bc

Good Morning Pak Dosen

book_age16+
1.5K
FOLLOW
7.8K
READ
billionaire
teacherxstudent
goodgirl
student
comedy
sweet
genius
icy
campus
teacher
like
intro-logo
Blurb

Cinta memang tak memandang siapapun, termasuk kadar otak seseorang. Terbukti, Leo yang memiliki IQ tinggi sekalipun, dibuat bertekuk lutut pada Dira yang nyatanya hanyalah mahasiswinya dengan kadar kepintaran level bawah.

Dari segi pemikiran, kebiasaan dan kepintaran ... keduanya berbeda jauh. Mampukah mereka menjadikan perbedaan perbedaan itu jadi satu, hingga bertahan di antara orang orang yang justru menentang hubungan keduanya?

chap-preview
Free preview
BAB : 1
Malam Minggu, adalah malam yang sangat keren bagi Dira. Karena ia bisa bertemu dan kencan dengan Leo, yang saat ini berstatus sebagai kekasihnya. Ya, mereka memang bisa dikatakan bertemu setiap hari di kampus. Tapi, sikap Leo padanya akan berbeda 400 derajat jika berada di kampus. Luar binasa, bukan. Yang jelas, kalau hanya berdua dengan Dira, sikap manis Leo akan muncul. Tapi, kalau sudah ada orang ketiga, setan didalam dirinyalah yang mendominasi. "Sekarang kita kemana lagi?" tanya Leo saat keluar dari cafe setelah makan malam berdua dengan Dira. "Shooping," jawab gadis itu langsung bersemangat. Leo langsung menghentikan langkah kakinya saat mendengar kalimat itu. "Kenapa?" tanya Dira yang ikut terhenti. "Nggak mau nemenin aku?" "Ada yang lain, nggak? Shooping itu membuang-buang waktu, membuang-buang uang ... mending kita ke toko buku aja. Baca buku, bisa nambah ilmu," jelasnya panjang memberi solusi. Dira mendengus mendengar pernyataan Leo. Haruskah hidupnya juga ikut bergelut dengan buku seperti cowoknya ini?   "Leo," rengek Dira.   Jujur saja, Leo sedikit tersentak saat Dira menyebut namanya. Pasalnya, biasanya gadis itu pasti akan memanggilnya dengan embel-embel, Bapak, Pak, atau apalah itu. "Saat ini, di waktu ini ... status kamu itu adalah pacar aku. Jadi, jangan bersikap seperti seorang dosen. Ntar, di kampus nggak apalah bersikap kayak gitu." "Tapi, Ra ..." Dira langsung saja menarik tangan Leo untuk pergi dari sana. Baru berjalan beberapa langkah, tiba-tiba saja seseorang menabraknya. Gilanya lagi, segelas minuman yang ada di tangan orang tersebut malah  mengguyur kepalanya. "Kyaaaa!!!" teriaknya histeris. Dikira ia belum mandi apa, pake diguyur segala. "Maaf, Mbak. Saya nggak sengaja," ucap orang tersebut meminta maaf. "Tapi, Mbak juga, sih, yang salah ... jalan nggak lihat-lihat,'' tambahnya lagi dan berlalu pergi begitu saja. Kutu kupret, ingin rasanya Dira berkata kasar saat itu juga. Awalnya dia minta maaf, tapi ujung-ujungnya malah nyalahin dirinya juga. Andai saja Leo tak ada di sampingnya, mungkin ia akan hajar tu orang habis-habisan. Sampai bayangannyapun nggak bakal balik ke badannya. "Kamu nggak apa-apa, kan?" tanya Leo memastikan. "Nggak apa-apa gimana, kamu nggak liat orang aku udah basah kuyup gini?" Dira langsung mengoceh layaknya petasan. "Lihat," jawab Leo. "Makanya aku nanya keadaan kamu. Ada yang sakit atau gimana?" tanya Leo sambil mengelap wajah Dira yang sudah cemong terkena guyuran segelas capuccino. Ya, Dira tahu kalau yang mendarat di kepalanya barusan adalah segelas capuccino ... ada yang menetes ke bibirnya dan itu rasa capuccino. Manis. "Iya, hati aku sakit banget sama tu orang," geram Dira masih belum terima. "Jadi gimana ... masih mau shooping?" tanya Leo sedikit menahan senyumnya. "Ya enggaklah, Bapak. Nggak lihat, kekasihmu ini udah kayak gini," dengus Dira kesal. "Bentar, aku ke toilet dulu. Tunggu aja di mobil." Dira berjalan meninggalkan Leo menuju toilet cafe. Oke, sepertinya ini memang hari sialnya. Karena apa? Si toilet ternyata lagi bermasalah. Jadilah, ia kembali ke mobil masih dengan tampang lepek, kucel dan berlepotan. "Kok masih jelek aja?" tanya Leo saat Dira kembali dengan wajah dan ekspressi yang masih sama. "Eh, maksud aku bukan gitu ..." Ia segera meralat ucapannya. Sebenarnya ia tak ingin mengatakan itu, tapi tiba-tiba saja bibirnya malah mengucapkannya. Jadi, apalah dayanya. "Jangan meledek," dengus Dira langsung saja masuk ke dalam mobil yang pintunya sudah dibukakan Leo. Di dalam mobil, Dira terus saja mengumpat karena tak tahan dengan rambut dan wajahnya yang lengket. "Kenapa nggak dibersihin di toilet tadi?" tanya Leo. "Toiletnya lagi rusak, Bapak," jawab Dira sambil menekankan kata 'Bapak' pada ucapannya. Beberapa saat kemudian, Leo menghentikan laju mobilnya di parkiran sebuah hotel. Tentu saja Dira bingung. ''Kenapa berhenti di sini?" tanya Dira dengan kening berkerut. Leo tak menjawab pertanyaan Dira. Justru ia malah turun dan membukakan pintu mobil buat Dira. "Ayok," ajaknya sambil mengamit tangan Dira untuk mengikutinya. Leo menuju ke meja receptionist, sementara Dira cuman bengong sambil celingak-celinguk kiri kanan, serta agak takut-takut. Apalagi melihat pengunjung di hotel ini, yang bisa di bilang tak tahu malu. Masa iya mereka bebas ciuman di depan umum gitu. Ya ampun, ini hotel atau neraka, sih. "Hei ... kenapa?" tanya Leo mengagetkan Dira yang sedang menjernihkan pandangannya karena takut terkontaminasi. "Kita ngapain, sih, kesini?" tanya Dira sedikit berdiri mendekat pada Leo. "Bukannya mau bersihin badan kamu?" "Tahu nggak. Ini hotel, bukan toilet." "Aku tahu ini hotel. Di sekitaran sini nggak ada toilet umum. Jadi, mending ke sini aja, lebih aman. Mau mandi sekalian juga bisa kan," terang Leo. "Tapi, ini hotel apaan, sih. Orang-orang di sini pada gila semua, ya. Masa iya ci ..." Belum sempat Dira menyelesaikan perkataannya, Leo langsung membekap mulutnya dan menariknya pergi menuju nomer kamar yang terletak di lantai dua. Hingga sampai di kamar yang dituju pun, Dira sudah merasa panas dingin melihat penampakan-penampakan yang membuat otaknya sedikit bergeser. "Yakin, nih, aman?" tanya Dira penuh curiga saat sudah berada di depan pintu kamar. "Maksud kamu, aman dari apa? Dari aku? Aku ini cowok baik-baik. Jadi, jangan berpikiran buruk padaku. Ayo masuk," ajak Leo lagi menarik Dira. Padahal Dira memikirkan keamanan hotel ini, tapi Leo malah berpikiran lain lagi. Sudahlah, mungkin pikiran orang-orang ber'otak jenius memang begitu kali, ya. Lain yang dikatakan, lain pula yang dibahas. Mau tidak mau, akhirnya Dira masuk juga mengikuti Leo yang sudah masuk terlebih dahulu. "Di dalam kamar mandi ada handuk dan lain-lain. Ini, kamu pake kaos ku dulu," terang Leo sambil menyodorkan kaos oblong miliknya yang sengaja ia bawa dari mobil. "Rok kamu nggak kotor kan?" Dira menggeleng menjawab pertanyaan Leo. "Ya udah, sana mandi. Aku tunggu disini." "Tapi, jangan ditinggal, ya?" "Iya," jawab Leo. "Sana," suruhnya Dira masuk ke dalam kamar mandi untuk membersihkan badannya. Sementara Leo duduk di sofa menunggunya sambil sibuk dengan ponsel. Baru beberapa menit, tiba-tiba ada yang mengetuk pintu kamar. Tentu saja Leo bingung, siapa yang bertamu? Tapi, ia kembali berpikiran positif, mungkin saja pegawai hotel. Ia membuka pintu kamar. Pintu terbuka dan di saat yang bersamaan juga, ekspresi wajahnya langsung berubah kaget. 'Masalah,' batinnya mengumpat kesal.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
95.5K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Siap, Mas Bos!

read
12.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
204.4K
bc

Tentang Cinta Kita

read
189.4K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.4K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.2K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook