2. Tidur dalam dekapan

1275 Words
Sandra, wanita itu duduk diranjang menatap kosong kedepan. Setelah pertemuannya tadi dengan Kristal, dia kembali berfikir mengenai Diandra kembali. Walau wanita tua itu dipenjara, tetap saja selamanya wanita itu itu akan menghantui. Bukan hanya dirinya saja, tetapi pasti juga keluarga kecilnya. Pintu kamar Sandra dibuka dari luar. Wanita itu tak memperhatikan, karena masih sibuk dengan pemikirannya. Seorang gadis kecil dengan seragam merah putihnya menghampiri Sandra dengan tersenyum lebar. Gadis itu menggoyang - goyangkan kaki Sandra membuat wanita itu menjadi terkejut. "Astaughfirullah, Nadia sudah pulang? Kenapa Mamah tidak denger Nadia pulang?" "Nanad udah teriak tadi, tapi Mamah malah nggak denger." "Maaf, Mamah mungkin mengantuk jadi tidak tau Nadia pulang." Nadia mengangguk paham, kemudian menyerahkan secarik kertas kepada Sandra. "Ini nilai ulangan Nanad Mah.." Bocah itu menyengir lebar bagai kuda. Sementara Sandra yang melihat nilai putrinya tersenyum puas sekali. Dia kemudian mengecup pipi putrinya sekilas. "Anak Mamah pintar sekali." "Iyadong Mah," kata Nadia dengan percaya diri. "Ini nggak menyontek temen kamu kan?" "Iya-Eh," Nadia yang keceplosan menutup mulutnya, sambil melotot. Sandra tertawa melihatnya. Dia menarik pipi putrinya gemas sekali. "Nah kan.. ketauan Nadia menyontek. Lain kali, kamu nggak boleh nyontek lagi. Oke?" Nadia mengangguk, "Oke Mamah.." "Yaudah sekarang kamu ganti baju dulu, baru setelah itu kamu makan siang," kata Sandra sambil menggandeng tangan Nadia menuju kamarnya. Nadia mencopot seragamnya dan menggantungnya dilemari. Kemudian setelah itu, dia memakai pakaian yang sudah Sandra siapkan. "Udah cantik, ayo makan!" Kemudian Nadia dan Sandra menuju meja makan. Nadia langsung duduk, sementara Sandra langsung menyiapkan makanan untuk putrinya. Dia menaruh nasi dan juga lauk ke piring putrinya. "Terimakasih Mamah.." "Sama - sama, makan yang banyak," kata Sandra tersenyum. Sandra menemani Nadia makan duduk disebelah putrinya, sementara gadis itu makan dengan lahapnya. "Mamah nggak makan?" tanya Nadia. Sandra menggelengkan kepala dan mengelus surai putrinya, "Mamah sudah makan, sekarang Nadia habiskan makannya setelah itu belajar ke atas." "Oke Mamah.." *** Karena sudah sore, ini adalah waktu Sandra untuk mengecek putrinya sudahkan dia mandi atau belum. Saat dia membuka pintu kamar anaknya, ternyata putrinya sudah mandi malah tertidur. Kemudian Sandra menutup kembali kamar anaknya dan turun untuk masak. Saat dia turun, ternyata suaminya pulang dari kantor. Sandra menunda ke dapur dan menghampiri suaminya. "Mas, tumben pulang cepet." Sandra mengambil tas kantor Bram kemudian ikut duduk disofa dengan suaminya. "Iya, aku menyerahkan semua pekerjaan dengan Denada. Karena aku ingin pulang lebih awal," kata Bram tersenyum. "Mas Bram ada acara hari ini?" Bram nampak menggelengkan kepalanya, "Tidak ada acara sama sekali." "Tidak biasanya kamu pulang awal. Kenapa aku menjadi curiga," kata Sandra menaikan alisnya menyelidik. Bram yang melihat istrinya tertawa, "Dimana - mana, suami pulang lebih awal seharusnya istrinya senang. Bukan malah diintrogasi begini San.." "Yasudah, sekarang Mas mau mandi dulu atau langsung makan?" "Aku mandi dulu, badanku sudah lengket sekali." "Biar Sandra siapin air hangatnya dulu Mas.." "Tidak usah, bukannya kamu akan bersiap buat masak?" "Ah, iya. Tapi-" "Tidak papa, nanti biar aku menyuruh Tari saja. Kamu bisa ke dapur," kata Bram lembut sambil mengambil tasnya. "Aku naik dulu ke atas." "Uhmm," gumam Sandra sambil mengangguk. Kemudian Sandra menuju dapur untuk menyiapkan makan malam. Didapur, seperti biasanya Sandra dibantu oleh Tari. "Tari, coba kamu rasakan, apakah sudah pas masakan saya?" Tari mengambil sendok kemudian menyendokan ke dalam masakan yang Sandra buat dan mengicipinya. "Sudah pas Nya.. enak," kata Tari. "Tolong kamu siapin dulu ke tempat, saya bangunin Nadia dulu." "Baik Nya." Sandra kemudian menaruh celemeknya, kemudian menuju kamar putrinya untuk membangunkannya. Sandra membuka pintu anaknya dan melihat putrinya yang masih tertidur. Dia mendekat, dan menggoyangkan tubuh putrinya lembut. "Nad, bangun. Ayo makan dulu." Nadia mengoletkan tubuhnya dan membuka mata, kemudian bangun. Sandra merapikan rambut putrinya dan menguncirnya supaya rajin. "Ayo, basuh muka dulu. Habis ini kita makan malam." "Uhm." Nadia masih setengah terpejam dan terbuka menuju wastafel dan membasuh mukanya dengan air. Kemudian turun bersama dengan Sandra. Saat mereka turun, Bram sudah berada di meja makan. Nadia dan juga Sandra menyusul duduk. "Nadia mau makan apa?" tanya Sandra. "Sayur sop," katanya lesu. Bram menoleh ke putrinya yang kesadarannya belum pulih. "Nadia masih ngantuk?" tanya Bram. "Uhm," jawab Nadia sambil mengerjapkan mata. Sandra tersenyum tipis, "Ini dimakan, Mamah mau bikinin kamu s**u dulu." Nadia memasukan makanan kedalam mulutnya pelan - pelan. Matanya terkadang terbuka dan tertutup. Sandra kembali ke meja makan dengan membawa segelas s**u putih untuknya. Nadia menoleh ke arah Sandra dan mengambil susunya. "Terimakasih Mamah," kata Nadia kemudian meneguk susunya hingga habis. Sandra duduk dan mulai mengambil makanan untuknya. "Mah, Pah, Nanad ke atas duluan ya.. ngantuk banget mata udah segaris." "Yaudah sana," kata Bram. Tinggallah pasangan suami istri yang menikmati makan malam mereka. "San, kenapa makanan kamu sedikit? Kamu sakit?" tanya Bram. "Nggak Mas, cuma mungkin masuk angin sepertinya." "Mau aku antar ke rumah sakit?" tanya Bram khawatir. "Tidak usah Mas, setelah istirahat nanti juga sembuh sendiri." Bram menghela nafasnya dan menatap istrinya yang sedang memakan makanannya. "Lain kali, kamu jangan memforsir tenaga kamu. Perhatikan kesehatan kamu. Aku tidak ingin kembali kehilangan kamu," kata Bram sendu. Mendengar ucapan suaminya, Sandra menghentikan kegiatannya kemudian menatap suaminya sendu. "Iya Mas, aku tidak akan sampai kelelahan memaksa untuk melakukan pekerjaan rumah." "Oh iya San, minggu depan aku mengambil cuti." Sandra mengerutkan keningnya. "Bukannya kamu ada kunjungan ke Cina? Aku denger dari sekretaris kamu Mas." "Andra sudah cukup mewakilkan aku untuk menemui klien. Lagi pula, dia pria yang cerdas dan sangat aku percaya." "Ah begitu, lalu kenapa kamu mengambil cuti?" "Nadia sudah masuk libur semesteran, mungkin aku akan mengajak kalian untuk menengok Mamah di Pontianak, sudah lama sekali bukan? Mamah sangat rewel ingin bertemu dengan cucunya. Bagaimana?" "Sebelumnya aku juga mengatakan hal yang sama, tetapi dengan alasan yang berbeda." "Alasan apa?" "Mamah Irene kan berulang tahun Mas.. kamu tidak ingat?" tanya Sandra. "Astaga San, aku malah lupa. Untung kamu mengingatkan aku. Terimaaksih," kata Bram tersenyum. "Sama - sama." *** Setelah makan malam, Sandra kembali ke kamar sendirian. Bram kembali bekerja ke ruang kerjanya. Pria itu masih sama seperti dulu, workaholic. Sandra mencoba tertidur. Tapi, beberapa jam kemudian dia terbangun kembali. Dia melihat ke arah jam dinding, sudah pukul satu malam tapi kasur sebelahnya masih saja kosong. Sandra kemudian memutuskan untuk bangun, dan keluar kamar menuju ruang kerja suaminya. Suaminya terlihat pulas tidur dengan laptop menyala dengan posisi tidur duduk. Sandra merasa menghangat melihatnya, suaminya bekerja keras demi keluarga kecilnya. Namun, disatu sisi dia sedih melihat suaminya jarang sekali tidur dengan layak. Seperti biasa, Sandra hanya melihat tak ingin mengganggu. Kembali menutup ruang kerja suaminya, dan kembali ke kamar. Bram yang sudah terlelap membuka matanya dan sadar bahwa dia berada diruang kerja. Kemudian dia menutup laptop dan kembali ke kamarnya. Saat dia masuk, istrinya masih terjaga belum tertidur. Bram mendekatinya dan naik ke ranjang. "Kamu belum tidur?" tanya Bram dengan suara serak khas orang bangun tidur. "Aku baru saja bangun Mas, nampaknya tidur sendirian sangat tidak nyaman." Bram tau istrinya tengah menyindir dirinya. Tapi, dia hanya tersenyum tipis. "Ya, apalagi tidur dengan posisi duduk." "Makanya, tidur dikasur Mas. Seenak apasih tidur posisi duduk begitu? Kerja boleh, inget kesehatan. Kamu sudah kepala tiga, tidak selamanya akan selalu sehat," omel Sandra. Bram mendekati istrinya dan memeluk tubuh samping Sandra. "Akh, nyaman sekali. Sudah lama aku tidak memeluk istriku ini." "Cih, selama ini kamu kemana memang? Kamu yang memilih bekerja terus." "Baiklah aku salah, berdebatnya dilanjut besok, sekarang kita tidur." Bram dan Sandra terlentang dengan posisi Sandra didalam dekapan suaminya. Suaminya mengelus surai istrinya lembut. Memang paling nyaman adalah tidur dalam dekapan suami sendiri. "Mas, sudah mengantuk?" "Belum, kamu tidak mengantuk? Ini sudah malam. Ayo tidur." "Bagaimana aku bisa tidur, jantungmu selalu berdetak lebih cepat. Aku bahkan bisa menghitungnya dengan jariku." Bram tersenyum tipis, "Itu karena kamu, jadi jangan salahkan jantung." "Uhm." Sandra mencoba memejamkan matanya dengan bunyi detakan jantung Bram yang menggema ditelinganya. "Tidur, jangan hanya berpura - pura tertidur istriku." "Aku tidur Mas." "Tidur tidak akan bisa menjawab Sandra," kekeh Bram. Sandra memukul pelan d**a suaminya. Kemudian wanita terpejam dan terlelap. Bram yang merasa deru nafas Sandra mulai teratur ikut menyusul istrinya ke alam mimpi. 
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD