Ervin berjaga di depan ruangan VIP, tempat dimana bossnya sedang bersenang-senang dengan beberapa wanita di bar eksklusif langganannya. Harusnya kali ini tanpa ada acara buka kamar, murni hanya bersantai sambil menenggak alkohol.
Ervin yang sudah bekerja pada bossnya selama hampir 8 tahun ini sudah sangat paham menghadapi kebiasaan bossnya yang memiliki sikap terlalu liar. Sebenarnya Ervin bukan hanya asisten pribadi Liam.
Dirinya dibiayai pendidikannya oleh ayah Liam, bahkan dianggap sebagai anak sendiri, hal itulah yang membuat Ervin dapat bersikap lebih berani jika harus menegur Liam yang sudah bersahabat dengannya semenjak awal SMA.
Seperti saat di kantor tadi siang, waktu Liam selesai bermain dengan Vero, namun hanya sebatas itu saja. Ervin tidak ingin terlalu mencampuri urusan pribadi boss sekaligus sahabatnya. Lagipula Liam juga sudah dewasa!
Ervin tersentak kaget dan pikirannya buyar begitu saja saat pintu ruangan terbuka, menampilkan wajah Liam yang sudah cukup memerah, tapi Ervin tau pasti kalau bossnya ini tidak mabuk karena tubuh Liam dapat menoleransi kadar alkohol dalam jumlah yang cukup banyak, mungkin karena sudah terbiasa minum makanya jadi seperti itu.
“Mau kemana, Boss?”
“Toilet!” balas Liam singkat.
Ervin tidak bertanya apapun lagi, hanya menatap langkah bossnya yang masih begitu mantap meski sudah minum alkohol sejak tadi!
Liam menaikkan resleting celananya, mencuci tangan dan baru berjalan keluar dari toilet saat matanya menangkap bayangan seorang wanita yang tampil begitu cantik dan seksi membuatnya penasaran.
Seolah terhipnotis, langkah kaki Liam bergerak mendekati sang wanita begitu saja. Rasanya seperti ada magnet yang menariknya untuk mendekat tanpa dapat dicegah. Dengan yakin Liam mendekati wanita itu dan mengajaknya berkenalan.
“Hi, nama kamu siapa?” tanya Liam sambil mengulurkan tangannya, mengajak kenalan.
Bianca hanya menatap wajah tampan Liam dengan datar, tanpa bermaksud untuk menjawab pertanyaannya, apalagi membalas uluran tangan pria itu. Bianca hanya melengos dan pergi begitu saja, mengabaikan Liam membuat pria itu jengkel.
‘Beraninya wanita itu mengabaikanku! Awas saja jika kembali bertemu aku tidak akan melepaskanmu! Aku akan membuatmu bertekuk lutut padaku!’ tekad Liam, geram karena baru kali ini diabaikan oleh seorang wanita!
Dengan perasaan dongkol Liam menghampiri Ervin dan berucap tegas,
“Buka satu kamar untukku di lantai atas. Sekarang juga!”
Ervin mengerang kesal saat mendengar ucapan bossnya, ia pikir malam ini Liam hanya akan minum tanpa berniat tidur dengan wanita, tapi sepertinya dugaannya meleset! Meski terpaksa Ervin tetap mematuhi perintah bossnya itu.
Dua puluh menit kemudian…
“Boss, kamar anda di 2888,” beritahu Ervin melalui pesan teks.
“Okay.”
Liam melangkah menuju receptionist, tempat dimana Ervin sudah menunggunya dengan kunci kamar miliknya. Kening Ervin berkerut bingung saat melihat Liam berjalan seorang diri tanpa didampingi wanita di sampingnya.
“Sendirian, Boss?” tanya Ervin bloon.
“Menurutmu?” balas Liam dongkol.
“Saya pikir boss bakal bawa cewek ngamar kayak biasa,” jawab Ervin tanpa dosa.
“Kurang ajar! Mana kunci kamarnya?” sungut Liam kesal, enggan menjawab pertanyaan asisten pribadinya. Jujur saja Liam masih merasa kesal karena diabaikan oleh gadis tadi!
Ervin tersadar dari kebingungannya dan menyerahkan kunci kamar milik bossnya, meski begitu pikirannya masih bertanya-tanya, heran karena tidak biasanya sang boss buka kamar tanpa bawa wanita! Ibaratnya kayak makan nasi putih doank. Hambar, gak ada rasa sama sekali. Sedih banget kan buka kamar mahal-mahal tapi tidur sendirian?
Mendadak Ervin jadi teringat film komedi yang berjudul NGENEST! Seperti itulah bossnya malam ini! Ervin berusaha keras menahan tawanya, takut si boss tersinggung.
“Kamu pulang aja! Saya mau tidur disini!”
“Baik, Boss. Saya pulang dulu.”
Ervin berlalu meninggalkan Liam, merasa lega karena hari ini pekerjaannya berakhir juga. Lelah rasanya mengikuti Liam kemanapun, apalagi dirinya tidak menyukai dunia malam seperti ini! Kalau hanya murni bekerja Ervin tidak akan pernah mengeluh, tapi masalahnya dirinya sering membantu Liam diluar pekerjaan, itulah yang membuatnya pusing.
Pusing karena betapa sering boss sekaligus sahabatnya itu berganti wanita hampir setiap malam! Ervin sampai heran sendiri ada saja wanita yang dibawa bossnya itu, makanya tadi Ervin bingung saat melihat Liam datang seorang diri tapi ya sudahlah, bukan urusannya juga!
‘Lebih baik aku pulang dan beristirahat. Besok pasti banyak pekerjaan yang menanti!’ batin Ervin sambil melangkahkan kakinya menuju mobil.
***
Liam baru saja selesai mandi, bahkan tubuhnya masih basah dan dibalut kimono hotel saat bel kamarnya berbunyi.
“Siapa yang datang? Rasanya aku tidak memesan apapun,” gumam Liam bingung.
Dengan rasa heran Liam membuka pintu kamar dan menemukan wanita yang tadi mengabaikannya berdiri tepat di hadapannya! Dengan bingung wanita itu menatap ponselnya dan kembali memastikan nomor kamar yang terpasang di depan pintu.
“Eh, ini bukannya kamar Retha ya?” tanya Bianca dengan kening berkerut bingung.
“Retha?” ulang Liam heran.
Bianca menyodorkan ponselnya yang menampilkan pesan dari Retha, mengatakan nomor kamarnya berada di 2888 tapi kenapa jadi pria ini yang membuka pintu? Retha tidak mungkin membohonginya. Dan yang pasti Retha juga tidak mungkin tidur sekamar dengan pria ini! Apa sahabatnya itu sudah sangat mabuk makanya salah kasih nomor kamar? Bisa jadi kan?
Liam mengangkat bahu dengan cuek sambil terus menatap Bianca. Menatap wanita yang sudah mengabaikannya tadi. Sepertinya wanita itu tidak menyadari kalau dirinya adalah pria yang sudah diabaikan olehnya. Atau hanya pura-pura tidak sadar?
“Sepertinya teman kamu salah kasih nomor kamar. Ini adalah kamar saya dan nama saya Liam bukan Retha,” tegas Liam.
Bianca terdiam, tidak berniat membantah, dengan cepat tangannya menekan layar smartphonenya mencoba menghubungi nomor Retha, namun sampai akhirnya panggilan dialihkan ke operator, Retha masih juga tidak mengangkat panggilannya membuat Bianca gemas, kesal dan khawatir!
“Maaf sepertinya teman saya sudah mabuk hingga salah kasih nomor kamar,” gumam Bianca sambil meringis kecil.
“Siapa nama kamu?” tanya Liam sama sekali tidak berhubungan dengan permintaan maaf Bianca barusan.
“Bianca.”
Bianca refleks menutup bibir dengan kedua tangannya. Bodoh! Kenapa malah memberitahu namanya pada pria asing ini? Dasar Bianca bodoh! Lagipula ngapain juga pria ini tanya namanya? Apa gunanya?
Sementara kening Liam berkerut dalam, tampak berpikir. Kenapa nama Bianca seolah tidak asing baginya? Tapi Liam yakin kalau mereka belum pernah bertemu atau mungkin saja pernah bertemu tanpa disadarinya? Kenapa Liam merasa wajah gadis di depannya ini tampak tidak asing?
Tapi jika benar pernah bertemu, kapan dan dimana? Liam menggeleng kesal, meski sudah berusaha keras tapi ia tidak bisa mengingatnya sama sekali! Menyebalkan! Padahal dirinya bukanlah orang yang mudah lupa, namun kenapa kali ini otaknya tidak bisa diajak kompromi sama sekali?
“Maafkan saya, kalau begitu saya permisi dulu,” ucap Bianca cepat, berharap dapat pergi secepatnya dari pria di hadapannya ini.
Bianca baru berbalik dan belum sempat melangkah saat tangannya dicekal oleh Liam membuat wanita itu terkesiap kaget, tidak menyangka sama sekali dengan tindakan Liam. Dan lebih tidak menyangka lagi saat tangan kokoh Liam menyeretnya masuk ke dalam kamar begitu saja!