bc

Geliat Hasrat Istri Bos

book_age18+
99
FOLLOW
1K
READ
heir/heiress
like
intro-logo
Blurb

Warning!

21+ (Bijaklah memilih bacaan)

“Satu, kamu memang istriku, tapi jangan harap aku mau berbagi ranjang denganmu. Aku tak sudi menyentuhmu setelah kamu dengan mudahnya bergonta-ganti pasangan selama di Jogja.”

“Dua, posisi kamu sebagai istriku hanya ada di atas kertas saja. Aku tak peduli kau adukan ini pada Ibi Aminah, aku pastikan langsung menceraikanmu saat itu juga karena Ibi pasti akan menyarankan itu kalau aku tak lagi menerimamu menjadi istriku.”

“Tiga, kamu harus tahu kalau hatiku kini sudah menjadi milik wanita lain dan kamu tidak perlu tahu dia siapa. Yang perlu kamu tahu, saat dia bersedia menjadi istriku. Maka kamu harus sukarela mengizinkan aku menikah dengannya. Titik!”

(Rallyn Garen Ottmar)

Vhienaya Sheehan, Naya, harus menerima buah dari kesalahannya. Dinikahi pengusaha kaya, bos kopi ternama tidak seindah harapnya. Sang nyonya kesepian, haus akan kasih sayang dan rindu belaian meski gelimang harta mengelilinginya. Namun, Naya tetap bertahan di sisi Garen, hidup sebatang kara membuatnya menerima seperti apa pun perlakuan Garen.

Akankah Naya bersabar melunakkan hati Garen? Atau geliat hasrat Naya kembali seperti di perantauan, siap bercinta dengan siapa pun yang memujanya.

Geliat Hasrat Istri Bos, sebuah cerita tentang karma seorang Naya.

(Sekuel Geliat Hasrat di Tanah Rantau)

chap-preview
Free preview
Malam Memalukan
Brak. Pintu ditendang keras, tak lama terbuka lebar menampilkan siluet badan tinggi nan tegap yang membuat Naya beringsut ke sandaran ranjang dan mengeratkan selimut yang menutupi tubuhnya. “Kenapa Naya? Kamu takut? Bukankah aku ini suamimu.” Seringai senyum terlihat menyeramkan di dalam kamar yang remang karena lampu utama dimatikan. Hanya tersisa lampu kecil di pojok ruangan yang dibiarkan menyala. Tanpa melihat jelas raut wajahnya, dari suara dan bentuk tubuhnya saja Naya tahu siapa yang masuk ke kamarnya. Tidak mungkin ada yang berani mendobrak masuk. Setidaknya tidak ada yang mungkin membuka kunci akses kamarnya kecuali bos besar pemilik rumah ini. “Naya, Naya, Naya. Tidak usah memasang wajah sok ketakutan dan polos. Kamu bukan perasan. Tidak satu dua kali kita berhubungan badan, bergelut satu ranjang saling mendesah. Ah, aw, oh Garen, lanjutkan, nikmat sekali sayang.” Sangat memuakan suara Garen yang menirukan desahan Naya dulu. Ya, dulu sebelum keduanya diikat tali suci pernikahan. Harusnya setelah mereka menikah rutinitas itu semakin sering digeluti. Bukan malah ditinggalkan hingga Naya hampir lupa bagaimana rasa sentuhan Garen. “Mendekatlah Naya, puaskan aku malam ini. Aku sedang butuh belaian.” Garen menarik satu kaki Naya, membuat dia terpekik kaget karena tak siap dengan perlakuan Garen. “Seksi, manis dan cantik.” Kilat birahi terlihat jelas dari mata elang Garen. Tidak, Naya bukan takut diperkosa Garen. Justru harusnya dia senang kalau benar Garen berhasrat lagi untuk menyentuhnya. Tiga bulan lebih dibiarkan tinggal sendiri di rumah besar yang megahnya bak istana kekaisaran Turki. Jadi Ratu seorang diri tanpa ada sentuhan hangat dan cinta dari rajanya. Malam ini Garen datang, berkata menginginkan belaian Naya. Harusnya Naya siap, kantuk harus dia singkirkan demi menunaikan tugas sebagai seorang istri yang tidak pernah dia lakukan sejak pernikahan mereka. Tidak peduli apa alasan Garen malam ini datang ke kamarnya. Tidak perlu Naya tahu sebab yang membuat suaminya kembali bernafsu mendekatinya. Tugasnya hanya satu, memuaskan Garen dengan sepenuh hati. “Kenapa Naya? Kamu tidak mau?” Telunjuk Garen mengangkat dagu Naya. Sedari tadi istrinya bagai wanita gagu yang tidak juga bicara sepatah kata pun. “Bukan, aku hanya baru bangun. Aku tidak menyangka kamu datang malam ini,” gagap Naya menimpali ucapan Garen. “Bagus. Kalau begitu layani aku. Sungguh aku mau kau puaskan aku malam ini.” Garen menjatuhkan badannya ke kasur. Sesuai perintah sang suami, cepat-cepat Naya melucuti satu persatu pakaian Garen, membuang semua yang menempel di tubuh atletik Garen hingga kini suaminya sudah bugil di depan mata. Napas Naya terengah, sungguh dia merindukan saat seperti ini. Tiga bulan hanya berhalusinasi, berfantasi dengan sentuhan jari-jarinya sendiri sama sekali tidak mendatangkan kepuasan apa pun. Naya merangkak naik, tangannya membelai pusat tubuh Garen yang sudah tegak berdiri meski dia belum memulai aksinya. Bau alkohol begitu menyengat, asli Naya muak dan tidak suka. Namun, terpaksa dia abaikan rasa mual karena tidak ingin mendatangkan kemarahan Garen. “Naya, teruskan,” desah Garen. Dia biarkan Naya memijat pangkal tongkat yang tegak berdiri, matanya terpejam. Naya leluasa memainkan tangannya, mengusap, mengelus dan memijat bagian-bagian sensitif di tubuh Garen. Tiba-tiba Garen bangkit, dia membalik posisi, Naya yang berada di bawah dan dia mengungkung tubuh  Naya. Kilat birahi terpancar jelas dari sorot mata Garen yang merah menyala. “Sentuhanmu masih sama, biar aku yang menyentuhmu.” “Lakukan apa pun yang kamu mau sayang,” balas Naya dengan suara paraunya. Telapak tangan kekar Garen merangkum satu buah dadanya, meremas, memilin, memijat hingga Naya meringis karena kuatnya tenaga yang dikeluarkan Garen hingga bukan nikmat yang terasa, tapi nyeri dan ngilu. “Kenapa?” “Sakit,” cicit Naya pelan. “Maaf, aku lupa bagaimana bersikap lembut. Kita coba lagi.” Naya mengangguk, dia biarkan tangan Garen merayap di seluruh tubuhnya. Matanya terkadang merapat, terbuka lagi, terus merem melek dengan napas yang mulai tidak beraturan. “Sayang, nikmat. Oh, Garen teruskan, aku mau lebih. Gatal sekali sayang,” rengek Naya. Kakinya bergerak belingsatan saat tangan Garen melai turun ke area bagian perutnya. “Mana yang gatal Naya, biar aku garuk penuh.” Garen menyeringai, senyum yang tak mampu Naya artikan. Nafsu sudah membelenggu, geliat hasrat seorang Naya bangkit setelah sekian lama padam karena kesedihan. Mulutnya mulai menceracau tidak jelas, mendesah mengekspresikan kenikmatan yang sedang menderanya. “Teruskan sayang, aku mau lebih, mau kamu. Please, aku mau kamu.” Naya merengek dengan tubuh yang bergerak tidak beraturan, dadanya sesekali terangkat ke atas, jatuh lagi ke bawah saat Garen menghentikan gerakan jarinya yang mengusap lembut daerah sekitar paha atas Naya. Perlahan tangan Garen bergerak lebih turun ke bawah, membuka bukit lembab tanpa rambut yang bersih gundul dan putih, tampak seperti bakpao menggiurkan. Garen membukanya, jarinya bergerak membuka bongkahan bakpao Naya, mencari pucuk k******s dan mengusapnya turun naik, turun naik hingga desah dan jeritan Naya memenuhi kamar di malam yang sunyi ini. Gerimis di luar menambah kesan romantis kala dua insan saling beradu cinta. Namun, sayang apa yang dilakukan Garen kali ini tidak disertai rasa yang sama. Tidak ada cinta, tidak ada tatapan yang memuja pasangannya. Tidak ada kebanggaan tersendiri saat Naya terus melolong menyebut namanya. Garen hanya tersenyum melihat geliat badan Naya yang terus naik turun mengikuti irama gerakan jari-jarinya yang mengobrak-abrik pusat tubuh Naya. “Sekarang sayang, aku mohon sayang, masuki aku sekarang. Aku mau, aku mau.” Naya memohon, tatapannya penuh harapan agar Garen segera menuntaskan permainan ini. Rasa nikmat sudah di ujung ubun-ubun. Naya melenguh terus meminta Garen memasukinya saat rasa gatal mendera. Sayang seribu sayang, Garen menarik jarinya, berbalik memutar badan meninggalkan Naya dengan tawa lebar. “Kamu pikir aku rela membuatmu nikmat. Dasar jalang!” umpat Garen sebelum menutup pintu kamar Naya. “Sialan!” balas Naya sebelum air matanya meleleh. Sungguh baru kali ini dia dipermainkan seperti ini.  Memalukan, malam romantis yang dia damba justru menjadikan Naya bak mainan yang bisa ditinggal Garen kapan pun saat dia tidak ingin meneruskan permainannya. “Garen! Sialan!” umpat Naya. Teriakannya menggema memenuhi kamar yang tadi dipenuhi lenguhan suara desahannya. Dia terus berteriak, memaki Garen, membuang dan melempar apa pun yang bisa dijangkau tangannya. “Tuan. Nyonya terus berteriak,” lapor Lucky-asisten pribadi yang masih setia menemani Garen. “Biarkan saja. Dia pikir aku sudi menyentuh wanita jalang sepertinya. Memuakan,” decih Garen. Dia kembali mengusap tangannya yang sudah dicuci bersih dengan sabun. Entah sampai kapan hubungan mereka bertahan seperti ini. Suami-istri, tapi hidup sendiri-sendiri. Bahkan ada benci dan dendam pada Naya yang tidak pernah bisa Garen singkirkan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Siap, Mas Bos!

read
12.5K
bc

My Secret Little Wife

read
95.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.5K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook