Ardan menepikan mobilnya di pinggir jalan karena ada telepon masuk. setelah selesai mengangkat telepon, mata Ardhan tertuju pada pemandangan di sebrang jalan, Ia melihat Aira sedang berjalan tergesa gesa.
Ia fikir ini waktu yang pas untuk berkenalan. Namun, saat ia akan melangkah keluar mobilnya, sebuah mobil memberhentikan Aira, lalu keluar 3 orang preman.
Ardhan diam memperhatikan, terlihat mereka memperbincangkan sesuatu yang serius, bahkan satu orang preman menunjuk nunjuk Aira dengan marah. Ardhan mengerutkan kening nya, ia penasaran apa yang mereka bicarakan. Namun, saat Ardhan akan keluar, 3 preman itu malah bergegas memasuki mobil dan pergi meninggakan Aira yang menangis. Ardhan semakin penasaran, namun sepertinya rasa penasaran nya harus di tunda, karna Aira memasuki salah satu angkot disana.
*****
Aira menyeka air matanya berkali kali, entah kenapa air matanya seakan kurang ajar, karana keluar terus menerus tanpa seizin nya. Aira sekuat tenaga menahan tangisnya, karna malu jika di lihat penumpang angkot lain.
Kini fikirannya menerawang, kemana ia harus pergi mencari sisa uang untuk melunasi hutang orang tuanya. saat ini baru terkumpul 40 jt, ia menabung dari hasil kerja di kafe dan sisanya adalah hasil penjualan kue di waktu luangnya. Aira bersusah payah mencari uang, Aira tidak ingin menikah dengan Renternir itu, usianya sudah 45 tahun dan punya 2 istri, menjadi istri ketiga?? bulu kuduk nya saja berdiri hanya dengan memikirkannya.
Dulu waktu dia mulai bekerja sekitar 3 tahun yang lalu, hutang ayah dan ibunya sebesar 70 juta namun 3 tahun kemudian, hutang itu bertambah menjadi 100 juta, sungguh tidak berprikemanusiaan, Renternir itu menambah bunganya sebesar 10 juta pertahun, dulu mereka tidak pernah mau di cicil, mereka hanya ingin uang cash dalam nominal yang sama.
Angkot yang Aira tumpangi berhenti di tempat tujuan akhir Aira, Aira pun turun dari angkot dan memasang wajah ceria untuk menutupi kesedihannya nya pada ada orang-orang di kafe, iaa tidak ingin dikasihani oleh semua orang, meskipun ia pantas.
****
Hari - hari berlalu dari kejauhan setiap hari Ardhan diam diam slalu memperhatikan Aira, dia menemukan fakta - fakta unik selain kerja keras Aira, dibalik senyumnya yang menawan, Aira jauh lebih baik dan jauh lebih peduli kepada orang lain meskipun dia hanya seorang karyawan, berbeda jauh dengan dirinya.
Setiap hari Aira selalu menepi di salah satu supermarket atau minimarket terdekat, hanya untuk sarapan atau belanja kebutuhan cafe, namun, jika ada seseorang yang meminta-minta atau bahkan ada anak kecil pemulung (yang tidak meminta pun) Aira selalu dengan besar hati memberikan mereka sedikit rezekinya.
Hal yang jarang sekali Ardhan lakukan kepada orang lain, ia merasa mereka hanya terlalu malas untuk bekerja.
Rasanya Ardhan semakin jatuh cinta kepada Aira meskipun sampai detik ini, ia belum juga berkenalan dengan Aira secara langsung. Bukan, bukan karna tak mau, hanya saja ia terlalu sibuk, sibuk untuk mengamati Aira dari jauh. Melihat senyum nya yang indah, matanya yang menawan, kulit putih mempesona, rambut panjang berkilau yang slalu di ikat kebelakang, dan jangan lupa semangat yang terus terlihat setiap harinya, Ardan sungguh jatuh cinta, entah kenapa, hatinya yang selalu susah untuk dibuka kepada orang lain dengan mudah terbuka untuk Aira.