Kencan Pertama

1347 Words
Aku tidak tenang memikirkan apa yang dibicarakan oleh Rihar dan Weni. Hingga saat bel makan siang berbunyi, Rihar menghampiriku "Ayo makan" ajaknya. Mba Maya yang masih ada di Line langsung bertanya "udah jadian lo ya?" sambil melihat heran kearah kami berdua "Kepo mba Maya" sahut Rihar sambil tertawa "Mba Maya ayo bareng!" ajakku "Lo duluan deh gue mau ke toilet dulu" sahutnya. Rihar kembali menggandeng tanganku dan kami berjalan bersama. Aku sangat gugup saat melewati Line Weni. Kulihatnya ternyata Weni tidak ada disana, Rihar yang mengetahuinya berkata "Nyari Weni? Mungkin udah kekantin duluan". Aku merasa sepanjang perjalanan menuju kantin, seluruh mata memperhatikan kami. Rihar kamu gabung ke temanmu aja gih, biar aku sama temanku" ucapku. "Bosen sayang, sekali kali pengen makan sama kamu" jawabnya sambil merangkul bahuku. "Rihar jangan kaya gini, gak enak nanti dilihat atasan" jawabku sambil berusaha melepaskan tangannya. "Kamu kenapa sih, begini gak mau begitu gak boleh?! Lagian cuma ngerangkul bukan c*uman" jawabnya Aku diam tidak ingin memperpanjang perdebatan. Akhirnya Rihar makan dimeja yang sama denganku dan bergabung bersama para cewek dari berbagai bagian. Mataku melirik kesana kemari mencari Weni. Ternyata ia sedang makan bersama temannya di meja yang jauh dari tempatku. Rihar yang duduk disampingku malah asyik mengobrol dengan cewek cewek tersebut. Dalam hatiku berkata "Kelihatannya mereka sangat welcome padanya. Padahal sebelumnya aku pikir mereka akan risih ada lelaki yang ikut nimbrung makan di meja perempuan" Tak sedikit teman lelakinya mengejeknya "Woy ngapain lo makan disitu, modusin siapa lagi lo?". Lalu Rihar menjawab "sirik aja lo hahaha, sini gabung". Dimeja kami, para wanita tertawa manja dihadapan rihar. Aku melihatnya merasa ilfeel dan cemburu. "Jadi cewek jual mahal dikit napa sih, caper banget deh" batinku. Rihar sepertinya bisa membaca perasaanku. Dia berbisik di telingaku "makan yang banyak sayang". Kemudian aku jawab dengan bernada kesal "udah kenyang makan hati". Rihar yang mendengar itu langsung tertawa geli "kamu gemesin banget" sahutnya. Setelah selesai makan siang, Rihar menuju musholla dan aku berniat kembali ke Line karena masih berhalangan. "Kamu gak sholat dulu?" tanyanya "Luna lagi berhalangan. Luna balik ke Line duluan ya" jawabku. "Ya hati hati sayang. Jangan genit lho" sahutnya. Saat aku sedang duduk santai menunggu bel masuk, aku baru teringat bahwa lupa menanyakan soal perbincangan tadi pagi antara Rihar dan Weni. Aku berniat mengirimkan pesan untuknya dan saat sedang mengetik, tiba tiba dari belakang mataku ditutup oleh tangan seseorang. Aku menolehnya "Rihaar, tumben kamu gak ngumpul di gazebo sama temanmu" Luna. "Ngga. Sengaja setelah sholat aku langsung kesini, takut kamu ditemani cowok lain" Rihar. "Cowok siapa?!.." Luna. "Alasan aja kamu pura pura gak ngerti, emang kamu pikir aku gak tau kalau kamu sering didekati cowok cowok sini" sahutnya sambil menjentikkan jarinya di hidungku. "Kamu juga sering deket sama cewek cewek sini kan. Dimana ada kamu, disitu ada cewek" sahutku. Rihar yang mendengar itu kembali tertawa "Kalau bukan di pabrik pasti kamu udah aku gigit" jawabnya. Aku kembali menggerutu dihadapannya "buktinya tadi aja jelas jelas lagi disamping aku malah bisa bisanya bercanda sama cewek lain" ucapku sambil mengerutkan bibirku. "Sayang denger aku ya, pokonya aku cintanya sama kamu dan kamu gak usah mikir macam macam. Udah titik" jawab Rihar sambil meyakinkanku. Bel masuk telah berbunyi dan satu persatu karyawan telah masuk termasuk Rihar yang telah kembali ke Line nya. Kali ini mood ku kembali bagus. Mungkin karena tadi makan siang dengan Rihar. Kupikir dengan sikapnya tadi sepertinya ia serius menjalin hubungan denganku. Buktinya dia selalu ingin go publik, tidak sepertiku. "Rasanya bahagia banget Rihar mau mengajakku makan bareng dan tadi kita bergandangan tangan" gumamku dalam hati sambil mengulas senyum di bibir. "Ngapain lo lun senyam senyum aja kaya orang bener" tegur mba Maya dengan logat bicarany. "Eh..hmm ngga" jawabku "Ngga apaan daritadi gw perhatiin lo juga" mba Maya. "Emang senyam senyum gimana sih, Luna daritadi fokus kerja tau" jawabku "Yeeeh mata gw masih bener kali lun, gw liat daritadi lo cengar cengir sendiri" sahut mba Maya sambil memperagakan tingkahku. Aku terdiam tidak menghiraukannya lagi dan kembali fokus ke pekerjaanku. Sampai tiba waktunya bel pulang. Rihar kembali menghampiriku dan mengajakku pulang bersama "Nanti tunggu aku di parkiran ya sayang" sahutnya lalu kujawab dengan anggukan. Sekarang aku seperti sudah tidak perduli dengan omongan orang lain atau perasaan Weni. Yang ku tau jika sudah bersama Rihar, aku merasa nyaman dan dilindungi. Rihar sudah menunggu diparkiran. "Aluna, ayo naik" sahutnya. Aku langsung menghampirinya dan memegang pundaknya sebagai tumpuanku untuk menaiki motornya. "Siap tuan putriku?" tanyanya "ih apaan sih tuan putri segala" jawabku sambil memukul kecil punggungnya. Rihar melajukan motornya. Saat melewati pintu gerbang terdengar teriakan dari beberapa gerombolan cowok. "Swit swiww.." hebohnya. Rihar hanya melambaikan tangan kearahnya. Lalu Ada beberapa juga yang tepuk tangan dan tidak sedikit yang melirikku sambil berbisik satu sama lain. Lagi lagi aku tak menghiraukan mereka. "Sayang peluk aku dong, masa harus diajarin terus sih" pintanya "Iyaa tadi kan masih di lingkungan pabrik, gak enak" jawabku sambil melingkarkan tanganku di pinggangnya. "Sayang, kita nonton ya?" Tanya Rihar sambil mengendarai motornya "Nonton apa?" Jawabku "Film apa aja yang kamu suka" Rihar "Tapi aku gak bawa baju ganti, masa pakai baju pabrik" sahutku "Gpp sayang, toh kamu pakai sweater jadi gak kelihatan logo pabrik di bajumu" Rihar "Yaudah, tapi jangan pulang sampai malam ya" pintaku "Ngga sayang, paling sampai pagi" ledek Rihar sambil kami tertawa bersama. Hariku terasa begitu indah. Kami berjalan memasuki gedung bioskop. Sepanjang jalan Rihar terus merangkul pinggangku. Didalam bioskop tidak sedikit yang memperhatikan kami. Dengan tubuh yang tinggi dan tegap lalu dibalut dengan tampilan Rihar yang begitu rupawan jadi mungkin kami terlihat sebagai pasangan yang serasi, hehe. Kali ini kami putuskan untuk menonton film romantis. Rihar memesan tiket dan aku membeli popcorn dan minumannya untuk dimakan didalam. Didalam bioskop Rihar selalu menyuapiku makan popcorn. "Aku bisa makan sendiri" bisikku sambil mengambil popcorn ditangannya Lalu dia mendekatkan wajahnya di pipiku dan beberapa kali menci*m pipiku. "Luna kamu cantik" bisiknya sambil menci*m pipiku. "Iya terimakasih sayang, Luna sayang sama Rihar. Selamat ulang tahun ya" jawabku sambil memberanikan untu mengecup pipinya. Rihar menatapku dengan tatapan nanar. Mungkin dia terkejut aku melakukannya. Jelas saja aku berani karena didalam gelap jadi dia tidak bisa melihat ekspresi wajahku yang sedikit malu, hehe. Setelah menonton film, kami makan disuatu tempat. Aku teringat akan perbincangan Rihar dan Weni tadi pagi. "Rihar, tadi pagi kamu ngobrol apa sama Weni? Ko muka dia serius banget" tanyaku Rihar yang sedang menyantap makanan kemudian menjawab "Aku bilang, aku suka sama Luna dan meminta Weni untuk menjodohkanku sama kamu" jawabnya santai Mataku terbelalak mendengarnya, "Kamu gak salah?? Apa sikap kamu begitu gak akan nyakitin Weni?" tanyaku Dia hanya mengangkat bahunya dan terus melanjutkan makannya "Rihar kamu tega banget, kasihan Weni" sahutku "Kamu bisa kasihan sama orang lain tapi kenapa gak kasihan sama diri kamu sendiri? Kamu menahan perasaan kamu demi orang lain" jawabnya tegas. Kemudian ia melanjutkannya "Sekarang dengan cara kamu diam diam begini tapi dibelakang kamu jalan sama aku, apa gak bikin Weni sakit hati? Jadi lebih baik dia tau yang sebenarnya". Aku hanya terdiam dan mencerna perkataan Rihar. Menurutku dia ada benarnya. Rihar kembali menenangkanku "kamu tenang aja sayang, teman yang baik pasti mendukung kok. Sekarang habiskan makananmu dan setelah itu aku antar kamu pulang supaya gak kemalaman" Rihar. Lalu aku teringat sesuatu dan mengeluarkannya dari isi tasku. "Ini buat kamu" aku menyerahkan sekotak parfum kepadanya "Wah kok kamu bisa tau parfumku?" Jawabnya senang "Ya tau dong, karna kamu kalau pakai parfum tuh baunya bisa sampai 5 km" ledekku Rihar tertawa geli lalu mengucapkan rasa terimakasihnya "Terimakasih ya sayang, kebetulan parfumku tinggal sedikit" jawabnya. "Oh ya, ngomong ngomong kamu ulang tahun yang keberapa?" tanyaku sambil menghabiskan sisa makanku "Ke 20" sahutnya "20 itu berapa tahun yang lalu?" Ejekku Rihar kembali tertawa "kamu gemesin banget deh sayang" sahutnya "Ya terus berapa? Kamu aja udah 5 tahun bekerja dipabrik" tanyaku. "Ke 25 sayang" jawabnya. "Ooh kalau aku baru 18 tahun" sahutku. "Aku gak nanya kok" Rihar menjawab dengan menahan tawanya. Lalu aku mencubit kecil tangannya yang membuat ia meringis kesakitan sambil tertawa. Aku sudah menghabiskan makananku dan bergegas pulang kerumah. Sepanjang perjalanan pulang kita saling bercanda dan tertawa bersama. Terasa indah malam ini dan bintangpun menjadi saksi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD