena tentu saja ini adalah tindakan kejahatan dan yang pasti mereka akan dapat masalah besar jika sampai ada yang tahu mengenai ini,"ujar Zin sambil memegang kepalanya seperti orang yang masih merasa pusing saat itu. " Kau tentu tak tahu tempat ini karena tadi kau dibawa dengan dimasukan kedalam karung kan. Sayangnya apa kau katakan barusan tak benar nak, maksud ku adalah tempat ini adalah tempat yang selalu kami lewati dan tak asing dengan kami, bahkan lokasinya tak terpencil ataupun tersembunyi tapi mereka begitu pintar menyembunyikan kejahatan mereka sampai mereka bisa terus melakukan kejahatan yang mereka lakukan secara diam-diam tanpa di ketahui orang luar. Ini sebuah club yang tak jauh dari pusat kota nak anak-anak sekolah, kami para penambang, dan beberapa orang yang bekerja biasa melewati club ini nak,"ujar seorang ibu paruh baya yang terlihat lusuh karena mungkin sudah lama dia berada disini, menjadi tawanan di tempat ini. " Club? apa maksud mu club ini," " Ya nak, tak ada yang tak tahu tentang club ini karena club ini berada sangat dekat dengan pemukiman warga. Nama club ini night club, kau tentu tahu kan,"ujar seseorang wanita yang lebih muda bicara dengan memotong pembicaraan Zin saat itu. " Ya aku tahu, aku tahu club ini karena aku selalu melewati club ini jika bekerja dengan teman ku, tapi dari depan tak terlihat jika club ini melakukan hal yang menyimpan kejahatan seperti ini,"ujar Zin aneh berkata seperti itu. " Ya aku mengerti nak, di depan tak tampak jika tempat ini adalah tempat dimana kejahatan terjadi karena mereka begitu pintar menyembunyikannya, tapi aku pikir tentu saja dari depan tak terlihat jika disini tak ada kejahatan karena kita ini sekarang sedang berada di ruangan yang terletak di bagian belakang club, dimana semua sudut dan jendela disini di tutupi dengan peredam suara sehingga jika kita teriak pun tak akan ada yang mendengar kita, yang ada anak buah Jhat lah yang mendengarkan teriakan itu sehingga tentu saja dia datang kemari dan langsung saja menyiksa kami tanpa ampun karena perbuatan kami berteriak seperti. Sampai kami pun tak memiliki harapan yang lebih untuk kabur karena percuma saja mencoba kabur dengan cara berteriak minta tolong itu hanya akan membuat kami mendapat siksaan dari penjaga anak buah Jhat. Oh ya Jhat adalah bos dari para penjahat ini,"wanita tersebut kembali menceritakan apa yang telah di alami nya selama dirinya sudah ada disini, mengenai percobaannya lari dari sini dengan berteriak minta tolong adalah hal yang sangat bodoh karena disini semua penjuru ruangan di pasang peredam suara. " Ya aku paham tentang itu, tapi apa kita tak memiliki pikiran, atau cara lain untuk kabur dari sini? ayo lah kalian tentu saja tak mungkin ingin terus saja berada disini menjadi tawanan mereka kan?,"ujar Zin berkata, dan bertanya seperti itu. " Sebenarnya tentu saja kami semua ingin hidup bebas tanpa di jegal seperti ini kami setiap malam hanya menjadi b***k pemuas nafsu pria saja dengan cara bertukar tempat. Maksud ku setiap malam kami beberapa wanita disini diangkut menggunakan truk ke club lain di paksa menjadi PSK, dan tentu saja club yang kami datangi juga mengirim beberapa wanita untuk menjadi PSK di club ini, tentu saja kami ingin bisa hidup bebas tak seperti ini terus tapi begitu sulit untuk kami pergi dari sini karena selain semua jendela, atau yang lainnya di tutupi peredam suara kami juga tak memiliki alat yang bisa membongkar sesuatu disini. Meskipun tentu saja ada sebuah saluran udara yang cukup untuk kita masuk ke dalam dan berusaha kabur dengan memasukinya tapi untuk membuka saluran udara tersebut tentu kita harus memakai alat kunci, atau obeng dan yang lainnya, tapi tentu kami tak punya itu jadi apa yang bisa kami perbuat lagi selain hanya berdiam diri disini,"jawab wanita tersebut menjelaskan tentang apa yang dia ketahui di tempat ini, tapi hanya dia ketahui tanpa bisa melakukan sebuah percobaan untuk melarikan diri dengan menggunakan apa yang di ketahui nya. " Aku mengerti itu semua, tentu saja kalian tak memiliki sesuatu yang kau bicarakan tersebut untuk melarikan diri dari sini. Aku turut berduka atas apa yang selalu kau alami selama disini, pantas saja aku lihat disini semuanya wanita tak ada pria satu pun kecuali aku. Itu karena mereka memang menculik wanita, seperti itu?"ujar Zin bersimpati, lalu bertanya. " Tidak kau salah, meskipun mereka membutuhkan kami para wanita untuk dijadikan PSK tapi kemari malam juga mereka berhasil menculik seorang laki-laki juga dia lebih muda darimu bahkan sepertinya dia masih anak-anak. Terima kasih. Aku tentu berharap ada yang bisa menolong kami keluar dari sini karena tentu saja kami tersiksa dengan semua ini,"wanita itu kembali bicara seperti itu dengan menangis. Saat Zin mendengar tentang seorang anak yang kembali bisa mereka culik kemarin Zin langsung memiliki rasa penasaran yang sangat besar, dan tentu saja perasaan yang sangat ingin tahu siapa anak itu. " Seorang anak laki-laki? lalu kemana dia sekarang? aku tak melihatnya,"tanya Zin penasaran. " Dia tak ada sekarang, tentu saja dia tak seperti kami dijadikan PSK yang setiap malam terus saja mereka buat kami sebagai dagangan. Anak itu di bawa oleh anak buah Jhat ke sebuah kota dimana anak itu di jadikan sebagai pengemis agar bisa mencari uang untuk Jhat, tapi bukan hanya dia saja yang mereka pekerjakan saat ini, ada seorang pria lagi yang biasa di bawa oleh anak buah Jhat menjadi pengemis bersama anak laki-laki itu, mirisnya pria paruh baya itu mereka buat keadaannya buruk sepertinya sudah mereka siksa terlebih dahulu, aku tak terlalu tahu tentang apa yang terjadi pada orang tua paruh baya itu karena saat aku dibawa kemari aku lihat jika orang tua itu sudah ada, tapi keadaannya sangat buruk, kasihan sekali dia mengalami luka di kepalanya sehingga dia tak begitu ingat dengan dirinya sendiri. Ibu yang tadi pertama bicara dengan mu yang sepetinya tahu tentang kejadian itu,"dengan sangat mudah wanita ini menceritakan kejadian apa yang ada di tempat ini bahkan tanpa menanyakan tentang seorang anak yang ingin Zin ketahui yang dirasa Zin adalah Exlin, wanita ini menceritakannya saat itu sampai Zin penasaran dengan siapa anak tersebut yang mungkin saja jika itu adalah Exlin. " Seorang pria dengan kepala yang terluka, dan sampai sekarang dia masih terus di paksa untuk bekerja? aku sangat tak habis pikir dengan orang disini, apa dia gila,"ujar Zin saat itu dengan perasaan yang sedikit marah sehingga bicara dengan nada yang tinggi. " Ya tapi mereka penjahat nak, tentu saja kami yang menjadi tawanannya tak bisa apa-apa, apa lagi bicara seolah-olah kita menggurui nya bukan kita akan di dengar tapi yang akan terjadi tentu saja kita bisa di siksa oleh mereka, jadi kita hanya bisa diam mencari aman saja, jangan sampai kita malah membuat masalah yang bisa membuat kita celaka. Dan untuk mu aku kira kau juga sebaiknya tak melakukan hal yang bisa membuat mu dalam masalah,"ujar wanita itu memperingati Zin, itu pun tentu saja untuk keselamatan Zin. " Ya aku mengerti, aku orang yang tak tahu apa-apa disini jika kau tak memberitahuku tentang hal ini mungkin aku bisa saja bertingkah bodoh karena tak tahu. Terima kasih,"ujar Zin menjawab hal seperti itu kepada wanita itu. Tapi saat itu Zin tak tinggal diam disitu, Zin mencoba untuk mencari tahu lebih banyak tentang hal-hal yang sudah dialami para tawanan ini termasuk saat tadi wanita yang lebih muda berbincang dengan Zin mengatakan jika seorang ibu yang tadi di awal bertanya tentang keadaan ku itu orang yang sudah awal ada di tempat ini sebelum wanita muda ini, bahkan wanita muda ini juga mengatakan jika wanita paruh baya itu mengetahui tentang seorang pria yang sudah agak tua yang saat ini masih saja di pekerjakan oleh Jhat untuk menjadi pengemis bersama dengan seorang anak yang terlihat masih kecil. Sekarang yang Zin pikirkan dalam kepalanya adalah pria yang bersama anak tersebut, wanita tadi bilang jika pria ini seperti dilukai di bagian kepalanya. " Di buat luka di kepala? ayah, dan ibu Endi menjadi korban dari penculikan yang membuat ayah Endi di hantam oleh sebuah balok kayu yang sangat besar sehingga membuat ayah Endi langsung tak sadarkan diri saat itu juga sehingga dengan mudah ayah Endi di masukan ke dalam mobil dan langsung mereka bawa. Apa ini mungkin, jika pria ini adalah ayah Endi yang saat itu di culik dengan cara si hantam terlebih dahulu dengan balok kayu tentu saja seorang ibu yang tadi di awal bertanya mengenai keadaan ku adalah istri dari pria tersebut, dengan kata lain ibu itu adalah orang tua Endi. ( Zin langsung saja berdiri berniat untuk menghampiri wanita paruh baya yang bertanya mengenai keadaan Zin di awal tadi ), sampai beberapa saat kemudian tak sulit untuk Zin menemukannya dan langsung menghampirinya. " Bu maaf aku ingin bertanya sesuatu padamu, bisa kita berbincang sebentar?"tanya Zin. " Lebih baik kau siapkan dirimu, beristirahatlah nak, sebentar lagi anak buah Jhat akan datang dan membawa mu untuk di paksa bekerja untuknya. Lebih baik jangan sia-sia kan waktumu untuk hak yang tak penting nak,"ibu itu bicara dengan nada dingin tanpa menatap Zin sedikit pun. " Dia merindukan mu bu, dia sangat menyayangimu bahkan dia sampai mengalami trauma dan sakit mental yang membuatnya sekian lama tak berani bicara dengan orang lain termasuk anak seumuran dirinya. Sekian lama dia tak bicara apalagi bersosialisasi dengan anak lain, yang dia lakukan setiap hari hanya duduk di sebuah bangku yang ada di taman, duduk dengan Syal di lehernya, boneka di tangannya dan tatapan kosong ke depan tanpa memikirkan hal apapun, jangankan setiap detik, setiap menit, setiap jam dia hanya seperti itu bu dan sesekali kulihat dia menangis dengan wajah yang menunjukan rasa sakit yang dia alami bu, disaat yang lain tidur dia menangis dengan sangat terlihat merasakan sakit bu. Tidak kah kau ingin menemuinya? tidak kah kau ingin mendengar kabar tentangnya bu? aku percaya jika kau adalah orang tua yang sangat bertanggung jawab dengan anak mu bu, dulu kau dibawa kemari dengan paksaan, mereka menculik mu bu, sampai tentu saja kau tak bisa berbuat apa-apa, apa lagi dengan Endi yang saat itu masih kecil dan tentu saja Endi tak tahu apa-apa, Endi hanya bisa pergi melarikan diri karena takut meskipun dalam pikirannya Endi sangat ingin menolong mu karena tak ingin kau tinggalkan. Endi merasakan beban yang sangat berat bu, trauma yang mendalam melihat ayahnya tepat di depan matanya dengan sangat kejam di hantam oleh balok kayu sehingga langsung tak sadarkan diri. Bayangkan trauma, dan guncangan mental yang dirasakan Endi dan sekarang kau hanya seperti ini? aku yakin jika dalam hatimu kau tak ingin seperti ini bu, aku yakin,"Zin dengan sangat yakin jika yang di hadapan Zin ini adalah ibu Endi langsung saja mengatakan hak tentang Endi dari pertama Endi di tinggalkan oleh mereka karena mereka dengan sangat sadis di culik, dan bicara jika keadaan Endi sampai saat ini tapi tentu Zin tak bilang jika keadaan Endi yang sekarang sudah lebih baik. Sampai tiba-tiba Zin melihat saat itu ibu tersebut sesegukan seperti sedang menangis, dengan menundukkan kepalanya sampai akhirnya perlahan ibu itu berbalik dan benar saja apa yang Zin pikirkan saat itu. Ibu itu menangis. Terlihat jika ibu itu menangis karena merasakan sebuah luka yang mendalam di hatinya, sampai Zin pun dibuat kaget dengan ibu itu yang tiba-tiba memeluk Zin. " Terima kasih jika kau sudah merawatnya terima kasih. Aku orang tua yang buruk yang membuat anak ku terlantar, dan yang lebih parah aku membuat anak ku merasakan rasa sakit yang teramat sakit bahkan membuatnya sakit mental, dan merasakan trauma yang luar bisa maaf. Aku harap dia segera sembuh karena aku tak apa-apa, aku rela hidup seperti ini asalkan dia hidup dengan baik, lebih baik dari yang sebelumnya dia dapatkan, aku rela aku seperti ini asalkan anak ku bahagia. Setiap saat aku selalu berharap, dan berdoa agar aku bisa bertemu dengannya memberikan sedikit kasih sayang padanya agar dia bisa sembuh dari trauma, dan sakit mentalnya bisa sembuh karena melihat ku meskipun hanya sebentar. Jika seperti itu aku rela aku hidup disini kembali, asalkan anakku sembuh. Terima kasih nak, terima kasih kau sudah menjaga Endi,"ibu itu menangis sejadi-jadinya, dan berkata hal seperti itu saat dia memeluk Zin saat itu. Saat mendengar dan menyaksikan hal seperti itu Zin malah teringat dengan orang tuanya yang dengan tega meninggalkannya begitu saja, ibu ini, ibu Endi menangis dengan seperti ini, setiap harinya berdoa, dan berharap ingin bertemu dengan Endi. " Begitu terbalik aku melihat ibu Endi, dan ibuku. Aku tak menyangka, dan tak habis pikir dengan orang tua ku, di pelukan ku sekarang menangis seorang ibu yang dengan sangat ingin bertemu dengan anaknya tapi tak bisa karena ibu ini menjadi seorang korban penculikan, tapi ibu ku. ( Zin menangis saat itu mengingat orang tua nya yang begitu tega meninggalkannya, karena melihat ibu Endi yang saat ini begitu menangis merasakan sakit karena tak bisa melihat Endi yaitu anaknya, dalam hati Zin berkata seperti itu ). Tak apa-apa bu terus lah berdoa dan teruslah berharap aku yakin cepat atau lambat akan ada orang yang bisa menolong mu agar keluar dari tempat ini bu. Aku bersyukur karena bertemu dengan mu, Endi anak yang baik bu, tak apa-apa jika nanti ibu keluar dari sini ibu bisa langsung menemui Endi bu, dan tentu saja Endi akan sangat senang karena bertemu dengan mu bu. Sekarang kau cukup berdoa, dan berharap agar kau bisa secepatnya keluar dari tempat ini bu,"setelah Zin menangis karena mengingat orangtuanya yang begitu tega, dan berbeda dengan orang tua Endi Zin langsung saja memberikan semangat kepada ibu Endi yang saat itu terus saja menangis meratapi nasibnya yang seperti ini. " Terima kasih nak, terima kasih. Kau masih belum menjawab pertanyaan ku, darimana asal mu nak? dan kau bisa tahu tentang anak ku apa kau yang merawatnya nak?"dengan wajah kaget, ibu Endi lantas bertanya seperti itu kepada Zin. " Aku adalah seorang pemulung yang dengan sangat baik pemilik panti mengajak ku tinggal di panti yang dia miliki itu, aku sempat menolak karena aku tak enak dengan tawarannya yang begitu mudah untuk ku bu, tapi pemilik panti itu lalu berkata jika aku bisa membantu pekerjaannya di panti, anggap saja aku bekerja di panti dan bayarannya aku bisa tinggal di panti, begitu katanya. Dan setelah seperti itu tentu saja aku sepakat dengan yang di tawarkan pemilik panti itu bu sampai beberapa hari aku bekerja disana aku jadi memperhatikan salah satu anak yang dengan selalu diam saja di bangku taman tanpa melakukan apa-apa bu, aku membantu pekerjaan di panti tersebut tentu saja aku bisa melihat satu per satu anak tersebut termasuk Endi, dengan sikap Endi yang seperti itu tentu saja Endi mengundang perhatian ku, dan membuat ku penasaran dengan sikap Endi yang sangat pendiam bu. Ya itu lah alasan kenapa aku bisa kenal dengan Endi bu, tenang saja Endi di rawat di sebuah panti yang dengan sukarela merawat anak-anak yang tak mempunya orang tua bu, Endi aman disana. Kenapa aku bisa dengan yakin berkata seperti itu karena aku lah yang merawat Endi sendiri bu,"ujar Zin menceritakan tentang bagaimana dirinya bisa tahu tentang Endi, dan bicara keadaan Endi yang saat itu tentu saja di rawat dengan baik di sebuah panti yang Zin adalah seorang perawat disana. " Jadi seperti itu, berarti aku harusnya sangat bersyukur bertemu dengan mu nak, aku sangat berterimakasih pada mu nak, aku memang belum melihat anak ku Endi, tapi aku sudah sangat bahagia mendengar keadaan anak ku Endi yang mendapatkan perawatan yang sangat baik di sebuah panti. Terima kasih nak, terima kasih,"ujar ibu Endi dengan kembali memeluk Zin, dan kembali menangis saat itu karena tentu saja hatinya merasa terharu mendengar Endi saat itu. " Ya bu sama-sama kau tak usah khawatirkan dia karena pemilik panti adalah orang yang sangat baik, dia secara sukarela merawat anak dari mana pun yang memang membutuhkan bantuannya agar bisa terawat bu. Yang terpenting sekarang adalah kau harus terus berdoa, dan terus berharap kau bisa segera keluar agar kau bisa langsung menemui Endi yang saat ini tentu saja Endi sangat ingin bertemu dengan mu juga bu,"ujar Zin kembali menyemangati ibu Endi dengan keadaannya yang sekarang. " Ya nak tentu, ibu akan terus berdoa, dan berharap agar ibu secepatnya bisa keluar dari sini dan bertemu dengan Endi nak. Tapi sayang ( ibu Endi terdiam )," " Sayang? apa yang harus disayangkan bu?"tanya Zin penasaran. " Sayang karena jika nanti aku bisa keluar dari sini, aku tak tahu apa ayah Endi bisa sadar dan ingat jika Endi adalah anaknya karena ( ibu Endi kembali terdiam, dan menangis lagi )," " Ayah Endi? oh ya bu aku mengerti dengan apa yang akan kau bicarakan bu. Aku tahu tentang masalah itu, maaf bu bukannya aku lancang ingin mengetahui masalah pribadi orang tapi," " Tak apa-apa nak, tak usah kau pikirkan aku mengerti kenapa kau ingin tahu tentang masalah ini, aku paham. Dan sekarang keadaannya memang seperti orang biasa berjalan, dan lain-lain tapi yang menjadi masalah adalah ingatannya nak, ayah Endi dulu di hantam oleh balok kayu besar sehingga tak sadarkan diri, dan sampai sekarang kepalanya mengalami luka yang tak kunjung sembuh. Ayah Endi terlihat biasa saja bisa menjalani aktifitasnya bahkan sekarang ayah Endi masih terus saja di pekerjakan paksa oleh anak buah Jhat untuk menjadi pengemis di kota sana. Tapi bukan itu yang menjadi pikiran ku, aku berpikir tentang apakah ayah Endi bisa mengingat jika Endi anaknya dengan ingatannya yang sampai sekarang begitu lemah nak, aku tak kuasa jika saatnya tiba nanti kita bisa keluar dari sini aku mempertemukan ayahnya dengan Endi, tapi ayah Endi tak bisa mengenali Endi anaknya, itu pasti akan membuat ku sangat terpukul nak,"ujar ibu Endi dengan terus saja berurai air mata saat itu menceritakan tentang apa yang terjadi dengan ayah Endi yang tentu saja mengalami gangguan ingatan karena tragedi hantaman balok kayu kepada kepala ayah Endi saat penculikan terjadi. " Aku turut prihatin dengan apa yang terjadi pada ayah Endi bu, begitu kejam orang-orang jahat di tempat ini sampai berbuat seperti itu kepada ayah Endi. Tapi aku percaya bu kekuatan cinta, dan kasih sayang dari seorang anak yang begitu besar kepada ayah ibunya akan bisa berarti sesuatu kepada kalian bu termasuk ayah Endi, meskipun dengan keadaan seperti itu jika kita bisa keluar dari sini kita harus langsung mempertemukan mu dan ayah Endi bu, dia pasti akan senang jika sudah bertemu dan ayah Endi tak dapat mengingat langsung Endi adalah anaknya, bersabarlah bu jangan langsung menyerah tanpa memperjuangkan sesuatu, aku yakin ayah Endi kan bisa sembuh dari sakitnya sekarang ini bu. Karena Endi pun begitu bu Endi bisa sembuh karena kami. ( Zin sontak berhenti bicara tentang dirinya yang tak sengaja akan mengatakan jika Endi sudah bisa sembuh karena usaha Niaz yang terus saja membantunya, sampai Zin pun berhenti bicara dan bingung harus terus melanjutkan ceritanya atau tidak kepada ibu Endi saat itu )" " Endi? Endi sembuh maksud mu? jadi Endi," " Blag,"suara keras pintu dibuka saat itu. Dan ternyata yang datang adalah anak buah Jhat saat itu. " Ku sudah sadar tenyata, baiklah kemari dan ikut aku,"ujar anak buah Jhat dengan langsung saja memegang, dan menarik Zin. Dengan paksaan, dan keras pria ini langsung saja menarik Zin membawa Zin ke sebuah ruangan, yang terlihat jika saat itu ada seorang pria yang duduk santai, sambil minum. " Dia? apa dia bos mereka yang bernama Jhat itu?"tanya Zin dalam hatinya. " Tunduk, tunduk,"keras pria ini menyuruh Zin menunduk, dan menendang kaki Zin sampai Zin dibuat bertekuk lutut kepada pria yang tengah duduk santai saat itu. " Oh jadi ini anak baru yang berhasil kau culik, dan bawa kemari? dia terlihat masih saja muda, baiklah dia akan berguna di club malam nanti untuk menjadi babu. Baik cukup masukan dia kembali ke dalam ruangan tawanan bersama dengan yang lainnya,"ujar pria yang duduk santai tersebut. " Baik bos,"pria yang tadi menarik Zin sampai bisa ada di ruangan ini berkata bos. " Itu berarti benar, ini adalah Jhat bos dari para penjahat ini,"ujar Zin dalam hatinya. " Ayo kemari, kau masuklah lagi ke dalam sana bersama teman-teman mu karena nanti malam kau akan menjadi babu di club hahaha,"dengan sangat keras pria ini kembali menarik Zin membawa Zin kembali masuk ke dalam ruang yang di penuhi para tawanan di club ini, sambil bicara seperti itu. " Heh maaf tapi itu tak akan terjadi karena setelah ini aku akan pergi kabur dari sini,"ujar Zin dalam hatinya sambil tersenyum kecut. Sampai Zin kembali di ruang tawanan dengan kerasnya pria ini melempar Zin yang akhirnya membuat Zin terjatuh di ruang tersebut. " Nak kau tak apa-apa? kemari lah,"ibu Endi langsung saja menghampiri Zin yang terlempar tadi dan bertanya. " Oh ya tak apa-apa bu, hanya sedikit sakit karena benturan saja bu. ( Aku harus bertanya hal lain sebelum ibu Endi bertanya lagi tentang aku yang tadi hampir bicara jika Endi sudah sembuh ). Oh ya bu maaf aku ingin bertanya sesuatu lagi, kapan suami mu yang di pekerjakan paksa oleh mereka pulang bu? ini kan sudah siang, bahkan hampir sore bu,"jawab Zin dan langsung saja berbicara seperti itu dalam hatinya, lalu Zin bertanya seperti itu mencegah ibu Endi bertanya kembali tentang Endi. " Ya syukurlah jika seperti itu. Tentang itu biasanya mereka akan pulang sebelum malam nak, ada apa?"jawab ibu Endi dan bertanya. " Aku dengar tadi dari wanita itu jika beberapa hari ini ada anak yang baru tertangkap oleh penculik disini, dan anak itu membantu suami mu bekerja ke kota sana. Apa itu benar bu?"ujar Zin kembali bertanya. " Ya itu benar nak, dan sampai sekarang anak itu terus menjadi anak yang di pekerjakan menjadi seorang pengemis dengan suami ku. Kau memiliki sesuatu yang membuat mu penasaran dengan anak itu nak?"jawab kembali ibu Endi. " Tidak bu aku hanya penasaran saja kasihan anak itu, di pekerjakan dengan paksa oleh orang-orang disini, dan tentu saja dengan suami mu bu. Oh ya bu maaf apa disini ada toilet aku ingin buang air,"ujar Zin, bertanya seperti itu. " Ya tentu saja nak, di sebelah sana ada toilet,"ujar ibu Endi sambil menunjukan kearah toilet saat itu. Zin langsung saja pergi ke toilet saat itu. Zin pergi ke toilet memang untuk buang air kecil, tapi Zin saat itu memiliki pikiran lain. " Tadi saat wanita yang lebih muda itu bercerita, memang setiap sudut di ruangan ini di tutupi dengan sebuah peredam suara tapi tentu saja ada celah untuk ku kabur dari tempat ini, karena sedikitnya aku memiliki beberapa kunci obeng, dan sesuatu yang mungkin bisa berguna untuk melancarkan aksi kabur ku dari sini. Celah tersebut adalah sebuah ventilasi udara atau sesuatu yang lainnya mungkin saja ada sebuah hal lain yang bisa menjadi jalan ku untuk kabur dari sini, aku tak peduli apapun itu sebuah got bawah tanah pun jika itu adalah sebuah jalan untuk ku kabur dari sini aku akan melewatinya,"ujar Zin dalam hatinya saat itu, sambil berjalan menuju toilet saat itu. Saat Zin sudah masuk ke dalam toilet saat itu, Zin mencoba untuk mengamati sekitar ruangan tersebut mencari apakah ada sesuatu yang bisa menjadi jalannya untuk kabur dari sini. Zin melihat kebawah saat itu barang kali saja ada sebuah ruang bawah tanah yang menjadi saluran pembuangan besar disana, tapi Zin tak melihat hal itu. Sampai Zin pun beralih mencoba mengamati ke sekitar atas di ruangan sana, mencoba melihat apakah ada sebuah jendela, yang tentunya jendela di ruangan ini pasti sebuah jendela yang di tutupi dengan sebuah kawat, Zin pikir. Sampai Zin memang melihat jendela yang ada di toilet tersebut, tapi jendela tersebut terlalu tinggi, dan tentu saja di tutupi dengan sebuah kawat besi. Zin bingung kemana Zin harus mencoba melarikan diri saat ini, sampai Zin saat itu berdiam diri disana terduduk melamun sendirian. " Ternyata ini tak, tidak aku tak boleh berpikir negatif sekarang, aku sudah membuat adik ku sendirian tanpa adanya aku di sisinya, aku sudah meninggalkan tanggung jawab ku terhadap pekerjaan ku di panti, dan sekarang tentu saja aku harus secepatnya mencari jalan untuk ku kabur dari tempat ini,"ujar Zin yang awalnya berpikir negatif bahkan mengeluh karena tempat ini sepertinya sulit di tembus, tapi tak pikiran buruk itu tak berlangsung lama sehingga Zin kembali berpikir positif dan siap untuk melancarkan usahanya untuk lari saat itu. Lalu beberapa saat Zin terduduk berpikir tentang caranya mencari jalan kabur dari tempat ini, Zin langsung saja berdiri dan melihat ke sebuah jendela, ventilasi udara yang memang saat itu berada sedikit jauh di atasnya, tapi itu tak membuat Zin menyerah untuk menggapainya karena tentu saja itu adalah salah satu jalan yang bisa Zin gunakan untuk kabur dari tempat ini. Sampai saat itu Zin mencoba lompat menggapai jendela tersebut, dan hasilnya Zin bisa menggapai jendela tersebut menancapkan cakar tangannya ke jendela tersebut, karena jendela tersebut dipasangi sebuah jaring yang terbuat dari kawat yang lumayan tebal tangan Zin bisa memegang jendela tersebut sehingga tentu saja bisa menggantungkan dirinya. Tapi meskipun begitu Zin tak dapat membuka jendela tersebut karena tentu saja jendela tersebut akan bisa dibuka dengan menggunakan sebuah obeng yang terlihat jika jendela tersebut memiliki beberapa mur yang tentunya harus di buka menggunakan sebuah obeng di keempat sisi jendela tersebut, Zin tak dapat meraihnya apalagi menggunakan sebuah obeng untuk memutar mur tersebut sehingga Zin terjatuh saat itu. Sampai tentu saja membuat suara yang terdengar ke luar toilet saat itu, sehingga tentu saja Zin merasa kaget, takutnya ada yang mendengar Zin yang terjatuh saat itu, beruntung jika yang mendengarnya hanya orang-orang yang tak ada hubungannya dengan Jhat tapi Zin tentu saja akan dalam bahaya jika yang mendengar kejadian itu adalah anak buah Jhat. Dengan berpura-pura kesakitan, dan pura-pura jatuh dari toilet yang saat itu licin sehingga membuat Zin terjatuh Zin keluar toilet, dengan memegang pinggangnya saat itu, dan berjalan perlahan. Dan benar saja saat Zin keluar dari toilet banyak orang yang melihat ke arah Zin saat itu, menatap Zin aneh. " Sepertinya mereka mendengar suara ku yang terjatuh tadi, semoga saja tak ada anak buah Jhat yang mendengarnya, dan yang mendengarnya disini tak berpikir buruk tentang ku yang terjatuh barusan,"dalam hati Zin berkata seperti itu, sambil sedikit merasa malu dan takut jika ada yang berpikir macam-macam dengan kejadiannya itu. Sampai tiba-tiba. " Nak kau tak apa-apa? tadi terdengar jelas suara seperti benda jatuh dari toilet, kau jatuh?"ujar ibu Endi yang langsung saja dengan cepat menghampiri Zin saat itu. " Oh bu kau mendengarnya? maaf bu aku mengagetkan, dan membuat suara bising, tadi aku menginjak air yang tercecer di lantai. Tentu saja air itu menyebabkan lantai menjadi licin dan menyebabkan aku terjatuh karena tak sengaja menginjaknya bu. Aku tak apa-apa hanya sedikit sakit saja karena jatuh tadi bu,"ujar Zin bicara seperti itu kepada ibu Endi, berharap semoga tak ada yang berpikir lebih dari kejadian yang menyebabkan Zin terjatuh. " Syukurlah nak jika kau tak apa-apa, tapi kau seperti kesakitan, pasti karena jatuh tadi yang agak keras kau tentu saja merasakan sakit di bagian b****g kan nak? yasudah ayo kemari lah nak, kau harus duduk, agar rasa nyeri yang kau rasakan segera hilang nak,"ujar ibu Endi sambil terlihat seperti sangat khawatir dengan Zin yang tadi terjatuh, ibu Endi menyuruh Zin untuk duduk. " Ya bu terima kasih,"jawab Zin singkat. Terlihat jika saat itu ibu Endi sangat khawatir, entah apa yang ibu Endi khawatirkan dan pikirkan. " Bu kau tak apa-apa? terlihat dengan jelas di wajah mu, kau seperti mengkhawatirkan sesuatu. Ada apa bu?"tanya Zin dengan melihat ibu Endi yang dengan jelas terlihat mengkhawatirkan sesuatu. " Kau melihatnya na.? aku khawatir dengan suami ibu, seharusnya dia sudah pulang tapi belum ada tanda-tanda darinya pulang, ibu khawatir ada hal buruk terjadi lagi padanya nak,"ujar ibu Endi. " Tentang itu bu, ya aku juga sebenarnya menunggu itu bu, aku juga tak ingin jika ada hal buruk yang terjadi terhadap suami mu bu,"Ujar Zin saat itu berbohong karena sebenarnya Zin menunggu suami ibu Endi pulang dengan seorang anak kecil, anak kecil itu lah yang Endi tunggu, Endi penasaran apakah itu benar Exlin atau bukan. " Terima kasih nak, kau sangat perhatian dengan suami ibu saja yang baru kau kenal barusan kau sudah merasa khawatir dengan itu, kau tentu," " Blag,"anak buah Jhat membuka pintu lalu dengan kasarnya melemparkan seorang pria paruh baya dengan serrang anak saat itu. Sampai dengan tiba-tiba ibu Endi langsung saja berlari menghampiri pria paruh baya, dan anak kecil tersebut. Tentu saja Zin pun ikut dengan cepat menghampiri ibu Endi, untuk menolong anak, dan pria paruh baya yang dengan kerasa di lemparkan anak buah Jhat sehingga tersungkur dibuatnya. Zin kurang jelas melihat siapa anak tersebut sampai akhirnya Zin mendekat menolong membangunkan anak tersebut, dan melihat dengan jelas lalu. " Hah, benarkah ini? Exlin ini benar-benar kau. Sambil memegang anak tersebut Zin berkata seperti itu. " Ah Zin kau?" " Suutt, Exlin tunggu jangan menunjukan jika kita saling mengenal dulu. Cukup diam dan berprilaku seolah-olah kita baru bertemu Exlin,"ujar Zin berkata seperti itu. Exlin pun menjawab Zin dengan hanya mengangguk. " Bu, ini suami ibu?"tanya Zin. " Ya nak ini suami ibu, lihat kan nak begini lah keadaan suami ibu,"dengan langsung saja menangis ibu Endi menjawab. " Sudah bu tak apa-apa tenang saja, ayo bantu suami ibu bangkit bu kita dudukkan dia, kasihan dia pasti lelah. Dan aku akan menolong anak ini bu,"ujar Zin dengan membawa Exlin saat itu. Lalu mereka semua pergi, tapi Zin dan Exlin pergi ke arah yang berbeda dengan ibu Endi saat itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD