Bianca berusaha menampilkan wajah datar meski agak terlambat. Beruntungnya lagi, Bianca masih dapat mengendalikan dirinya dengan baik dan tersenyum sopan sambil membalas uluran tangan Liam, meski yang sebenarnya ada di dalam hati adalah Bianca ingin menghapus senyuman penuh percaya diri itu di wajah Liam. Menyebalkan!
“Saya tidak menyangka kalau ternyata kamu adalah konsultan keuangan saya,” ucap Liam saat Bianca berhasil melepaskan diri dari jabatan tangan Liam yang terasa begitu kuat.
Bianca mengumpat dalam hati saat Liam bicara sesantai itu padanya. Bukankah mereka sekarang sedang dalam urusan pekerjaan yang harus memperlihatkan profesionalitas? Tapi Liam sama sekali tidak menunjukkan hal itu. Pengusaha macam apa coba?!
Namun Bianca hanya tersenyum tipis, tidak bermaksud menjawab. Lagipula harus jawab apa? Kalau tau kliennya adalah pria breng-sek ini, Bianca pasti akan langsung mengalihkannya pada rekan kerjanya yang lain! Liam hanya tersenyum kecil melihat respon Bianca yang tampak begitu dingin. Tidak heran, toh dirinya juga sadar kenapa Bianca sampai bersikap seperti itu padanya dan Liam memakluminya!
Hingga akhirnya pandangan Liam tertumbuk pada ponsel baru Bianca yang tergeletak manis diatas meja, padahal Liam sudah membawa ponsel Bianca yang tertinggal di kamar hotelnya dan masih tersimpan rapi di dalam saku jasnya!
“Ternyata kamu sudah beli ponsel baru,” selidik Liam dengan pandangan mata yang tidak pernah lepas dari Bianca, ingin melihat setiap ekspresi wajah wanita itu tanpa kehilangan satu moment pun.
“Maaf, saya rasa lebih baik kita langsung membahas mengenai masalah pekerjaan,” elak Bianca, tidak ingin membuat Ervin yang masih berada di dalam ruangan ini berpikir macam-macam padanya. Lagipula Bianca enggan menjawab pertanyaan Liam yang menurutnya tidak penting sama sekali.
Apalagi antara dirinya dengan Liam tidak memiliki hubungan apapun. Hanya tidak sengaja bertemu dalam keadaan yang tidak menguntungkan! Dan jika orang lain mendengar ucapan Liam barusan pasti mereka akan menafsirkan kalau Bianca sudah sering bertemu dengan Liam! Masalahnya Bianca tidak sudi disangkut pautkan dengan pria breng-sek itu!
Liam tersenyum kecil, tidak tampak tersinggung meski Bianca langsung mengalihkan pembicaraan dan tidak menjawab pertanyaannya. Dan selama satu jam ke depan baik Bianca, Liam dan juga Ervin sibuk membahas mengenai masalah keuangan. Liam harus mengakui kalau Bianca memiliki kualifikasi yang begitu mumpuni hingga satu ide nakal masuk ke dalam otaknya.
‘Aku harus bisa membuat Bianca masuk ke dalam perusahaanku!’ tekad Liam.
“Rasanya saya sudah cukup memahami apa yang bapak inginkan mengenai keuangan pribadi bapak. Saya akan memberikan laporan rutin setiap dua minggu sekali,” tutup Bianca diakhir penjelasannya membuat pikiran Liam yang sempat merajalela kembali.
“Apa kamu perlu datang langsung ke kantor saya?” tanya Liam berharap mendengar kata ‘iya’ dari bibir Bianca. Sayangnya Bianca malah menggeleng tegas membuat harapan Liam pupus seketika! Pria itu hanya bisa gigit jari dengan sikap dingin Bianca yang tidak kunjung pudar sejak awal pertemuan tadi.
“Tidak perlu, Pak. Saya hanya akan datang ke kantor bapak jika ada hal mendesak, namun sejauh ini rasanya tidak ada. Lagipula saya tidak ingin merepotkan bapak, saya yakin pengusaha seperti bapak pasti jarang memiliki waktu luang dan selalu sibuk,” balas Bianca berusaha sopan sekaligus sarkas.
‘Sibuk mencari wanita untuk ditiduri,’ tambah Bianca dalam hati.
Liam tersenyum kecil, sadar dengan maksud Bianca yang hanya ingin menyindirnya.
“Baiklah, tapi jika kamu perlu bertemu dengan saya kabari Ervin saja.”
“Baik, Pak.”
Liam berdiri, tidak ingin menahan Bianca lebih lama lagi. Dan juga di dalam otaknya ada hal yang harus dilakukannya. Hal yang berhubungan dengan Bianca!
“Oh ya dan ini ponsel kamu. Saya rasa kamu masih bisa menggunakannya,” ucap Liam sambil mengeluarkan ponsel Bianca dan meletakkannya diatas meja membuat Ervin mengernyit heran.
Bagaimana bisa ponsel Bianca ada di tangan bossnya? Kapan mereka berdua bertemu? Berarti benar dugaannya kalau ada sesuatu yang terjadi tanpa sepengetahuannya! Namun Ervin cukup sadar diri dan tidak akan menanyakannya sekarang, dirinya baru akan bertanya nanti disaat luang. Disaat statusnya sebagai sahabat Liam bukan sebagai asisten pribadi seperti sekarang.
“Terima kasih, tapi saya sudah memiliki ponsel baru,” tolak Bianca angkuh.
“Tetap saja itu milik kamu, jika tidak ingin menggunakannya kamu bisa membuangnya sendiri,” balas Liam santai hingga Bianca menggertakkan gigi saking kesalnya.
Bianca tidak berkata apapun lagi, begitu juga dengan Liam yang langsung melangkah pergi dengan diikuti oleh Ervin.
“Dasar cowok breng-sek!” umpat Bianca kesal dan langsung memasukkan kedua ponselnya ke dalam tas serta berlalu pergi, kembali ke kantornya.
Sepanjang perjalanan kembali, Liam sibuk dengan ponselnya membuat Ervin keheranan dan lebih heran lagi saat bossnya tiba-tiba meminta berubah haluan!
“Ke café biasa. Saya ingin bertemu seseorang!”
“Siapa, Boss?” tanya Ervin heran karena setahunya si boss tidak memiliki jadwal meeting diluar lagi hari ini.
“Kamu tidak perlu tau!” balas Liam cepat mencoba merahasiakan rencananya agar tidak kena ceramah dari sahabatnya ini! Sekarang Liam hanya ingin fokus dengan tujuannya, jadi tidak ada waktu untuk mendengar ceramah gratis dari Ervin!
***
Keesokan paginya…..
Bianca baru saja meletakkan tas kerjanya saat telepon di ruangannya berdering.
“Ke ruangan saya sekarang!” perintah Steven, atasan Bianca.
Tidak urung perintah atasannya membuat Bianca keheranan apalagi suaranya yang terdengar begitu serius.
‘Apa ada masalah? Atau ada klien yang complain tentang kinerjanya? Tapi rasanya tidak ada! Semua laporan klien sudah aku selesaikan tepat waktu dan tidak ada yang protes kok,’ batin Bianca masih bertanya-tanya tentang alasannya yang harus datang ke ruangan sang atasan padahal hari masih pagi! Rekan kerjanya saja banyak yang belum datang!
Bianca mengetuk pintu ruangan dan mendengar suara atasannya yang begitu berat. Seberat beban hidup dan pekerjaannya.
“Selamat pagi. Ada masalah apa, Pak?” tanya Bianca enggan berbasa basi lagipula Steven juga sudah tau sifat Bianca yang lebih sering to the point.
“Apa kamu mengenal Liam?” tanya Steven tanpa prolog, langsung ke sumber masalah yang membuat kepalanya sakit.
“Liam? Maksud bapak klien saya yang bernama Liam Alexander Linford?” tanya Bianca lagi, ingin memastikan kalau dirinya tidak salah orang. Dan memang seharusnya tidak karena tidak ada teman atau klien lain yang bernama Liam!
“Iya betul. Liam Alexander Linford. Apa kamu mengenal dia secara pribadi?” tanya Steven curiga sambil memicingkan mata.
Bianca tentu saja heran dan risih mendengar pertanyaan atasannya, apalagi tampak jelas kalau Steven begitu curiga padanya!
“Tidak, Pak. Saya baru mengenal bapak Liam kemarin saat bertemu dengan beliau untuk membicarakan mengenai masalah keuangannya,” jawab Bianca santai.
Menurutnya tidak perlu memberitahu pertemuan pertamanya dengan Liam, toh sama sekali tidak ada hubungannya dengan pekerjaan!
“Benarkah?”
Bianca mengangguk yakin dan bertanya heran,
“Memangnya kenapa, Pak?”
“Beliau meminta kamu untuk bekerja di perusahaannya secepatnya!” keluh Steven sambil menarik nafas kesal, tidak bisa membantah permintaan dari seorang CEO yang memiliki pengaruh kuat dalam dunia bisnis.
Dan jika Steven menolak permintaan Liam, ia takut kantornya akan mendapat omongan negative! Bisa saja kan Liam menyuruh anak buahnya untuk menyebarkan omongan jahat yang merugikan perusahaannya karena keinginannya tidak terpenuhi?
Padahal pekerjaan di kantor Steven khusus menangani perusahaan besar yang harus memiliki rasa saling percaya yang tinggi dari kliennya karena menangani hal penting yaitu keuangan, baik pribadi maupun perusahaan!
Bianca terbelalak kaget saat mendengar ucapan atasannya, mengira telinganya memiliki masalah sampai salah dengar.
“Kerja di perusahaan bapak Liam? Maksud bapak saya dipecat dari perusahaan ini?” tanya Bianca tidak percaya kalau dirinya harus dipecat, padahal Bianca yakin kalau kinerjanya selama ini bagus! Bahkan Bianca merupakan salah satu anak kesayangan perusahaan!
Tapi siapa yang menyangka kalau pagi ini dirinya akan dipecat hanya karena ulah seorang pria yang bernama Liam? Nama Liam bagaikan kutuk di dalam kehidupan Bianca membuat wanita itu hanya bisa menahan amarah yang begitu menggebu di dalam hatinya. Menyesali detik pertemuannya dengan Liam!