bc

Adara My Wife

book_age18+
6.4K
FOLLOW
70.4K
READ
contract marriage
drama
comedy
sweet
bxg
serious
like
intro-logo
Blurb

Adara Sherlindah Rahardi, dijodohkan oleh sang ayah dengan Adnan Prayoga, seorang office boy yang bekerja di perusahaannya sendiri. Meskipun begitu, Adnan tetap bisa membuat Adara bertekuk lutut kepadanya. Terlalu 'bucin' kepada Adnan, membuat Adara kelimpungan saat Melisa Wulandari, masuk ke dalam rumah tangganya. Sehingga Adara harus menyiapkan berbagai rencana konyol untuk memusnahkan Melisa dari rumah tangganya yang begitu manis. Bahkan lebih manis daripada minuman boba yang sering diminum oleh Adara. 

Cover: Shutterstock

Font: Text On Photo Aplikasi

chap-preview
Free preview
Bab 1
Judul: Adara My Wife Penulis: Desi Nurfitriani Link: https://m.dreame.com/novel/If3v7h3dusnSOnXqfqjLfQ==.html Brakkkk. Suara pintu yang dibanting dengan sangat keras membuat Adnan terkejut. Dalam keadaan setengah sadar, ia melihat Adara, istrinya, masuk kedalam kamar. Lalu Adnan melirik jam yang tergantung di dinding kamar, jam menunjukkan pukul dua dini hari. Adnan langsung mengubah posisinya dari berbaring menjadi duduk, bersandar di kepala ranjang. Suara gemericik air dari kamar mandi menandakan Adara sedang berada di kamar mandi. Hampir setengah jam berlalu, akhirnya Adara keluar dari kamar mandi. Seperti malam-malam yang lalu, ia selalu pulang dalam keadaan mabuk dan mengabaikan Adnan yang sedang menunggunya. Adara yang baru keluar dari kamar mandi langsung berbaring di atas ranjang, dan mengabaikan Adnan yang sedang duduk memperhatikannya. Melihat Adara yang telah tidur sambil membelakangi dirinya, Andnan ikut tidur. Di dalam hatinya Adnan selalu berharap, Adara sedikit menghargainya sebagai seorang suami. Walaupun Adnan hanya seorang office boy dan Adara adalah anak dari pemilik perusahaan, setidaknya Adnan adalah suami sahnya saat ini. Sedikit cerita tentang awal pernikahan Adara dan Adnan. Adnan bekerja sebagai office boy di perusahaan milik ayahnya Adara. Ia bisa bekerja disana karena pak Handoko, ingin membalas budi kepada Adnan yang telah menolongnya waktu ia di begal oleh beberapa orang. Adnan datang menyelamatkan pak Handoko dan beliau mengajak Adnan bekerja di perusahaan miliknya. Karena waktu Adnan baru lulus SMA, untuk sementara posisi yang ia dapat sebagai office boy. Kebaikan pak Handoko tidak hanya sampai di sana, ia juga membiayai kuliah Adnan hingga ia lulus. Di hari Wisuda Adnan, ia pulang hampir tengah malam karena merayakan hari kelulusan bersama teman-teman kampusnya. Saat ia pulang ke rumah kontrakan, Adnan yang sedang mengayuh sepeda terkejut melihat sebuah mobil mewah berwarna hitam melaju dengan kecepatan tinggi, dan menabrak pembatas jalan. Adnan langsung memacu sepedanya untuk mendekati lokasi kecelakaan tersebut. Wajahnya memucat, melihat korban kecelakaan tersebut. Tanpa mampu ia tahan, Adnan menangis nyaring dan berteriak minta tolong agar korban segera dibawa ke rumah sakit. Warga yang mendengar suara benturan yang keras dan suara teriakan Adnan, langsung datang untuk memberikan bantuan. Adnan memeluk pria paruh baya yang telah bersimbah darah, dan mengangkatnya ke dalam sebuah mobil untuk segera dilarikan ke rumah sakit. Selama perjalanan, Adnan tidak berhenti berdoa agar pak Handoko diberikan keselamatan. Sepuluh menit kemudian, mobil yang membawa pak Handoko dan Adnan tiba di rumah sakit. Beliau segera dilarikan ke ruang gawat darurat untuk segera ditangani. Setelah dokter membawa pak Handoko masuk, Adnan segera menghubungi kantor dan meminta pihak kantor untuk menghubungi keluarga pak Handoko Setengah jam berlalu, Adnan dikejutkan dengan kedatangan dua orang wanita. Kedua wanita yang berbeda umur itu, langsung menangis histeris saat melihat keadaan pak Handoko dari kaca ruang gawat darurat. "Selamat malam, Buk, Pak, pasien ingin bertemu dengan keluarganya." Seorang perawat keluar dari ruang gawat darurat dan menatap Adnan, serta kedua orang wanita yang baru datang secara bergantian. "Saya istrinya, dan ini Adara putri kami." Dengan terisak seorang wanita paruh baya memperkenalkan diri. "Masuklah, Bu! bapak mencari Ibu," perawat itu sedikit mundur, untuk memberi jalan kepada anak dan istri Pak Handoko. Setelah mereka semua masuk, Adnan berniat pergi dari rumah sakit, tapi langkahnya berhenti. Seorang pria bertubuh tambun yang baru datang, memegang pundak Adnan, dan berkata. "Kamu jangan kemana-mana, Nan! Kamu harus mendampingi pak Handoko, dan membalas semua budi beliau." Pria tambun itu membawa Adnan kembali duduk di kursi yang ada di depan kamar pak Handoko. "Perkenalkan, saya Anton, pengacara pak Handoko," pria itu mengulurkan tangannya kepada Adnan. "Saya Adnan Prayoga, Pak," jawab Adnan, sambil menerima jabat tangan pak Anton. Setelah berkenalan, pak Anton sibuk memilah dan menyusun kertas yang ada di dalam map besar yang tadi ia bawa. Adnan hanya diam memperhatikan tangan pak Anton menyusun, dan menandatangani beberapa kertas. "Selamat malam, antara Bapak berdua siapa yang bernama Pak Anton?" seorang perawat wanita kembali keluar, dan menatap Adnan dan Anton. "Saya, Sus," pak Anton langsung berdiri, "Kamu tunggu disini! Jangan pergi kemana-kemana!" pak Anton menepuk bahu Adnan sebelum ia meninggalkan pria itu, dan masuk mengikuti perawat tadi. Lama menunggu, akhirnya Adnan tertidur di atas kursi rumah sakit. "Pak Adnan. Ayo masuk! pak Handoko meminta bapak masuk ke dalam." Seorang perawat menepuk bahu Adnan pelan. "Baik, Sus." Adnan langsung mengusap wajahnya sebelum ia masuk mengikuti perawat tadi. Di dalam, sudah ada beberapa orang yang mengelilingi pak Handoko. Adnan lumayan terkejut, karena ia pikir di dalam hanya pak Anton, istri dan anak pak Handoko. Sedangkan empat orang pria lainnya, Adnan tidak melihat mereka datang dan masuk ke dalam ruangan pak Handoko. "Adnan, apakah kamu bersedia memenuhi keinginan bapak? Sudah lama beliau ingin menikahkan kamu dengan Adara, putri kami." Istri pak Handoko meraih tangan Adnan, dan menunjuk Adara yang duduk di samping ranjang pak Handoko. "Saya tidak bisa, Buk!" Adnan melepaskan genggaman ibu Rahayu, istri pak Handoko. "Ibu mohon, Nak." Ibu Rahayu bersimpuh di kaki Adnan, "Sekali lagi, Ibu mohon." Ibu Rahayu menangis terisak. "Baik, Bu…." Adnan membawa ibu Rahayu berdiri dan menghapus air mata di pipi wanita paruh baya itu. Ibu Rahayu mengangguk kepada pak Anton dan langsung membawa Adnan ke hadapan pak Handoko yang kembali tidak sadarkan diri setelah sempat membuka mata, untuk menyampaikan amanat terakhirnya. "Ayah ... Adnan sudah setuju untuk menikahi putri kita, jadi, Ayah harus bangun!" ibu Rahayu berbisik di telinga pak Handoko. Beberapa menit kemudian, pak Anton dan beberapa orang pria mendekati Adnan, "Saya yang akan menjadi wali nikah kamu dan Adara. Sekarang kamu ambil wudhu, agar akad nikah bisa langsung dilakukan." Pak Anton mengusap bahu Adnan. "Baik, Pak." Adnan mengangguk dan meninggalkan ruangan tersebut. Sedangkan Adara masuk ke dalam kamar mandi yang ada di dalam ruangan tersebut. Setelah semuanya selesai dipersiapkan, mereka semua duduk di atas tikar yang digelar di atas lantai. Akad nikah antara Adnan dengan Adara langsung dilaksanakan. Adnan mampu membaca ijab kabul hanya dalam satu tarikan nafas. Semua orang yang ada di dalam ruangan itu mengucapkan syukur, kecuali Adara. Gadis itu hanya menunduk, tidak mengucapkan apa-apa. Saat penghulu selesai membacakan doa untuk kelangsungan rumah tangga sepasang pengantin itu, alat bantu pernapasan pak Handoko berhenti bekerja. Semua mata tertuju kepada pak pria paruh baya tersebut. Seorang dokter yang dari tadi mengawasi pak Handoko menggelengkan kepalanya, dan mulai melepaskan seluruh alat medis yang melekat pada tubuh pak Handoko. Adara yang tadinya diam menangis histeris. Kesadarannya langsung hilang saat dokter menutup pak Handoko menggunakan selimut putih tipis yang ada disana. Keesokan harinya. Setelah jenazah pak Handoko di makam kan, Adnan kembali pulang ke rumah kontrakan miliknya. Ia Sengaja melupakan status sebagai suami Adara, wanita yang baru semalam ia nikahi. Ia menjalani harinya seperti biasa, dan tetap bekerja di kantor pak Handoko sebagai Office boy sampai mendapatkan pekerjaan lain dengan ijazah yang baru ia dapat. Adnan juga memiliki rencana untuk membuka usaha kecil-kecilan pada malam hari, untuk mengisi waktu senggang yang ia miliki. Empat hari pasca meninggalnya pak Handoko, Adara pergi ke kantor untuk menggantikan posisi pak Handoko karena ia tidak mau posisinya digantikan oleh Adnan. Setibanya ia di kantor Adara langsung ditemui oleh pak Anton. "Selamat pagi, Adara," sapa pak Anton yang telah berada di dalam ruangan direktur utama. "Pagi!" Jawab Adara ketus "Adnan dimana, Dara?" susul Anton "Saya tidak tahu, Pak, dan saya tidak mau tahu! Katakan dengan cepat ada keperluan apa Anda datang kemari!" tegasnya. "Saya datang untuk mengingatkan tentang status kamu dengan Adnan dan orang yang berhak menggantikan posisi pak Handoko adalah Adnan. Kecuali suami mu itu meminta kamu untuk menggantikannya, sampai ia paham cara menjalankan perusahaan ini." Pak Anton melemparkan sebuah map ke atas meja. Map tersebut langsung dibuka oleh Adara. Melihat isi map tersebut, Adara mengepalkan tangannya dengan kuat. "Apa …." Ucapan Adara terpotong saat ia melihat Anton yang berjalan keluar dari ruangan tersebut. Adara menggeram kesal dan melemparkan seluruh barang yang ada di dalam ruangan tersebut. Di luar, pak Anton bertemu dengan Adnan yang sedang mengantarkan minuman untuk para staf yang ada disana. "Nan, kemari lah!" seru Anton melambaikan tangannya, yang di balas anggukan oleh Adnan. "Ada apa, Pak?" "Ibu Rahayu berpesan, hari ini kamu harus pulang ke rumahnya, tidak ada bantahan! Atau saya sendiri yang akan menyeret kamu pulang kesana." Pak Anton menepuk bahu Adnan, dan meninggalkan pria itu dalam keadaan diam mematung. "Adnan." Seorang office boy lainnya menepuk bahu Adnan, "Kamu dipanggil ibu Adara beliau menunggu kamu di ruang direktur." "Baik! Terimakasih infonya." Adnan langsung masuk ke dalam ruangan direktur, yang tidak jauh dari tempat ia berdiri. Sebelum masuk, Adnan mengetuk pintu besar yang ada dihadapannya. "Masuk!" jawab Adara dari luar ruangan. Setelah mendapatkan izin dari Adara, Adnan membuka pintu dan masuk ke dalam ruangan tersebut. Adnan menggelengkan kepalanya melihat kondisi ruangan yang sangat berantakan. Sedangkan Adara, ia berbaring di atas sofa sambil memijat pelipisnya sendiri. "Nan. Kamu jangan mempersulit keadaan ku." Adara duduk dari posisi berbaring, "Aku minta, mulai hari ini kamu pulang ke rumah. Ibuku ingin bertemu denganmu. Dan ingat satu hal, walaupun kamu suamiku, tinggal satu atap dengan ku, kamu tidak memiliki hak untuk ikut campur dalam kehidupanku ." Dengan suara lembut, Adara mengucapkan kata-katanya. "Baiklah!" ucap Adnan singkat, sebelum ia membereskan kekacauan yang dibuat oleh Adara.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Accidentally Married

read
102.5K
bc

Dependencia

read
185.8K
bc

(Bukan) Istri Pengganti

read
48.8K
bc

The Ensnared by Love

read
103.6K
bc

Dua Cincin CEO

read
231.2K
bc

Sacred Lotus [Indonesia]

read
49.8K
bc

Bukan Cinta Pertama

read
52.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook