bc

Menemukan Dia

book_age0+
53
FOLLOW
1K
READ
love-triangle
possessive
sex
goodgirl
drama
sweet
gxg
bisexual
like
intro-logo
Blurb

Menemukan Dia (GxG) By: Hai Dhika

23.500 Pembaca di Wattpad

Kaka diusir kedua orang tua Bebi saat mereka berdua menjelaskan tentang hubungan mereka dan meminta izin untuk tinggal bersama. Kaka kehilangan kontak dengan Bebi. Berbulan - bulan Kaka jalani hidup tanpa sosok Bebi yang selama 3 tahun menemaninya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk menerima Trisa menjadi kekasih barunya.

Namun rindu tetaplah rindu. Tak kan pernah menjadi abu selama si empunya membakarnya terus menerus.

chap-preview
Free preview
Menemukan Dia (Kaka POV)
Kamu adalah seorang perempuan berambut sebahu yang diikat kebelakang. Dengan celana jegging merah maroon, jaket kulit hitam, serta kets hitam kamu pergi mengendarai motormu. Sebelum keluar dari jalan kecil, kamu melipir. Tak ada lagi alasan akurat agar kamu berhenti merokok. Kamu membeli rokok di sebuah warung kecil. Memandang layar handphone, foto seorang perempuan cantik berambut panjang terurai membuatmu selalu merindukannya. Perempuan itu bernama Bebriana  Mustafa. Dan kamu memanggilnya Bebi... Kamu membuka playlist lagu dihandphone dan memutar menekan tombol play pada lagu ‘The Script - The Man Who Can't Be Moved’. Headset telah berada di kedua telinga dalam helm yang kamu kenakan. Sebatang rokok menthol menyala lalu kau menarik gas. Perjalanan dari Kelapa Gading menuju Kemang seharusnya tak melewati jalan-jalan ini. Bukan melewati Shelter Busway Matraman, dimana kamu dan Bebi berjanji temu sebelum pergi karena ia tak suka naik motor semenjak saudara kembarnya meninggal karena tertabrak motor. Bukan juga melewati Seven Eleven Matraman, tempat dimana Bebi setia menunggumu karena kamu telat bangun pagi padahal kalian harus pergi. Ia setia menunggu dan tak pernah mengeluh padamu. Tidak lewat Gramedia Matraman yang sering menjadi tempat kamu dan Bebi menghabiskan waktu membaca buku bersama. Kamu jelas ingat, Bebi suka makan es durian didepan toko buku dibawah jembatan penyeberangannya. Kamu pun tak seharusnya lewat Kampung Melayu, tempat dimana kamu menunggu Bebi sebelum pergi. Kamu takkan mengizinkannya pergi sendiri. Bidadari kecintaanmu sering digoda lelaki disana. Otista? Tak seharusnya kamu lewat daerah itu hanya karena rumah Bebi dulu disana. Apalagi Pusat Grosir Cililitan yang berada dek at dengan kampus Bebi dulu. Semua kau lakukan karena rindu. Rindu yang menyakitkan. Rindu yang tak terungkapkan dan tak tersalurkan. Kamu menghela nafas. Ini bukan kali pertama kau melakukan kebodohan ini. Diperempatan jalan, dibawah kotak hitam berisi 3 lampu merah, kuning, dan hijau kamu berhenti. Sepasang muda mudi bergenggam tangan menyeberang jalan. Sang Mudi minta dilindungi. Tangannya rekat tak ingin lepas dari Sang Muda. Dulu, Bebi suka melakukannya juga. Ia bermanja-manja ria padamu. Minta perhatianmu. TIIIINNNNN! TIIIINNNN!! TIIINNNNNNNNNNN!!! Mobil dibelakangmu memaki. Memekik! Ia tak tahu rasanya jadi pendendam rindu? Lampu hijau tak lagi mendukung sendumu. Pantas mereka tak mengizinkanmu tinggal lebih lama.   Handphone disaku jaketmu meronta cukup lama. Kamu melipir ke pinggir. Sebuah panggilan dari "My Baby". "Hallo. Iya sayang. Aku masih dijalan. Setengah jam lagi kayaknya. Miss you too. See you ya" kamu menutup panggilan dengan kecewa. Ada harapan lain untuk Si Pemilik panggilan "My Baby" sebelumnya. Sesampainya di Kemang, kamu menempatkan motor dan menghubungi Trisa, kekasihmu. Kamu berjalan, merapihkan poni samping sambil bicara di pesawat telfon dengan Trisa bahwa kamu telah tiba. Bibir Trisa melebarkan sayapnya, ia cantik walau tak secantik Bebi. Kamu pun perempuan cantik. Dan mereka berdua sama sukanya dipuji cantik. Kamu memeluk kekasihmu, pelukan rindu yang lain. Kau kecup keningnya dan membiarkan punggung tanganmu diarahkan ke bibir Trisa beberapa detik. Tak peduli walau mencuri perhatian sekitarmu. Dia memang kekasihmu. Lalu? Apa peduli mereka yang tak mengenalmu? Kamu duduk disisi kekasihmu itu. Sisha di meja lebih menarik perhatianmu daripada perempuan yang sudah 2 bulan menyandang gelar sebagai kekasihmu. Kamu menghisapnya lalu menghebuskan ke udara. Berharap pori-pori udara meresap kesedihanmu dan membawanya pergi jauh. Ah! Kau tak suka rasanya. Ini bukan rasa kesukaan Bebi. Cantik, alis tebal hampir menyambung keduanya, mata coklat dan tak terlalu lebar, ia berlesung pipit, rambutnya panjang sepunggung bergelombang dibagian bawahnya. Kekasihmu kini nyaris menyerupai Bebi. Tapi ia tetap bukan Bebi yang kau cinta. "Kamu pesen apa Beb?" Trisa membuyarkan lamunanmu. Kamu memesan hot chocolate. Minuman yang Bebi paling tidak suka. Apapun yang Bebi tak suka menjadi sesuatu yang paling kau suka sejak kamu mengenal Bebi. Trisa menghisap sishanya. Kamu mengambil pemantik api disaku celana. Menekan pemantik api tersebut, meniup api yang muncul, dan melakukan hal itu berulang kali. Bebi tak pernah suka. Ia selalu paham, kamu hanya akan melakukannya ketika ingin merokok. Kamu amat merindukan Bebi. Kamu ingat, diwaktu senggang, kamu suka menggoda Bebi dengan menyentuh leher atau pinggang Bebi dengan telunjukmu. Hal itu membuat perempuan tercintamu menggeliat. Bahkan jika kau terlalu sering, ia akan menyapit pahamu dengan ibu jari dan telunjuknya hingga menimbulkan bekas biru. Tanda cinta kau sebut. Ia sangat suka membuatmu gemas. Pembicaraan begulir. Trisa bersemangat menceritakan kantor barunya. Kamu orang yang tak suka banyak bicara. Tak seperti Bebi yang paling suka mencari cara agar kau bersuara. Banyak hal gila yang kalian lakukan berdua. Ya, lagi-lagi Trisa bukan Bebi. Di meja seberang, kamu melihat sepasang manusia tengah duduk diantara keluarganya. Lelaki itu membawa bunga dan kotak cincin berwarna merah. Ia meminang kekasihnya didepan keluarganya. Mereka berbahagia. Bukan murka! Seperti kedua orang tua Bebi yang akhirnya mengetahui hubungan kalian. Kamu diusir ketika meminta izin membawa anak satu-satunya mereka untuk tinggal bersama. Ayahnya naik pitam saat mengetahui hubungan kalian yang berjalan 3 tahun. Ia menarik dan mengunci anaknya di kamar. Ibu Bebi hanya menangis menjerit kecewa tak terima. Anak perempuan yang tinggal satu-satunya dipinang seorang perempuan? Gila? Orang tua mana yang akan terima? Mereka menganggapmu merusak anaknya! Semenjak itu, kamu tak lagi dapat menemui bahkan menghubungi kekasihmu. Kamu nyaris gila karena cinta. Hingga akhirnya seorang malaikat bersayap merah jambu muncul, menjadikan sayapnya sebagai sayap pelindungmu. Ia membasuh lukamu yang sampai saat ini tak kunjung sembuh. Namun ia tak menyerah, terus mendampingimu. Walau malaikat itu tak sesempurna Bebi, namun jasanya menggugah hatimu. Maka ia kini menjadi kekasihmu. Trisa berpamitan untuk menjemput teman baru dikantornya padamu. Kamu mengangguk tanda setuju. Kamu menggeser layar handphone dan membuka galeri fotomu. Tak ada alasan yang masuk hati untuk menghapus foto-foto kamu dan Bebi. Walaupun 7 bulan belakangan ia pergi meninggalkanmu. Bebi pasti makin cantik. Secantik... "Beb, Kenalin. Ini Bebi, temen sekantor aku dikantor yang baru. Dan ini Gara, calon suaminya..." Trisa datang bersama 2 orang lainnya. Perempuan itu nyaris menyerupai Bebi. Nyaris? Tidak! Perempuan itu. Dia memang Bebi!!! Kamu melihat petir hampir menyambar disekitarmu. Petir itu tak membuatmu berpindah. Tubuhmu kaku. Petir merah jambu? Laki-laki yang datang bersamanya mengulurkan tangan. Kamu meraihnya dan menyebutkan namamu. "Gara..” jawab laki-laki sialan itu dengan senyum sinisnya. Gayanya tengil sekali. Kamu benci! Kamu berusaha menutupi kemarahanmu. Genggaman tangan yang kuat. Apa benar ia Bebimu? Bebi yang dulu milikmu? Bebi yang kamu cintai? Bebi yang kau rindukan? Namun mengapa ia seolah kini tak mengenalmu? "Sayang, ini undangannya. Jangan lupa dateng loh! Awas!" kalimat itu berakhir dengan tawa Bebi. Tawa yang sama. Suara yang sama merdu itu! Kamu benar-benar rindu! Tawa yang kini bukan milikmu lagi? Perempuan yang dulu kau miliki, kini bersenda gurau dihadapanmu. Ia bersama perempuan yang kini kau miliki. Gara sibuk dengan I-Padnya. Lalu kamu? Sibuk memandangi yang sedang sibuk bersandiwara. Bebriana... Rambutnya makin panjang, namun aromanya tak dapat lagi kau hirup. Ia juga makin pandai berias, namun bukan untukmu lagi. Kamu berusaha mendapatkan perhatian Bebi. Dengan sengaja, kamu melakukan hal-hal yang tidak Bebi suka dulu, menggunakan pemantik api. Sial! Kamu kesal karena ia tak bereaksi sedikit pun. Kamu tak putus asa, merokoklah kamu dihadapannya. Bebi buta? Ia tak tahu? Atau tak mau tahu? Ia masih tak bereaksi apa-apa. "Rokok Sob!" tawarmu pada calon suami kekasihmu dulu. "Sorry Sis, gue nggak  ngerokok. Dilarang tunangan gue". Kamu melirik jari tengah tangan kirinya, cincin itu... b******n! Tak perlu ia perjelas lagi! Kamu sudah tau! Puas? Hatimu lebur. Ingin sekali kamu ambil bara api diatas tabung sisha lalu dilemparkan ke wajah lelaki yang merebut kekasihmu! Namun kau tak lagi berkuasa. Siapa kamu? Kamu hanya ingin menjerit agar semua orang tau kau terluka. Tawa dan senyum Bebi, dulu hanya milikmu. Kini, milik lelaki yang akan ia cintai seumur hidupnya. Kamu pergi meninggalkan mereka. "Mbak, dimsum paket 3 sama es rumput laut. Ke meja yang itu! Jangan bilang saya yang pesen. Kasih ke perempuan yang pake tanktop item jaket levis ya. Bukan yang dress item" jelasmu pada pelayan restaurant favorite Bebi. Kamu menatap Bebi sambil membayar pesanan itu. Biasanya Bebi tak cukup 1 porsi tiap datang ke tempat ini bersamamu. Makanan itu adalah makanan yang paling bisa memperbaiki moodnya. Terutama ketika PMS. Kamu selalu tahu itu. Semua tentang Bebi. Kamu menatap Bebi kembali. Ia berjalan menuju kamar mandi. Kau membayanginya beberapa langkah dibelakang. Kamu menanti bidadarimu keluar kamar mandi tak sabar. Berkali-kali kamu melompat-lompat menahan gugup. Lebih dari 5 menit, Bebi pun muncul kembali. Ia terkejut melihatmu dan berlari menjauh. Kamu tak tinggal diam. Tangannya kau raih dan bawa pergi ketempat yang tak terlalu ramai. Kau peluk ia erat sekali. Kamu benar-benar merindukan tubuh ini. Pelukan yang amat kau nantikan. Kamu akhirnya dapat menghirup aroma rambut Bebi. Rasanya hangat... Sampai Bebi melepaskan pelukanmu. "Kamu kemana aja sayang? Kenapa kamu tinggalin aku? Dimana rumah kamu sekarang? Ayo, aku anter kamu pulang sekarang. Kita naik taksi ya. Sumpah, aku kangen banget sama kamu Bebiku. Kamu juga kan? Kamu pasti cuma ngetest aku soal pernikahan kamu. Aku selalu bisa nebak ujian-ujian kamu kan? Udah deh. Nggak usah sandiwara lagi kamu. Ayah kamu paksa kamu pergi ya? Aku yang bakal hadepin dia" kamu memegang wajahnya. Berusaha meyakinkan kekasihmu. Namun tak ada sedetik pun suara keluar dari mulutnya. Ia tak lagi seberisik dulu. "Aku udah berusaha nyariin kamu. Terakhir kita ketemu orang tua kamu, besoknya kamu sekeluarga pindah. Harusnya malam itu aku bertahan didepan rumah kamu. Semua media sosial kamu deactive. Nomer sama bbm kamu nggak aktif. Temen-temen kamu nggak ada yang tau kamu kemana. Aku kangen sayang..." pertahanan air dibibir matamu runtuh juga. Kakimu lemas dan tak mampu menahan tubuh rapuhmu. Kamu mengemis agar perempuan yang kau cintai itu kembali. Kamu memeluk kedua lututnya.   "Kamu udah nggak cinta aku lagi?" tanyamu setengah berteriak. Kepalamu berada didepan, diantara kedua lututnya. Tanpa sepatah kata, Bebi melepaskan pelukanmu dan berlalu begitu saja. Kau tak dapat jawaban sama sekali. Ia pergi lagi. Dan ia bukan Bebimu lagi... Kamu duduk tersungkur menangis tersedu-sedu. Tempat yang aman. Tak ada yang melihatmu dan meneriakimu "Orang Gila". Kamu berusaha menahan rintihan yang berkali-kali hampir keluar dari mulutmu. Kamu tak sanggup untuk mengejar Bebi. Selama ini usahamu sia-sia. Kamu kehilangan cinta matimu! Trisa memegang keningmu saat kamu kembali. Ada luka dipunggung tanganmu, pasti tanda yang timbul setelah kamu memukul aspal tadi. Wajahmu memucat. Matamu sembab. Kamu dipeluk Trisa yang meminta kotak P3K pada pelayan. Ia mengusap punggungmu berusaha menenangkanmu. Perlahan, Trisa mengobati lukamu. Luka dengan darah dan memar di sekitarnya. Dulu perempuan ini pernah mengobati luka hatimu. Sedangkan perempuan yang kau cintai? Duduk manis bersama calon suaminya tanpa memperdulikanmu! Siapa kamu untuknya? Kamu pikir, kamu penting? Sampah! Seorang pelayan datang membawa pesananmu. Pesanan untuk Bebi. Bebi yang merasa tak memesannya, melirik kearahmu. "Itu buat kamu. Aku yang pesen tadi" Gara tegas menjawab pertanyaan yang terlihat dari mimik Bebi. Jawaban yang membuat Bebi tersenyum. Ia memeluk calon suaminya. Kamu sungguh tak terima. Jika kau jahat, kamu bisa membongkar semuanya. Bahwa Bebi seorang lesbian dan kamu kekasihnya. Mungkin Gara akan membencinya, menjauhinya, dan membatalkan pernikahan mereka. Sayang, kau tak sampai hati. Gara melontarkan senyum padamu. Senyum yang menusuk. Senyum licik. Ia terlihat begitu puas telah menyakitimu. Apa ia tahu tentang hubungan kalian? Trisa mengajakmu pulang kerumahnya. Ia tak mengizinkanmu pulang karena takkan ada yang merawatmu. Kamu ingat ketika Bebi merawatmu saat kau sakit dengan telaten. Kamu, Kaka Sang Bayi rindu dibelai Ibu Bebi. Kamu dan Trisa berpamitan pada mereka. Kamu menatap Bebi untuk terakhir kali karena yakin takkan sanggup datang ke pernikahan mereka. Diperjalanan, kamu hanya memejam. Merasakan jatuhnya air dari bibir matamu, berusaha menghilangkan beban ingatan kenangan pahitmu. Kamu memeluk Trisa dari belakang, dan tak ada perubahan pada rasa sedihmu. Kenangan tetaplah kenangan. Walaupun itu menyakitkan, kenangan itu untuk di ikhlaskan bukan di lupakan. Berkali-kali Trisa memastikanmu tidak tidur di motor. Ia memperhatikanmu, peduli pada keadaanmu. Tidak seperti Bebi yang kau pedulikan keadaannya! Trisa membantumu merebahkan diri ditempat tidur, membukakan sepatumu, dan menyelimuti tubuhmu sesampainya kalian. Ia pergi membuat teh hangat untukmu. "Beb. Jujur ya, Bebi itu yang bikin kamu hampir bunuh diri itu ya? Dan dia mantan yang bikin kamu nggak bisa move on sampe sekarang kan? Aku tau kok. Aku sama Gara ngobrol banyak waktu kamu pergi ngikutin Bebi" ia duduk disampingmu. Kamu memindahkan kepalamu di pahanya. Perlahan ia mengelus keningmu. Kamu tak menjawab apa-apa. "Kamu harus ikhlas Beb. Biar mereka ngejalanin hidup mereka. Begitupun kita. Aku serius sama kamu. Aku cinta kamu Kaka" Trisa menatap wajahmu. Dengan lembut, kamu menarik lehernya mendekat kearahmu. Kamu mengecup bibir atasnya lembut. Ini pertama kali kamu benar-benar menikmati ciuman kalian selama ini. Dan kamu sadar, kamu mulai mencintai Trisa. Terkadang, orang yang berpengaruh dihidup kita tak selalu menyenangkan ketika masih berjalan seiringan. Namun, ketika sudah tak lagi bersama, orang yang ternyata benar-benar peduli, perhatian, dan mengerti kita, memiliki hal-hal lebih yang membuat kita merindukannya. Jadi, jagalah orang yang mencintaimu sebelum kamu kehilangannya.        

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Nur Cahaya Cinta

read
359.2K
bc

✅Sex with My Brothers 21+ (Indonesia)

read
927.6K
bc

Bukan Istri Pilihan

read
1.5M
bc

My Sexy Boss ⚠️

read
540.7K
bc

Over Protective Doctor

read
475.0K
bc

Pinky Dearest (COMPLETED) 21++

read
285.7K
bc

HYPER!

read
558.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook